Pembahasan HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

digapainya, seperti penetapan cita-cita. Namun, dalam menetapkan cita-cita mereka juga memiliki kesadaran bahwa cita-cita boleh saja ditetapkan sesuai keinginan hati, akan tetapi jika memang hal itu tidak tercapai, mereka dapat menerimanya dengan lapang dada, sesuai dengan pernyataan berikut: “ Kalo cita-cita saya dulu apa sebenarnya kan, jadi polisi. Cuman dulu ngga berhasil. Kita kan boleh aja bercita-cita. Akhirnya kan balik ke Tuhan, dikasih rejeki lulus atau ngga” Partisipan A “ Belom kesampean lah mbak. Kan baru lulus sekolah juga kan. Ngga mungkin langsung buka bengkel. Saya baru bantu kerja di toko orang tua. Lagian pun ni saya udah masuk ke rehab sekarang” Partisipan B

4.2. Pembahasan

Dalam pembahasan ini akan diuraikan teori-teori yang terkait dengan konsep diri pengguna NAPZA di Pusat Rehabilitasi Al-Kamal Sibolangit Centre. Dalam uraian ini dijelaskan mengenai 6 tema yang didapatkan dari hasil wawancara, yaitu kehidupan yang dijalani pengguna NAPZA, perubahan saat menggunakan NAPZA, tanggapan selama menggunakan NAPZA, respon orang lain saat dirinya menggunakan NAPZA, tanggung jawab selama menggunakan NAPZA, memiliki harapan. Tema-tema tersebut akan diuraikan sebagai berikut. 4.2.1. Kehidupan yang dijalani pengguna NAPZA Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, peneliti menemukan bahwa sebagian besar dari partisipan mengatakan bahwa kehidupan yang mereka jalani cenderung tidak teratur dan tidak terarah saat masih menggunakan NAPZA. Hal ini disebabkan oleh penggunaan NAPZA yang membuat mereka menjadi Universitas Sumatera Utara sibuk dengan diri sendiri, memiliki perasaan-perasaan negatif terhadap orang- orang disekitarnya sehingga dengan seringnya merasa dikucilkan, mereka merasa bahwa kehidupan yang dijalaninya tersebut terasa berantakan. Beberapa orang dari partisipan juga mengatakan bahwa kehidupan rumah tangga yang telah dibina juga hampir mengalami kehancuran saat dirinya masih menggunakan NAPZA. Namun selama menjalani proses rehabilitasi, mereka mengatakan bahwa kehidupan yang dulunya tidak terarah dan hancur kini berubah menjadi lebih baik. Setelah ditinjau lebih lanjut, ternyata penanaman religi yang diterapkan dalam bagian dari terapi memberikan dampak besar dalam proses pemulihan pengguna NAPZA. Kemudian jika dilihat dari segi fisik, sebagian besar dari mereka mengaku bahwa selama direhab berat badan mereka berangsur mengalami penambahan. Pandangan keluarga juga menjadi lebih positif terhadap mereka. Dengan pandangan positif yang mereka terima dari keluarga juga merupakan salah satu faktor pendukung utama untuk proses penyembuhan mereka. Menurut Akhmad 2011 setiap individu akan berbeda-beda dalam menanggapi kehidupannya, sehingga apa yang dianggap bermakna bagi orang lain belum tentu bermakna bagi kita sendiri. Penggunaan NAPZA memang dapat merusak berbagai hal dalam kehidupan. Dalam kehidupan keluarga, suasana nyaman dan tenteram akan terganggu. Keluarga resah karena barang-barang berharga di rumah hilang. Anak berbohong, suka mencuri, menipu, bersikap kasar, acuh tak acuh dengan urusan keluarga, tak bertanggung jawab, hidup semaunya dan anti sosial Martono Joewana, 2008. Hal ini sesuai dengan yang terjadi dalam kehidupan partisipan. Universitas