Alusio Gaya Bahasa Style

bahasa yang paling menonjol dan sering digunakan oleh tokoh utama adalah gaya bahasa hiperbola, karena tokoh utama sering mengatakan sesuatu dengan melebih- lebihkan dari keadaan yang sebenarnya.

4.1.5 Tema

Untuk menentukan tema dalam sebuah novel ada berbagai cara, salah satunya dapat melalui judul. Setelah melihat judul dan membaca keseluruhan isi novel Astirin Mbalela, maka peneliti dapat menentukan permasalahan dan gagasan yang mendominasinya, yaitu ben, diarani mbalela Ora papa Sing pokok Astirin ngrasa tetep bebas. Dheweke sing arep ngatur uripe dhewe. Uwal saka pakdhe lan mbokdhe ya ora papa, pokok isih tetep nduweni hak urip dhewe, lan kuwi bakal luwih prayoga katimbang dadi bojone Buamin. Dadi kethiplake Buamin. Mongsok nerusake sekolah mung kari rong taun wae ora oleh Dalam novel ini, kutipan tersebut merupakan gagasan dari tema yaitu Astirin menentang konsep perjodohan dalam adat istiadat perjodohan di Jawa dengan cara mbalela dalam istilah Jawa. Dalam novel ini tokoh-tokoh yang ditampilkan oleh pengarang, antara lain Astirin, Pakdhe Marbun, Budhe Tanik, Buamin, Samsihi, Yohan Nur atau Dulrozak, Pak Bas, Ibu Miraneni, Polisi, Solahudin, dan Hamdaru. Kehidupan yang berbeda derajat antara Astirin sing uripe sarwa kesrakat dan Buamin sing padha nggembol bandha. Hal inilah yang membuat Astirin menentang konsep perjodohan yang dilakukan orang tua angkatnya. Hal ini dapat dilihat pada kutipan berikut. Wiwit kuwi cara uripe Astirin owah prihatin. Uripe mung ngenger Mbokdhene sing uripe ya mungkret merga digrigiti buntutan. Sakjane Astirin isih duwe pangarep-arep yen lulus SMA mengko uripe banjur moncer, dheweke bakal ngetog karosan nguber karier…halaman 7 Sejak itu kehidupan Astirin jadi memperihatinkan. Kehidupannya hanya tergantung budhe yang hidupnya susah karena banyak kebutuhan. Sebenarnya dia masih punya harapan jika lulus SMA nanti hidupnya akan berubah, dia akan mengejar karier… Kutipan tersebut menunjukkan bahwa kehidupan Astirin sangat memprihatinkan dan serba kekurangan. Hal itu yang menjadikan orang tua angkatnya berniat menjodohkannya dengan Buamin, perjaka desa yang mempunyai bengkel sepeda motor dengan maksud agar kehidupannya di masa yang akan datang lebih terjamin. Hal ini dapat dilihat pada kutipan berikut. “La saiki ngene, dhe. Yen wis genah Dhik Rin arep daknikahi, iki aku urun dhuwit kanggo uba rampene keperluan nikah. Iki lagek wiwitane dhisik wae. Mengko yen sawayah-wayah Dhe merlokake dhuwit maneh, ya daktambahi. Iki ana mung setengah yuta, ujare Buamin karo ngetokake dhuwit saka njeron klambi sisih wetenge. Dhuwit bundelan saktumpuk, diseleh ing meja…halaman 14 Sekarang begini, dhe. Jika sudah pasti dik Rin akan aku nikahi, ini tak beri uang buat keperluan nikah. Ini baru awalnya dulu. Nanti jika sewaktu-waktu dhe memerlukan uang lagi, aku tambahi. Ini hanya ada setengah juta, ucapnya Buamin sambil mengeluarkan uang dari dalam pakaian sebelah perut. Setumpuk uamh, diletakan di meja… Kutipan di atas menunjukkan kehidupan Buamin serba berkecukupan dan bergelimang harta. Dia selalu membawa hartanya kemanapun dia pergi dan memamerkan kekayaannya kepada orang lain. Dari semua kutipan di atas dapat disimpulkan bahwa tema dalam novel Astirin Mbalela adalah menentang konsep perjodohan dalam adat istiadat perjodohan di Jawa dengan cara mbalela dalam istilah Jawa. Cara mbalela ini dilakukan oleh