kebulatan novel. Setelah membaca, memahami, dan menentukan rumusan masalah, maka tahap berikutnya adalah menganalisis.
Langkah-langkah yang dilakukan untuk menganalisis data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.
1 Membaca teks novel Astirin Mbalela karya Suparto Brata
Pendekatan objektif dimulai dengan membaca keseluruhan teks novel Astirin Mbalela secara heuristik dan hermeneutik. Pembacaan heuristik, yaitu
pembacaan berdasarkan struktur kebahasaannya, kemudian dilakukan pembacaan hermeneutik atau retroaktif, yaitu pembacaan berdasarkan
konvensi-konvensi sastra menurut sistem semiotik tingkat kedua dalam sebuah karya sastra yang memberi makna Jabrohim 2001:101-102. Dengan
cara demikian dapat diketahui isinya sehingga menemukan permasalahan. 2
Menemukan permasalahan Permasalahan yang muncul adalah bagaimana struktur novel Astirin Mbalela
karya Suparto Brata. 3
Menganalisis unsur intrinsik dan ekstrinsik bagian demi bagian Analisis unsur intrinsik meliputi analisis bentuk dan isi yang terdapat dalam
novel Astirin Mbalela karya Suparto Brata. Analisis ini diarahkan untuk mencari dua hal, yaitu unsur bentuk berupa alur plot, tokoh dan penokohan,
latar setting, gaya bahasa style, dan struktur isi yaitu tema. Analisis unsur ekstrinsik berupa nilai moral.
4 Mendeskripsikan hubungan antarunsur intrinsik dan ekstrinsik yang
bersangkutan, sehingga diperoleh kejelasan isi antarunsur yang satu dengan unsur lain yang saling terkait dan menjalin kesatuan yang padu.
5 Menyimpulkan hasil analisis yang didasarkan pada analisis data secara
keseluruhan. 6
Melaporkan dalam bentuk laporan penulisan.
43
BAB IV UNSUR INTRINSIK, EKSTRINSIK DAN HUBUNGAN ANTAR UNSUR
YANG BERKAITAN DALAM NOVEL ASTIRIN MBALELA KARYA SUPARTO BRATA
Struktur dalam novel Astirin Mbalela karya Suparto Brata mempunyai dua unsur yaitu intrinsik dan ekstrinsik. Unsur intrinsik dalam novel ini meliputi alur
plot, tokoh dan penokohan, latar setting, gaya bahasa style, dan tema, sedangkan unsur ekstrinsik berupa nilai moral.
4.1 Unsur Intrinsik 4.1.1 Alur Plot
Novel Astirin Mbalela karya Suparto Brata mempunyai enam bab yang tiap-
tiap bab saling berkaitan. Dalam novel ini ada enam tahapan alur yaitu tahap penyituasian, pemunculan konflik, peningkatan konflik, klimaks, peleraian, dan
penyelesaian.
1. Tahap penyituasian
Pada bagian pertama novel ini dikisahkan awal perjalanan hidup Astirin yang tinggal bersama Budhe Tanik dan Pakdhe Marbun. Kedua orang tua angkatnya itu
berniat menjodohkan Astirin dengan Buamin, perjaka desa yang mempunyai bengkel sepeda motor. Hal itu terlihat pada kutipan novel di bawah ini:
Nanging wingi kae jan atine kumesar kaget lan gela Mbokdhe Nik karo Pakdhe Mar rasan-rasan arep ngawinke Astirin karo Buamin. Gendheng apa
Ngono arep dikawinake karo Buamin, sing bukak bengkel sepeda montor ing kulon pasar cedhak enggok-enggoan. Ah, emoh Anyel ngono yen kelingan
sing diprungu mau bengi Astirin gedruk-gedruk ing trotoar pinggir dalan prapatan Jepun… halaman 2
Tetapi kemarin itu dia benar-benar kaget dan marah Budhe Nik dan Pakdhe Mar berencana menikahkan Astirin dengan Buamin. Gila Begitu saja akan
dinikahkan dengan Buamin, yang membuka bengkel sepeda motor di sebelah barat pasar dekat pengkolan. Ah, tidak Apalagi teringat yang terdengar tadi
malam Astirin jingkrak-jingkrak di trotoar tepi jalan perempatan Jepun… Kutipan tersebut merupakan tahap awal ketika Astirin mendengar bahwa dia
akan dinikahkan dengan Buamin, perjaka desa yang mempunyai bengkel sepeda motor. Dia sangat marah jika teringat hal itu.
Pada bagian awal novel ini diceritakan Astirin menolak lamaran Buamin. Dia selalu ingat pesan almarhumah ibunya bahwa setelah lulus SMP dia akan
melanjutkan sekolah sampai lulus SMA. Setelah itu melanjutkan ke perguruan tinggi. Hal itu terlihat pada kutipan novel di bawah ini:
“Lo, aku isih sekolah Mak clemong Astirin mucap, eman karo mangsa nedheng-nendhengake mekar, srawunge para nom-noman. Eman ya
dipruthes.”halaman 12 Lho, aku masih sekolah Tidak sengaja Astirin berbicara, sayang dengan
masa remajanya yang masih muda. Sayang bila berhenti… Kutipan tersebut menunjukkan bahwa Astirin menolak lamaran Buamin. Dia
masih ingin sekolah dan bergaul dengan teman-teman remajanya. Cerita selanjutnya Astirin berniat pergi dari rumah Budhe Tanik dan Pakdhe
Marbun selaku orang tua angkatnya. Hal itu terlihat pada kutipan novel di bawah ini: Astirin kudu nyegah dadine kawinan karo Buamin iki Astirin kudu tumindak.
Tumandang Cancut Tumindak apa wae sing bisa njugarake kawinan kuwi. Cekake cara kethoprake, Astirin mbalela, ora gelem nuruti printahe