Sumatera Utara Mereka mengatakan bahwa semenjak dirinya menggunakan NAPZA semuanya menjadi tidak terarah dalam berbagai hal. Menurut partisipan yang masih menjalani pendidikan disekolah, mereka mengatakan bahwa selama menggunakan NAPZA dirinya juga sering berkelahi dengan temannya, seperti pernyataan berikut “Mukulin anak orang lah kak. Awak mukuli, kena apa kan mamakku. Jangan kau pake narkoba katanya ”. Hal ini sejalan dengan pendapat Martono Joewana 2008 bahwa jika dilihat dari kehidupan sekolah, penyalahgunaan narkoba juga berhubungan dengan kejahatan dan perilaku sosial lain yang mengganggu suasana tertib dan aman, perusakan barang-barang milik sekolah dan meningkatnya perkelahian. Dalam menjalani kehidupan, tidak ada hal lain yang lebih penting daripada narkoba, dan ia menaruh kepentingannya untuk menggunakan narkoba di atas segala-galanya. Narkoba masih jauh lebih penting daripada istri, suami, pacar, anak, orang tua, pekerjaan, dll. Ia berhenti melakukan aktivitas yang biasa ia lakukan sebelum ia tenggelam dalam penggunaan narkobanya. Ia tidak lagi melakukan hobinya, melakukan aktivitas normal seperti sekolah, kuliah atau bekerja seperti biasa, bila sebelumnya ia termasuk rajin beribadah, dapat dipastikan bahwa dirinya akan menjauhi kegiatan ini BNN, 2014. Berdasarkan hasil wawancara, partisipan juga sering merasa dikucilkan dan mengatakan bahwa dirinya tidak lagi mendapat kepercayaan. Menurut BNN 2014, hal ini memang merupakan dampak tidak langsung narkoba yang disalahgunakan, yaitu diantaranya merasa dikucilkan dalam masyarakat dan Universitas Sumatera Utara pergaulan orang baik., dan tidak dipercaya lagi oleh orang lain karena umumnya pecandu narkoba akan gemar berbohong dan melakukan tindak kriminal. Menurut Newcomb dalam Hafidha, 2004 konsep diri berasal dari proses interaksi sosial dan terbentuk saat mereka melihat dirinya seperti yang ditunjukkan orang lain, dalam hal ini mensyaratkan yang telah memberi stempel buruk pada mereka. Seiring dengan proses rehabilitasi yang dijalani, partisipan mengaku bahwa kehidupan yang mereka jalani terasa lebih stabil, dan lebih terarah. Sesuai dengan tujuan rehabilitasi yaitu untuk memulihkan dan mengembalikan kondisi para mantan penyalahgunaan NAPZA untuk kembali sehat dalam arti fisik, psikologis, sosial dan agama Hawari, 2006. Partisipan juga merasakan peningkatan berat badan dan perubahan fisiknya jauh lebih baik saat telah menjalani rehabilitasi daripada saat masih menggunakan NAPZA. 4.2.2. Perubahan setelah menggunakan NAPZA Berdasarkan hasil analisa data yang telah dilakukan, banyak sekali perubahan yang terjadi setelah seorang individu menggunakan NAPZA. Beberapa perubahan yang paling tampak adalah perubahan dari segi fisik dan perubahan dari segi perilaku. Dalam perubahan fisik, hal ini bervariasi bagi setiap pengguna. Ada diantaranya yang mengalami penurunan berat badan, perubahan penampilan fisik seperti mata cekung, wajah tirus dan pucat, berkeringat setelah menggunakan dan lain sebagainya. Namun ada juga yang malah mengalami peningkatan berat badan saat mengkonsumsi NAPZA. Universitas Sumatera Utara Setelah menggunakan NAPZA, perilaku individu pun mengalami banyak perubahan. Salah satunya dari kepribadian. Demi memenuhi kebutuhannya akan NAPZA, beberapa partisipan