BAB II KERANGKA TEORI, HASIL PENELITIAN dan ANALISIS.
A. KERANGKA TEORI
1. FUNGSI HUKUM
Pada hakikatnya Indonesia merupakan bangsa yang memiliki berbagai suku budaya didalamnya. Dengan demikian maka Negara Indonesia mempunyai berbagai
macam kebiasaan-kebiasaan yang dilakukan oleh suatu kelompok dengan kelompok yang lainnya. Pada dasarnya kebiasaan-kebiasaan yang dilakukan baik itu perorangan maupun
kelompok akan memunculkan suatu peraturan atau keharusan yang harus ditaati oleh orang yang ada dilingkungannya. Sehingga kebiasaan-kebiasaan yang dilakukan oleh
perorangan atau kelompok tersebut dalam suatu negara dapat dikatakan sebagai peraturan atau hukum.
Hukum merupakan suatu kaidah keharusan atau nilai yang berlaku disuatu negara yang berfungsi untuk mengatur perilaku manusia agar dapat membedakan antara perilaku
yang baik dan perilaku yang buruk. Dengan adanya hukum maka manusia akan berperilaku sosial dengan orang lain karena didalam ketentuan hukum mengandung
norma agar manusia dapat hidup berdampingan dengan damai. Atas dasar itulah maka
Aristoteles
mengemukakan bahwa: “particular law is that wich each community lays
down and applies to its own member. Universal law is the law of nature” yang artinya hukum merupakan hukum tertentu yang mana setiap komunitas meletakkan dan berlaku
untuk anggota sendiri.hukum universal adalah hukum alam.
1
1
C.S.T. Kansil, Pengantar Ilmu Hukum, Balai Pustaka, Jakarta, 2002, h. 8.
Di Indonesia terdapat berbagai macam peraturan yang dibuat oleh pembuat perundang-undangan yang pada dasarnya peraturan tersebut mempunyai tujuan untuk
menertibkan masyarakat yang ada didalamnya. Maka dari itu Indonesia merupakan negara hukum yang menjunjung tinggi keadilan. Berbagai aspek bidang yang
berhubungan dengan Indonesia dan masyarakat diatur didalam ketentuan hukum. Terdapat unsur-unsur yang terdapat didalam hukum diantaranya:
1. Peraturan mengenai tingkah laku dari manusia di dalam
pergaulan masyarakat. 2.
Peraturan itu diadakan oleh badan-badan resmi yang berwajib.
3. Peraturan itu bersifat memaksa.
4. Sanksi yang tegas terhadap pelanggaran.
2
Dengan demikian manusia dituntut untuk dapat taat dan tunduk oleh ketentuan hukum karena apabila seseorang tidak tunduk dan tidak mentaati ketentuan hukum maka
bisa dikatakan orang tersebut telah melanggar ketentuan hukum dan dapat dikenakan sanksi. Pada dasarnya sanksi adalah akibat dari sesuatu perbuatan atau suatu reaksi dari
pihak lain manusia atau organisasi sosial atas sesuatu perbuatan.
3
Setiap orang memiliki berbagai watak dan perilaku yang berebeda antara satu orang dengan orang yang lain. Perilaku setiap orang tergantung dari tingkat pendidikan
dan latar belakang masing-masing orang. Dengan berbagai macam latar belakang manusia dalam kehidupan masyarakat sangat dimungkinkan akan terjadi permasalahan
antar individu konflik. Pengertian konflik menurut Robbins, Konflik adalah suatu
2
Zulkarnaen dan Beni Ahlmad Saebani, Hukum Konstitusi, Pustaka Setia, Bandung, 2012.
3
E. Utrecht, Pengantar Dalam Hukum Indonesia, Balai Buku Ichtiar, Jakarta, 1966.
proses yang dimulai bila satu pihak merasakan bahwa pihak lain telah memengaruhi secara negatif atau akan segera memengaruhi secara negatif pihak lain.
4
Dengan demikian peran hukum disini sebagai penjamin perlindungan warga masyarakatnya tanpa
terkecuali dan tanpa diskriminasi. Adanya peranan hukum di lingkungan masyarakat memberikan dampak yang
sangat baik untuk membentuk perilaku masyarakat agar lebih mengutamakan perilaku sosialnya sebaik mungkin dengan orang lain. Karena pada dasarnya manusia merupakan
makhluk sosial dimana manusia pasti tidak dapat hidup sendiri dengan kata lain manusia pasti membutuhkan bantuan orang lain dalam segala hal. Dalam hal ini mengenai dampak
berlakunya hukum dalam lingkungan masyarakat telah dikemukakakan oleh Soerjono Soekanto
mengenai 4 kaidah hukum yang bertujuan mengubah perikelakuan masyarakat yaitu:
1. Melakukan imbalan secara psikologis bagi pemegang peranan
yang patuh maupun pelanggar kaidah hukum 2.
Merumuskan tugas-tugas penegak hukum untuk bertindak sedemikian rupa, sehingga sesuai dengan serasi-tidakserasinya
perikelakuan pemegang peranan dengan kaidah hukum 3.
