BAB 3 METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah analitik dengan rancangan penelitian cross- sectional. Pada rancangan penelitian ini, informasi mengenai maloklusi diperoleh
secara bersamaan dengan data tentang status psikososial para siswa SMA.
3.2 Lokasi Waktu Penelitian 3.2.1 Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di SMA kota Medan, yaitu SMA Global Prima Nasional Plus Jl. Brigjend Katamso Sp. Ir. Juanda No.282-283, Kota Medan dan
SMA Pangeran Antasari Jl. Veteran No.106019, Helvetia, Kabupaten Deli Serdang.
3.2.2 Waktu Penelitian
Penelitian dimulai dari Juli 2014 hingga bulan Mei 2015.
3.3 Populasi Sampel 3.3.1 Populasi
Populasi pada penelitian ini adalah siswa Sekolah Menengah Atas kelas X sampai XII usia 15-18 tahun di Yayasan Perguruan Global Prima Nasional Plus
Medan yang berjumlah 120 orang dan Yayasan Perguruan Pangeran Antasari yang berjumlah 132 orang.
3.3.2 Sampel
Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik purposif dan yang memenuhi kriteria inklusi sebanyak 91 orang, dimana 46 orang dari SMA Global Prima Nasional
Plus dan 45 orang dari SMA Pangeran Antasari.
Universitas Sumatera Utara
A. Kriteria Inklusi
1. Bersedia sebagai responden
2. Mempunyai maloklusi anterior, yaitu protrusi, berjejal crowded,
bercelah diastema dan protrusi bimaksiler
B. Kriteria Eksklusi
1. Sedang atau pernah mengalami perawatan ortodonti
2. Mempunyai kelainan gigi yang bukan maloklusi anterior, seperti karies
pada gigi depan dan hilangnya gigi depan
3.4 Variabel dan Definisi Operasional
1. Usia, yaitu yang menjadi subjek penelitian adalah siswa SMA berusia15- 18 tahun.
2. Jenis kelamin adalah laki-laki atau perempuan yang dapat mempengaruhi persepsi terhadap kelainan maloklusi yang berdampak pada perbedaan tingkatan
psikososialnya. 3. Status sosial adalah tempat atau posisi seseorang dalam suatu kelompok
sosial, yang dapat diukur melalui kekayaan, jabatan, pendidikan atau keturunan. SMA Global Prima Nasional Plus merupakan salah satu sekolah yang berstatus sosial
menengah ke atas, sedangkan SMA Pangeran Antasari merupakan salah satu sekolah dengan status sosial menengah ke bawah.
4. Jenis maloklusi anterior adalah ketidakteraturan susunan gigi depan yang
dapat dilihat secara kasat mata, meliputi :
a Protrusi anterior: posisi gigi atau rahang lebih ke depan lebih dari 4 mm. b Crowded anterior: gigi berjejal pada bagian depan. Gigi berjejal karena
kurang tempat sehingga untuk mengaturnya perlu digeser gigi-gigi lain yang ada dalam rahang. Kebutuhan ruang yang diperlukan minimal berkisar -2 sampai -3 mm.
Pengukuran terhadap protrusi dan crowded anterior dilakukan dengan menggunakan penggaris transparan dengan satuan millimeter, kemudian diukur jarak
gigitnya protrusi atau jarak antargigi crowded, apabila lebih dari normal dimasukkan kedalam kategori maloklusi anterior yang terjadi.
Universitas Sumatera Utara
c Diastema anterior: adanya celah antara gigi-geligi anterior yang seharusnya berkontak. Pengukuran terhadap diastema anterior dilakukan dengan meletakkan
kedua ujung kaliper penggaris pada celah yang akan diukur antargigi kemudian kaliper dipindahan diatas penggaris, lalu diukur dalam satuan millimeter. Bila celah
yang terjadi 2 mm, itu termasuk diastema anterior. d Protrusi bimaksiler: rahang atas dan rahang bawah terlalu maju ke depan
disertai majunya seluruh gigi pada kedua rahang. Maloklusi ini dilihat dari gambaran fisik bibir dan wajah yang cembung, saat istirahat tidak bisa menutup bibir.
Pengukuran terhadap protrusi bimaksiler dilakukan dengan menggunakan penggaris transparan dengan satuan millimeter, kemudian diukur jarak gigitnya,
apabila lebih dari normal dan sesuai dengan ciri fisik maka dimasukkan dalam kategori protrusi bimaksiler.
Apabila terdapat lebih dari satu maloklusi anterior pada seseorang yang menjadi sampel penelitian, maka peneliti mencantumkan jenis maloklusi anterior
yang paling dominan menurut peneliti untuk dimasukkan ke dalam kategori jenis maloklusi anterior yang terjadi.
5. Status psikososial adalah penilaian persepsi diri tentang dampak kelainan gigi anterior dengan menggunakan indeks PIDAQ yang dilihat dari 4 aspek:
a Kepercayaan diri terhadap gigi geligi adalah sikap menerima dan menghargai diri, optimis akan kemampuan yang dimiliki, menerima kekurangan yang
dimiliki, serta merasa tidak perlu membandingkan diri dengan orang lain. Pernyataan-pernyataan yang termasuk dalam aspek kepercayaan diri terhadap
gigi geligi ada 6 butir pernyataan, yaitu: 1.
Saya bangga dengan gigi saya 2.
Saya tidak malu memperlihatkan gigi saya pada waktu saya tersenyum 3.
Saya senang melihat gigi-gigi saya pada waktu bercermin 4.