mengatakan bahwa mereka nekat mencuri guna mendapatkan uang untuk membeli NAPZA berjenis sabu-sabu yang harganya sangat mahal. Hal ini sejalan dengan pernyataan dari BNN 2014 yang menjelaskan bahwa dampak lainnya dari penggunaan NAPZA, saat seseorang menjadi pecandu, ada suatu kepribadian baru yang muncul dalam dirinya yaitu kepribadian pecandu. Kepribadian ini tidak peduli terhadap orang lain, satu - satunya hal yang penting baginya adalah bagaimana cara agar ia tetap bisa terus menggunakan narkoba. Ini sebabnya mengapa ada perubahan emosional yang tampak jelas dalam diri seorang pecandu. Seorang anak yang tadinya selalu bersikap manis, sopan, periang, dan jujur berubah total menjadi seorang pecandu yang pemurung, penyendiri, jago berbohong dan suka mencuri. Hawari 1990 dalam Gunawan, 2006 juga membuktikan bahwa penyalahgunaan NAPZA menimbulkan berbagai dampak. Antara lain merusak hubungan kekeluargaan, menurunkan kemampuan belajar, ketidakmampuan membedakan yang buruk dan yang baik, perilaku pengguna NAPZA menjadi anti sosial, merosotnya produktivitas kerja, gangguan kesehatan mulai dari yang ringan hingga fatal, mempertinggi kecelakaan lalu lintas, meningkatkan angka kriminalitas dan tindak kekerasan lainnya. 4.2.3. Respon psikologis pengguna selama menggunakan NAPZA Setiap individu yang pernah mengkonsumsi NAPZA pasti memiliki berbagai perubahan yang terjadi pada dirinya dalam berbagai aspek. Dengan Universitas Sumatera Utara semua perubahan yang terjadi, manusia yang memiliki akal dan perasaan pasti akan berespon. Respon ini dapat terbentuk dari bagaimana seorang individu tersebut menilai dirinya dan penilaian apa yang diterima dari orang lain tentang dirinya. Menurut Calhoun 1990, setiap hari seorang individu berkedudukan sebagai penilai dirinya. Evaluasi terhadap diri sendiri ini disebut harga diri, yang mana akan menentukan seberapa jauh seseorang itu menyukai dirinya. Dalam hal ini tidak menjadi masalah apabila standar itu masuk akal atau pengharapan itu realistis. Berdasarkan hasil temuan dilapangan, partisipan yang mengalami penurunan atau penambahan berat badan selama menggunakan NAPZA memiliki penilaian berbeda-beda terkait dengan perubahannya tersebut. Salah seorang dari mereka mengaku merasa senang dengan perubahan yang terjadi, salah seorang yang lain mengatakan kurang puas dengan perubahan bentuk tubuh yang terjadi, dan beberapa diantaranya malah tidak memiliki tanggapan tertentu dengan perubahan tubuh yang terjadi. Mereka menerima apapun perubahan tubuh yang terjadi saat menggunakan NAPZA. Penerimaan terhadap perubahan bentuk tubuh dapat terjadi karena mereka memiliki pandangan yang baik terhadap perubahan tubuh mereka sehingga dalam proses wawancara yang dilakukan, mereka terlihat percaya diri dan tidak terlihat gelisah ketika ditanyai tentang pendapat mengenai perubahan bentuk tubuh yang terjadi saat masih menggunakan NAPZA dan setelah masuk ke rehabilitasi. Hal ini sesuai dengan pendapat Keliat 2005 yang mengatakan bahwa pandangan Universitas Sumatera Utara yang realistis terhadap dirinya dalam menerima dan mengukur bagian tubuhnya akan membuat seorang individu merasa lebih aman, sehingga terhindar dari rasa cemas dan hal ini akan meningkatkan harga diri. Menurut Perdani 2009 dalam Ratna, 2014 kepuasan terhadap citra tubuh