Unsur Ekstrinsik .1 Nilai Moral
Moralitas berkaitan dengan ketertiban hidup kerukunan dalam kehidupan masyarakat. Tatanan sosial dan tentu saja moralitas dapat dicapai dengan
memahami tatanan alami dunia, dan menyesuaikan diri dengannya. Pengarang bertekad memperlihatkan keberadaan tatanan ini atau menegaskan kembali
keyakinannya akan kebenaran dengan memberikan kemenangan kepada kebenaran moral dan dengan menunjukan bahwa pelanggaran terhadap aturan perbuatan baik
mau tidak mau mengakibatkan pembalasan yang sering bersifat alami Mulder dalam Baribin 1992:46. Moral dalam karya sastra biasanya mencerminkan pandangan
hidup pengarang yang bersangkutan, pandangannya tentang nilai-nilai kebenaran, dan hal itulah yang ingin disampaikannya kepada pembaca Nurgiyantoro 2007:321.
Moral dalam cerita, menurut Kenny dalam Nurgiyantoro 2007:321 biasanya dimaksudkan sebagai suatu saran yang berhubungan dengan ajaran moral tertentu
yang bersifat praktis, yang dapat diambil dan ditafsirkan lewat cerita yang bersangkutan oleh pembaca. Ia merupakan petunjuk yang sengaja diberikan oleh
pengarang tentang berbagai hal yang berhubungan dengan masalah kehidupan, seperti sikap, tingkah laku, dan sopan santun pergaulan.
Besar kecilnya peranan dalam masyarakat banyak ditentukan oleh peranan konsumen sastra dalam masyarakat yang bersangkutan. Nilai-nilai moral dalam karya
sastra akan tidak banyak artinya jika para anggota masyarakat yang bersangkutan tidak memiliki kemauan untuk membaca. Langkah awal untuk bisa membentuk sikap
mental yang baik melalui karya sastra adalah membaca karya sastra itu sendiri. Melalui kegiatan pembacaan terhadap karya sastra, seseorang bisa mengambil
manfaat dari hasil pembacaan itu, dengan cara membutiri nilai-nilai moral yang baik dan yang buruk. Nilai-nilai moral yang baik bisa diadopsi dan lalu dikembangkan
dalam kehidupan bermasyarakat, sementara nilai-nilai moral yang buruk ditinggalkan.
Nurgiyantoro 2007:320 mengemukakan moral seperti halnya tema, dilihat dari segi dikotomi bentuk isi karya sastra merupakan unsur isi. Ia merupakan sesuatu
yang ingin disampaikan oleh pengarang kepada pembaca, merupakan makna yang terkandung dalam sebuah karya, makna yang disarankan lewat cerita. Moral kadang-
kadang, diidentikkan pengertiannya dengan tema walau sebenarnya tidak selalu menyaran pada maksud yang sama. Moral dan tema, karena keduanya merupakan
sesuatu yang terkandung, dapat ditafsirkan, diambil dari cerita, dapat dipandang sebab memiliki kemiripan. Namun tema bersifat lebih kompleks daripada moral,
disamping tidak memiliki nilai langsung sebagai saran yang ditujukan kepada pembaca.
Secara umum moral menyaran pada pengertian ajaran tentang baik buruk yang diterima umum mengenai perbuatan, sikap, kewajiban, ahlak, budi pekerti, dan
susila KBBI:1994. Istilah bermoral, misalnya tokoh bermoral tinggi, berarti mempunyai pertimbangan baik dan buruk. Namun tidak jarang pengertian baik buruk
itu sendiri dalam hal-hal tertentu bersifat relatif. Artinya suatu hal yang dipandang baik oleh orang yang satu atau bangsa pada umumnya, belum tentu sama bagi orang
yang lain, atau bangsa yang lain. Pandangan orang tentang moral, nilai-nilai, dan
kecenderungan-kecenderungan biasanya dipengaruhi oleh pandangan hidup bangsanya.
Pada hakikatnya, nilai-nilai moral atau nilai baik-buruk, positif-negatif, pantas-tak pantas, dan sejenisnya adalah bersumber dari ajaran agama. Prinsip ajaran
agama adalah untuk mengatur kehidupan manusia. Jenis ajaran moral itu sendiri dapat mencakup masalah, yang boleh dikatakan bersifat tak terbatas. Ia dapat
mencakup seluruh persoalan hidup dan kehidupan, seluruh persoalan yang menyangkut harkat dan martabat manusia. Secara garis besar persoalan hidup dan
kehidupan manusia itu dapat dibedakan ke dalam persoalan: 1 hubungan manusia dengan diri sendiri, 2 hubungan manusia dengan manusia lain dalam lingkup sosial
termasuk dalam hubungannya dengan lingkungan alam, dan 3 hubungan manusia dengan Tuhannya Nurgiyantoro 2007:323-324.
Jika kehidupan seperti tercermin dalam karya sastra dipandang sebagai model kehidupan manusia, maka model kehidupan itu dapat diadopsi dan dikembangkan
dalam kehidupan sehari-hari dan yang buruk atau tidak terpuji tentu harus ditinggalkan oleh pembaca atau penikmat karya sastra. Jika nilai-nilai moral seperti
tercermin dalam karya sastra dipahami, dihayati, dan diterapkan dalam kehidupan sehari-hari dalam kita bermasyarakat, berbangsa ,dan bernegara, tidak tertutup
kemungkinan kita bisa mengembangkan sikap mental yang positif, kuat, tangguh, dan sejenisnya sehingga kita mampu bersikap, berpikir, dan berperilaku positif yang tidak
hanya menguntungkan diri kita sendiri tetapi juga menguntungkan pihak-pihak lainnya.
39