Mengubah perikelakuan pihak ketiga, yang dapat mempengaruhi
perikelakuan pemegang
peranan yang
mengadakan interaksi 4.
Mengusahakan perubahan persepsi, sikap, dan nilai-nilai pemegang peranan
Dengan demikian peran hukum di lingkungan masyarakat sangat bermanfaat bagi masyarakat untuk menciptakan kerukunan dan ketertiban dalam bermasyarakat. Karena
pada dasarnya hukum ditemukan memiliki tujuan untuk menjunjung tinggi keadilan agar hak-hak yang dimiliki setiap orang akan terjamin. Maka dari itu penegakan hukum
haruslah dilakukan demi tercapainya tujuan dan fungsi hukum. Penegakan hukum,
4
Sopiah, Perilaku Organisasional, CV ANDI OFFSET, Yogyakarta, 2008.
sebagaimana dirumuskan oleh Satjipto Rahardjo, merupakan suatu proses untuk
mewujudkan keinginan-keinginan hukum menjadi kenyataan
.
5
Didalam suatu hukum terdapat suatu nilai yang berlaku di lingkungan masyarakat karena hukum melekat didalam lingkungan masyarakat. maka dari itu hukum akan
menjadi alat untuk mewujudkan suatu keadilan dengan melakukan penegakan hukum.
Proses penegakan hukum dalam pandangan Soerjono Soekanto dipengaruhi oleh lima
faktor diantaranya: 1.
Faktor hukum atau peraturan perundang-undangan. 2.
Faktor aparat penegak hukumnya, yakni pihak-pihak yang terlibat dalam peroses pembuatan dan penerapan hukumnya,
yang berkaitan dengan masalah mentalitas. 3.
Faktor sarana atau fasilitas yang mendukung proses penegakan hukum.
4. Faktor masyarakat, yakni lingkungan sosial di mana hukum
tersebut berlaku atau diterapkan; berhubungan dengan kesadaran dan kepatuhan hukum yang merefleksi dalam
perilaku masyarakat.
5. Faktor kebudayaan, yakni hasil karya, cipta dan rasa yang
didasarkan pada karsa manusia di dalam pergaulan hidup.
6
Dengan berbagai faktor yang mempengaruhi suatu pengakan hukum maka hukum diharapkan dapat menjadi sistem peraturan yang tidak memandang siapapun baik itu dari
segi status sosial maupun ras dan budaya. Adanya penegakan hukum memiliki tujuan agar suatu negara dapat memberikan ketegasan bagi warga negaranya untuk tunduk dan
tertib terhadap ketentuan hukum yang berlaku di nergara tersebut. Dari sisi lain mengenai penegakan hukum terdapat lembaga-lembaga yang memiliki kewenangan untuk
mengadili permasalahan hukum yang biasa disebut penegak hukum diantaranya hakim, jaksa dan polisi yang masing-masing memiliki kewenangan dan tugas yang berbeda.
5
Satjipto Rahardjo, Masalah Penegakan Hukum, Sinar Baru, Bandung, 1983, h. 24.
6
Soerjono Soekanto, Penegakan Hukum, BPHN Binacipta, Jakarta, 1983, h. 15.
Pada dasarnya penegak hukum dalam melakukan proses penegakan hukum pasti memiliki dasar hukum yang kuat untuk meyakinkan bahwa seseorang telah melanggar
ketentuan hukum. Selain itu dalam proses penegakan hukum lembaga penegak hukum diharapkan dapat menafsirkan ketentuan hukum secara profesional karena apabila terjadi
suatu kesalahtafsiran yang dilakukan oleh penegak hukum dalam proses penegakan hukum maka akan sangat merugikan kedua belah pihak yang sedang menuntut hak-
haknya. Keberhasilan suatu proses penegakan hukum akan tecapai dengan adanya suatu
sistem hukum sebagai komponen dalam struktur hukum seperti yang dikemukakan oleh
Lawrence M. Friedman yaitu:
1. merupakan batang tubuh, kerangka, bentuk abadi dari suatu
sistem. 2.
komponen substansi hukum legal substance merupakan aturan-aturan dan norma-norma actual yang dipergunakan oleh
lembaga-lembaga, kenyataan, bentuk perilaku dari para pelaku yang diamati di dalam sistem
3. komponen budaya hukum legal culture, merupakan gagasan-
gagasan, sikap-sikap, keyakinan-keyakinan, harapan-harapan dan pendapat tentang hukum.
4. komponen dampak hukum legal impact. Dengan komponen
dampak hukum ini yang dimaksudkan adalah dampak dari suatu keputusan hukum yang menjadi objek kajian peneliti.
7
Dengan demikian proses penegakan hukum akan saling berkaitan antara sistem hukum dan penafsiran penegak hukum sendiri. Apabila salah satu unsur tersebut tidak
berhubungan dengan baik maka akan menimbulkan masalah-masalah hukum baru yang nantinya semakin membesar karena tidak adanya keterkaitan unsur-unsur penegakan
hukum yang baik.
7
Lawrence M, Friedman, Law and Society An Introduction, Prentice Hall Inc, New Jersey, 1977, h. 6-7.
2. OTONOMI DAERAH dan SISTEM PENDIDIKAN