juga ditentukan oleh faktor usia, karena seorang laki-laki maupun perempuan yang tumbuh menjadi dewasa telah belajar untuk menerima perubahan-perubahan pada tubuhnya meskipun penampilan tidak sebagaimana yang diharapkan dan sekalipun berusaha untuk memperbaiki penampilannya. Namun ada seorang partisipan yang merasa kurang puas terhadap perubahan tubuh yang terjadi saat dirinya menggunakan NAPZA. Hal ini sangat memungkinkan untuk terjadi jika kita melihat dari usia partisipan yang tergolong masih remaja. Menurut Sunaryo 2002 fokus individu terhadap fisik lebih menonojol pada usia remaja. Pendapat Sunaryo sejalan dengan pendapat Conger Petersen dalam Ratna, 2014 bahwa seseorang yang meamsuki masa remaja akan semakin memperhatikan penampilan fisik mereka dan mulai berpikir bagaimana memperbaiki penampilan fisik agar semakin menarik. Sesuai dengan pendapat di atas, partisipan B yang merasa tidak puas dengan penurunan berat badannya juga mencoba untuk meningkatkan berat badannya agar kepercayaan diri terhadap tubuhnya kembali. Meliana 2006 dalam Ratna, 2014 mengemukakan bahwa cara berpikir yang positif atau negatif merupakan hal terpenting dalam meningkatkan atau menurunkan citra tubuh seseorang. Individu yang berpikir positif terhadap tubuhnya akan memiliki citra tubuh yang positif dan kemudian akan Universitas Sumatera Utara mengarahkannya pada rasa puas terhadap tubuhnya, sedangkan individu yang berpikir negatif terhadap tubuhnya akan memiliki citra tubuh negatif yang mengarahkannya pada ketidakpuasan tubuh. Kemudian jika kita membahas dari tanggapan partisipan terhadap penilaian orang lain terhadap dirinya saat masih mengkonsumsi NAPZA, hal ini tentu akan berbeda. Setiap pengguna NAPZA yang telah direhabilitasi pasti memiliki keinginan untuk terlepas dari ketergantungannya terhadap NAPZA dan ingin memulai kehidupan yang lebih baik. Sebagian besar partisipan mengatakan bahwa jika mereka menerima penilaian positif, maka itu merupakan suatu motivasi yang sangat membantu proses penyembuhan mereka selama di rehabilitasi. Dan jika mereka mendapatkan penialaian negatif, hal ini tentunya akan membuat mereka sedih dan menjadi down. Menurut pendapat Sullivan dalam Rakhmat, 2005 seorang individu ingin diterima oleh orang lain, dihormati dan disenangi karena keadaan dirinya, individu akan cenderung bersikap menghormati dan menerima dirinya. Sebaliknya, bila orang lain selalu meremehkan dirinya, menyalahkan dan menolaknya, ia akan cenderung tidak akan menyenangi dirinya. Namun disatu sisi, seorang partisipan mengatakan bahwa dengan penilaian negatif yang diterimanya, dapat menjadi motivasi tersendiri baginya dalam menjalani rehabilitasi agar nantinya dirinya dapat membuktikan bahwa penilaian mereka salah karena seorang pengguna NAPZA yang berniat berubah juga akan bisa menjadi pribadi yang lebih baik lagi. Universitas Sumatera Utara Menurut pendapat Sujono Teguh 2009 penilaian pribadi terhadap hasil yang telah dicapai didefinisikan sebagai harga diri. Harga diri dapat diperoleh dari diri sendiri maupun orang lain. Aspek utamanya adalah perasaan dicintai dan menerima penghargaan dari orang lain. Harga diri rendah dapat digambarkan sebagai perasaan yang negatif terhadap diri sendiri, hilangnya kepercayaan diri serta merasa gagal mencapai keinginan. Sujono