Orang-orang mengatakan gigi saya menarik 5.
Saya puas dengan penampilan gigi saya 6.
Saya merasa posisi gigi saya baik
Universitas Sumatera Utara
Pemberian skor pada aspek ini dilakukan dengan cara membalik penilaian, yaitu skor 0 untuk jawaban “ya” dan skor 1 untuk jawaban “tidak”. Kemudian
dilakukan penjumlahan skor dari butir pernyataan nomor 1-6. Nilai maksimum adalah 6 dan nilai minimum dalah 0. Pengkategorian dampak menggunakan skala Guttman,
dimana bila jumlah skor ≥50 atau ≥3 termasuk dalam kategori “berdampak”, sedangkan bila jumlah skor 50 atau 3 termasuk dalam kategori “tidak
berdampak”.
b Aspek sosial: masalah dalam lingkungan sosial timbul karena persepsi subyektif tentang penampilan gigi-geligi yang kurang baik baik dari diri sendiri
maupun orang lain. Pernyataan-pernyataan yang termasuk dalam aspek sosial ada 8 butir
pernyataan, yaitu: 1. Saya menahan diri ketika saya tersenyum agar gigi-gigi saya tidak terlalu
terlihat Saya tidak malu memperlihatkan gigi saya pada waktu saya tersenyum 2. Pada beberapa orang yang tidak terlalu saya kenal dengan baik, kadang-
kadang saya khawatir tentang apa yang mereka pikirkan terhadap gigi saya 3. Saya takut orang lain membuat julukan yang menghina gigi saya
4. Saya agak malu bergaul karena gigi saya 5. Kadang-kadang saya menutup mulut dengan tangan untuk menyembunyikan
gigi-gigi saya 6. Kadang-kadang saya berpikir orang-orang melihat gigi saya
7. Saya merasa jengkel bila orang-orang mengejek gigi saya walaupun maksud mereka hanya bercanda
8. Kadang-kadang saya merasa khawatir terhadap apa yang dipikirkan lawan jenis tentang gigi saya
Pemberian skor pada aspek sosial dilakukan dengan memberi skor 0 untuk jawaban “tidak” dan skor 1 untuk jawaban “ya”. Kemudian dilakukan penjumlahan
skor dari butir pernyataan nomor 7-14. Nilai maksimum adalah 8 dan nilai minimum dalah 0. Pengkategorian dampak menggunakan skala Guttman, dimana bila jumlah
Universitas Sumatera Utara
skor ≥50 atau ≥4 termasuk dalam kategori “berdampak”, sedangkan bila jumlah skor 50 atau 4 termasuk dalam kategori “tidak berdampak”.
c Aspek psikososial: perasaan rendah diri dan tidak bahagia pada saat individu membandingkan diri sendiri dengan orang lain yang lebih baik estetika
giginya. Pernyataan-pernyataan yang termasuk dalam aspek psikososial ada 6 butir
pernyataan, yaitu: 1. Saya iri dengan orang lain yang memiliki penampilan gigi yang baik
2. Saya tertekan ketika melihat gigi orang lain 3. Kadang-kadang saya merasa tidak senang dengan penampilan gigi saya
4. Kebanyakan orang yang saya kenal mempunyai gigi yang lebih baik daripada gigi saya
5. Saya merasa jelek ketika saya berpikir tentang penampilan gigi saya 6. Saya berharap gigi saya terlihat lebih baik
Pemberian skor pada aspek psikososial dilakukan dengan memberi skor 0 untuk jawaban “tidak” dan skor 1 untuk jawaban “ya”. Kemudian dilakukan
penjumlahan skor dari butir pernyataan nomor 15-20. Nilai maksimum adalah 6 dan nilai minimum dalah 0. Pengkategorian dampak menggunakan skala Guttman,
dimana bila jumlah skor ≥50 atau ≥3 termasuk dalam kategori “berdampak”, sedangkan bila jumlah skor 50 atau 3 termasuk dalam kategori “tidak
berdampak”.
d Pertimbangan estetis: perasaan tidak puas dengan keadaan gigi-geligi saat melihat gigi geligi sendiri dengan cermin, foto ataupun video.
Pernyataan-pernyataan yang termasuk dalam aspek pertimbangan estetis ada 3 butir pernyataan, yaitu:
1. Saya tidak suka melihat gigi saya di depan cermin 2. Saya tidak suka melihat gigi saya di foto
3. Saya tidak suka melihat gigi saya pada waktu melihat video saya sendiri Pemberian skor pada aspek pertimbangan estetis dilakukan dengan memberi
skor 0 untuk jawaban “tidak” dan skor 1 untuk jawaban “ya”. Kemudian dilakukan
Universitas Sumatera Utara
penjumlahan skor dari butir pernyataan nomor 21-23. Nilai maksimum adalah 3 dan nilai minimum dalah 0. Pengkategorian dampak menggunakan skala Guttman,
dimana bila jumlah skor ≥50 atau ≥2 termasuk dalam kategori “berdampak”, sedangkan bila jumlah skor 50 atau 2 termas
uk dalam kategori “tidak berdampak”.
Untuk pengkategorian dampak psikososial secara keseluruhan juga digunakan skala Guttman, dimana penjumlahan skor seluruh pernyataan 23 butir penyataan
apabila ≥50 atau ≥12 termasuk kedalam kategori “berdampak” dan apabila 50 atau 12 dimasukkan dalam kategori “tidak berdampak”.
3.5 Metode Pengumpulan Data