juga berpendapat bahwa individu akan merasa berhasil atau hidupnya bermakna apabila diterima dan diakui orang lain atau merasa mampu menghadapi kehidupan dan mampu mengontrol dirinya. Faktor penyesuaian diri juga mempengaruhi jiwa mantan pengguna NAPZA dalam menghadapi masa depan, karena dalam proses penyesuaian itu sendiri mengandung kriteria antara lain adanya penerimaan sosial. Dalam hal ini, mantan pengguna NAPZA yang merasa dirinya ditolak oleh masyarakat karena sudah ada cap buruk mengenai dirinya, sehingga tidak ada penerimaan sosial yang wajar, dan berakibat muncul kurangnya penyesuaian diri pada mantan pengguna NAPZA. Untuk mampu menyesuaikan diri dengan baik, perlu adanya konsep diri yang baik dari mantan pengguna NAPZA. Menurut pendapat Nyoman Olga 2014, dalam menghargai diri sendiri didasarkan upaya penerimaan diri, yang dimaksudkan menghargai seluruh potensi yang dimiliki dan berupaya mengembangkannya secara optimal. Pribadi yang menghargai diri sendiri cenderung memiliki kemampuan untuk menghargai keberadaan orang lain, mampu bersosialisasi dengan baik dan mampu berdialog dengan baik sehingga terjalin hubungan yang harmonis dengan sesamanya. Universitas Sumatera Utara Kemudian, berdasarkan penilaian diri yang dibuat oleh partisipan untuk dirinya, yaitu dirinya yang menerima dan merasa puas terhadap jenis kelaminnya, dalam hal ini berkaitan dengan identitas diri. Karakteristik identitas diri dapat dimunculkan dari perilaku dan perasaan seseorang, seperti: individu mengenal dirinya sebagai makhluk yang terpisah dan berebda dengan orang lain, individu menyadari dan mengakui jenis seksualnya, individu mengakui dan menghargai berbagai aspek penting tentang dirinya, peran, nilai dan perilaku secara harmonis, dan lain sebagainya Stuart Sundeen, 1998. 4.2.4. Respon orang lain saat dirinya menggunakan NAPZA Berdasarkan hasil wawancara, partisipan mengatakan bahwa penilaian yang mereka terima dari orang disekitarnya terutama tanggapan dari keluarga sangatlah berpengaruh terhadap harga dirinya. Respon dari keluarga dan masyarakat yang selalu meremehkan dan memandang rendah pada pengguna NAPZA, membuat mereka menjadi minder. Dalam hal ini, penyikapan terhadap penilaian dan tanggapan tersebut tentunya berbeda pada masing-masing individu. Jika dikaitkan dari data demografi, partisipan remaja yang menerima penilaian negatif selama menggunakan NAPZA membuatnya lebih cepat untuk bereaksi dalam memandang dirinya secara negatif dan membuatnya menjadi rendah diri. Lain halnya pada partisipan dengan golongan usia dewasa. Mereka cenderung lebih matang dalam merespon penilaian dari orang lain dibandingkan dengan partisipan dengan usia remaja walaupun penilaian negatif tersebut juga membuat mereka menjadi sedih. Universitas Sumatera Utara Banyak orang beranggapan bahwa pengguna NAPZA adalah orang yang tidak bermanfaat dan produktivitasnya rendah. Anggapan ini tidak selalu benar, karena hal ini tergantung pada penyesuaian dirinya dan peran orang tua yang memberikan dukungan terhadap penyesuaian diri mereka dalam masyarakat Widianingsih Widyarini, 2009. Dukungan keluarga selama proses rehabilitasi ataupun lingkungan yang merendahkan dan tidak menghargai usaha yang dilakukan mereka untuk sembuh akan menambah stres dan sulit mengendalikan perasaan sehingga membuat individu rentan untuk menggunakan narkoba lagi atau relaps. Sikap keluarga yang selalu mencurigai, memojokkan, mengungkit masa lalu, serta menjadikan pecandu sebagai “kambing hitam” untuk setiap kejadian yang tidak menyenangkan sering menjadi penyebab terjadinya relaps Joewana, 2005. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Widianingsih Widyarini 2009 menunjukkan bahwa semakin tinggi dukungan orang tua terhadap remaja mantan pengguna narkoba maka semakin baik adaptasi dilakukan oleh remaja tersebut dalam masyarakat. Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan, partisipan mengatakan bahwa selama dirinya menggunakan NAPZA, mereka dipandang sebelah mata. Hal ini mengakibatkan mereka memiliki harga diri rendah saat mereka berada dilingkungan keluarga dan sosialnya. Menurut Hurlock 1974, hubungan dengan keluarga mempengaruhi konsep diri individu. Jelas bahwa mantan pengguna NAPZA pun akan sulit mengendalikan keinginannya mengkonsumsi NAPZA sampai kapanpun bila tidak didukung Universitas Sumatera Utara lingkungan yang baik. Untuk itu, ini bukan masalah salah siapa, melainkan mengapa pecandu narkoba dapat kambuh Fitri, 2014. Seorang pecandu juga harus memiliki keinginan dari hatinya sendiri jika ia ingin berhenti mengkonsumsi narkoba. Dukungan orang tua pun sangat besar pengaruhnya untuk pengguna BNN, 2006 4.2.5. Tanggung jawab selama menggunakan NAPZA Setiap manusia hidup bersama dengan tanggung jawwabnya. Seorang ayah bertanggung jawab untuk menafkahi keluarganya, seorang pekerja harus bertanggung jawab dengan apa yang diembankan kepadanya, dan lain-lain. Seorang pengguna NAPZA pada dasarnya juga manusia biasa yang hidup dengan berbagai tanggung jawab yang harusnya dijalaninya. Namun setelah penggunaan NAPZA, tanggung jawab itu seolah tidak disadari dan diabaiikan begitu saja karena dirinya sudah terlena dengan pengaruh zat yang dikonsumsinya. Dari hasil wawancara yang telah dilakukan, mereka mengaku bahwa mereka melupakan semua tanggung jawab mereka dalam berbagai hal karena banyak faktor akibat penggunaan NAPZA, seperti dirinya yang selalu memikirkan diri sendiri, lebih mementingkan kesenangan diri, ketidakpedulian dengan apa yang terjadi disekitarnya hingga membuat mereka melalaikan segalanya, termasuk pekerjaan yang harusnya dilakukan dengan sungguh-sungguh. Menurut Reza 2007 penyalahgunaan NAPZA juga akan membawa dampak negatif dan sangat berpengaruh pada psikis, fisik, perilaku dan kehidupan sosial. Dari banyak dampak yang ditimbulkan akibat penggunaan NAPZA, salah satunya adalah dari segi perilaku yaitu menolak tanggung jawab. Universitas Sumatera Utara Setiap individu dalam kehidupannya sering disibukkan dengan perannya setiap waktu. Misalnya sebagai seorang anak, istri, ibu rumah tangga, mahasiswa, perawat, wanita karier, dan lain sebagainya. Peran ini diperlukan individu untuk aktualisasi diri Sujono Teguh, 2009. Peran juga berlaku pada pengguna NAPZA. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan peneliti, setelah menggunakan NAPZA terjadi gangguan peran terhadap pengguna NAPZA tersebut. Segala perannya baik sebagai seorang anak, kepala keluarga, pelajar, karyawan dan sebagainya tidak dijalankannya dengan baik. Menurut mereka, hal ini terjadi karena pengaruh dari zat yang di konsumsi yang membuat mereka menjadi cenderung lebih egois, hanya memikirkan kesenangan diri sendiri. Hal ini sesuai dengan pendapat Reza 2007 yang mengatakan bahwa penggunaan NAPZA juga mempengaruhi individu dari segi perasaan, salah satunya yaitu perasaan amarah, kecemasan, perasaan rendah diri, dan lain sebagainya. Penyalahgunaan NAPZA juga dapat mengakibatkan rusaknya kemampuan berpikir sehingga pengguna tidak dapat membedakan hal- hal yang baik dan buruk dan hal ini dapat mengakibatkan hancurnya karir, rusaknya jiwa dan lain sebagainya Imam, 2013. Pendapat Imam sesuai dengan apa yang ditemukan peneliti dilapangan, bahwa sebagian besar partisipan megatakan bahwasanya dengan menggunakan NAPZA, mereka lupa semua tanggung jawab yang semestinya harus dilakukan sehingga mengakibatkan terbengkalainya pekerjaan, dan kegiatan di sekolah. Menurut Puskominfo Bid Humas Polda Metro Jaya 2010, beberapa ciri umum dari pengguna NAPZA yaitu mulai berani membolos dan meninggalkan Universitas Sumatera Utara pekerjaan sehari-hari, mudah tersinggung. Dari hasil penelitian, seluruh partisipan yang diwawancarai mengatakan bahwa setelah menggunakan NAPZA, pekerjaan yang biasa mereka lakukan terbengkalai, seperti pendapat partisipan F,” Jadi itulah kak kalo misalnya udah kerja itu biasanya make gini tidurnya pagi. Nanti jam 10 baru kekantor. Ngga teratur lah kak. Kadang kalo misalnya apa kadang malas ke kantor. Ngga terarah kehidupan kita itu kak, ngga teratur”. Jika dilihat dari perubahan perilaku sosial, mereka akan menarik diri dari aktivitas bersama keluarga. Hal ini ses uai dengan pernyataan partisipan B,”Yang dirasakan kalo dalam misalnya sosial, ada kumpulan keluarga, ada sodara yang meninggal saya ngga pernah ada itu. Selalu menjauh saya”. Kemudian mereka juga suka berbohong dan memanipulasi keadaan, mengabaikan kegiatan ibadah, seperti pernyataan partisipan E, “Dites ditarok uang 500 ribu di laci. Waktu saya jaga, saya kira kan ngga di openin. Saya ambil semua. Awalnya pas ayah saya jaga ditanya. Disitulah ketahuannya. Dikemanakan duitnya? Alasan lah. Beli onderdil kere ta lah”. Dan jika dilihat dari perubahan psikologis, sering terjadi perubahan mood mendadak, tidak memiliki tanggung jawab, emosi tak terkendali, merasa dikucilkan atau menarik diri dari lingkungan, cenderung melakukan tindak pidana kekerasan, hal ini sesuai dengan pernyataan partisipan A ,” apalagi setelah pake napza itu kan, apa dibilang semua ngga dengar. Marah aja bawaannya”. Beberapa partisipan juga merasa dikucilkan, seperti pernyataan partisipan B ,” Merasa diri sendiri aja yang dikucilkan gitu. Padahal ngga dikucilkan. Pemikiran kita terlalu panjang kedepan, padahal yang kita pikirkan itu tak mungkin terjadi”. Kemudian, dari pengakuan partisipan B, ia juga kerap kali melakukan tindak Universitas Sumatera Utara pidana kekerasan seperti pernyataannya berikut, “ditahun 2012 itulah terbongkar semua kejahatan-kejahatan. Bongkar rumah orang, nyopet sawit orang, yang jelas merampok rumah orang ada 4 kali lah”, ” ya kalo cerita, tentang kejahatan.. ya itulah tadi, merampok. Yang paling sadis, saya motong tangan orang di jalan asia”. NAPZA memang dapat merusak berbagai hal dalam kehidupan. Dalam kehidupan keluarga, suasana nyaman dan tenteram akan terganggu. Keluarga resah karena barang-barang berharga di rumah hilang. Anak berbohong, suka mencuri, menipu, bersikap kasar, acuh tak acuh dengan urusan keluarga, tak bertanggung jawab, hidup semaunya dan anti sosial Martono Joewana, 2008. Hal ini sesuai dengan yang terjadi dalam kehidupan partisipan. Mereka mengatakan bahwa semenjak dirinya menggunakan NAPZA semuanya menjadi tidak 4.2.6. Harapan Berdasarkan hasil penelitian, setiap individu pasti memiliki suatu keinginan atau cita-cita yang ingin dicapainya sekalipun mereka adalah pengguna NAPZA. Baik cita-cita yang sudah dimiliki saat masih menggunakan NAPZA maupun harapan terhadap kehidupannya untuk masa yang akan datang. Pengidealan diri yang dilakukan partisipan ini sebenarnya snagat baik untuk diri mereka untuk memotivasi diri agar mereka bisa sembuh dari penggunaan NAPZA. Dari wawancara yang dilakukan, dengan tekad yang kuat dari partisipan untuk berusaha agar tidak lagi menggunakan NAPZA membuat mereka lebih sungguh-sungguh dalam menjalani rehabilitasi. Mereka berusaha untuk lebih Universitas Sumatera Utara memperdalam agama agar memiliki pondasi kuat ketika keluar nanti. Kemudian, dengan banyak hal negatif yang telah dilakukannya dulu selama dirinya masih menggunakan NAPZA juga menjadi motivasi tersendiri agar bagaimana caranya mereka dapat memperbaiki semuanya dan menjadi pribadi yang lebih baik lagi. Kemudian, jika dilihat dari segi cita-cita, pengguna NAPZA yang merasa dirinya rusak pun masih memiliki cita-cita yang ingin dicapainya. Seperti misalnya dari beberapa orang partisipan yang mengaku ingin menjadi polisi. Mereka tetap berusaha mencoba untuk mencapai cita-citanya tersebut, namun ketika mereka tidak lulus, mereka menerima hal itu. Menurut pendapat Yatim 1986 seorang pengguna narkoba pun secara umum mengidealkan diri yang lebih baik saat ini dan sebelumnya. Persepsi individu terkait dengan bagaimana seharusnya ia berperilaku sesuai dengan standar pribadi, aspirasi, tujuan atau nilai personal tertentu disebut juga dengan ideal diri Stuart Sundeen, 1998. Ideal diri hendaknya tidak ditetapkan terlalu tinggi, namun masih lebih tinggi dari kemampuannya agar tetap menjadi motivasi dalam hidupnya Sujono Teguh, 2009. Dari hasil wawancara, partisipan memang memiliki cita-cita yang ingin dicapai. Namun ketika cita-cita itu tidak berhasil dicapainya, mereka lebih berbesar hati dan menerima kegagalan tersebut. Hal ini dikarenakan individu yang memandang dirinya sesuai dengan apa yang diinginkannya Stuart Sundeen, 1998. Penerimaan diri ini juga dapat disebabkan oleh seorang individu yang memiliki konsep diri positif yang mengetahui siapa dirinya sehingga ia menerima segala kelebihan dan kekurangan, hingga evaluasi terhadap dirinya menjadi lebih Universitas Sumatera Utara positif serta ia mampu merancang tujuan-tujuan sesuai dengan realitas Calhoun Acocela, 1990. Harapan untuk lebih baik ke depannya dan berusaha untuk tidak relaps juga merupakan ideal diri yang telah ditetapkan oleh partisipan. Mereka menetapkan suatu ideal diri yang lebih tinggi dari kemampuannya sehingga itu menjadi motivasi tersendiri untuk dirinya berusaha menjalani rehabilitasi sebaik- baiknya agar tujuannya tersebut dapat dicapainya setelah keluar dari rehabilitasi nantinya. Universitas Sumatera Utara 97

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN