Komponen-komponen Konsep Diri Konsep Diri 1. Definisi Konsep Diri

d. Pengalaman sukses dan gagal Terdapat kecenderungan bahwa semakin banyak kesuksesan yang didapat individu akan meningkatkan konsep diri seseorang, begitu juga sebaliknya. e. Stresor Stresor dalam kehidupan manusia misalnya perkawinan, pekerjaan baru, ujian, dan ketakutan. Jika koping individu tidak adekuat maka akan menimbulkan depresi, menarik diri dan juga kecemasan. f. Usia, keadaan sakit dan trauma Usia lanjut, keadaan sakit akan mempengaruhi persepsi dirinya.

2.1.4. Komponen-komponen Konsep Diri

Konsep diri menurut Stuart Sudeen 1998 terdiri atas lima komponen, yaitu: 2.1.4.1. Gambaran Diri body image Gambaran diri merupakan kumpulan sikap individu terhadap tubuhnya yang disadari maupun tidak disadari. Termasuk persepsi dan perasaan masa lalu dan sekarang tentang ukuran dan bentuk, fungsi, penampilan dan potensi Stuart Sundeen, 1998. Gambaran diri dapat dimodifikasi atau diubah secara berkesinambungan dengan persepsi dan pengalaman baru. Disaat seseorang lahir sampai mati, maka selama waktu itu pula individu hidup dengan tubuhnya. Sehingga setiap perubahan tubuh akan mempengaruhi kehidupan individu. Hal-hal penting yang terkait dengan gambaran diri menurut Sunaryo 2002 adalah sebagai berikut. Universitas Sumatera Utara 1. Fokus individu terhadap fisik lebih menonjol pada usia remaja. 2. Bentuk tubuh, TB dan BB serta tanda-tanda pertumbuhan kelamin sekunder mamae, menstruasi, perubahan suara, pertumbuhan bulu, menjadi gambaran diri. 3. Cara individu memandang diri berdampak penting terhadap aspek psikologis. 4. Gambaran yang realistik terhadap menerima dan menyukai bagian tubuh, akan memberi rasa aman dalam menghindari kecemasan dan meningkatkan harga diri. 5. Individu yang stabil, realistik, dan konsisten terhadap gambaran dirinya, dapat mendorong sukses dalam kehidupannya. Gangguan gambaran diri menurut Sujono Teguh 2009 adalah persepsi negatif tentang tubuh yang diakibatkan oleh perubahan ukuran bentuk, struktur, fungsi, keterbatasan, makna dan obyek yang terkait dengan tubuh. Tanda dan gejala gangguan gambaran diri yaitu: 1. Menolak untuk melihat atau menyentuh bagian tubuh tertentu yang berubah. 2. Tidak menerima perubahan tubuh yang telah maupun yang akan terjadi. 3. Menolak penjelasan perubahan tubuh. 4. Persepsi yang negatif terhadap tubuh. 5. Preokupasi dengan bagian tubuh yang hilang. 6. Mengungkapkan keputusasaan dan ketakutan. 2.1.4.2. Ideal Diri self ideal Ideal diri adalah persepsi individu terkait bagaimana dia seharusnya berprilaku berdasarkan standar pribadi, aspirasi, tujuan atau nilai personal tertentu Stuart Sundeen, 1998. Ideal diri akan mewujudkan cita-cita dan harapan Universitas Sumatera Utara pribadi berdasarkan norma sosial keluarga, budaya dan kepada siapa ia ingin melakukannya. Ideal diri menurut Sujono Teguh 2009 mulai berkembang sejak masa kanak-kanak yang dipengaruhi oleh orang penting dalam dirinya yang memberikan tuntutan dan harapan. Penetapan ideal diri sebaiknya lebih tinggi dari kemampuan individu saat ini yang masih dalam batas yang dapat dicapai. Tujuannya agar individu dapat memacu dirinya ke tingkat yang lebih tinggi. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi individu dalam membentuk ideal diri, yaitu: 1. Kecenderungan individu dalam menetapkan ideal diri dari batas kemampuannya. 2. Faktor budaya, pembentukan standar ini dibandingkan dengan standar kelompok teman dan norma yang ada di masyarakat 3. Ambisi dan keinginan untuk melebihi dan berhasil, kebutuhan yang realistis, keinginan untuk menghindari kegagalan, perasaan cemas dan rendah diri. Ideal diri hendaknya ditetapkan tidak terlalu tinggi, namun masih lebih tinggi dari kemampuannya agar tetap menjadi motivasi dalam hidupnya. Gangguan ideal diri dapat terjadi akibat ideal diri yang terlalu tinggi, sukar dicapai dan tidak realistis Sujono Teguh, 2009. 2.1.4.3. Harga Diri self esteem Harga diri didefinisikan sebagai penilaian pribadi terhadap hasil yang telah dicapai dengan menganalisa seberapa jauh perilaku memenuhi ideal diri. Jika individu selalu sukses maka cenderung akan memiliki harga diri yang tinggi, Universitas Sumatera Utara namun apabila individu sering gagal maka cenderung memiliki harga diri rendah Sujono Teguh, 2009. Harga diri dapat diperoleh dari diri sendiri maupun dari orang lain. Aspek utama adalah perasaan dicintai dan menerima penghargaan dari orang lain. Manusia cenderung negatif, walaupun ia cinta dan mengakui kemampuan orang lain namun jarang mengekspresikannya. Harga diri dapat menjadi rendah jika seseorang kehilangan kasih sayang dan penghargaan dari orang lain Sujono Teguh, 2009. Gangguan harga diri atau harga diri rendah dapat digambarkan sebagai perasaan yang negatif terhadap diri sendiri, hilangnya kepercayaan diri serta merasa gagal mencapai keinginan Sujono Teguh, 2009. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi gangguan harga diri, yaitu: 1. Perkembangan individu. Faktor predisposisi dapat dimulai sejak masih bayi, seperti penolakan orang tua menyebabkan anak merasa tidak dicintai dan mengakibatkan anak gagal mencintai dirinya dan akan gagal untuk mencintai orang lain. Pada saat anak berkembang lebih besar, anak mengalami kurangnya pengakuan dan pujian dari orang tua dan orang yang dekat atau penting baginya. Ia merasa tidak adekuat karena selalu tidak dipercaya untuk mandiri, memutuskan sendiri akan bertanggung jawab terhadap perilakunya. Sikap orang tua yang terlalu mengatur dan mengontrol, membuat anak merasa tidak berguna. Universitas Sumatera Utara 2. Ideal diri tidak realistis Individu yang selalu dituntut untuk berhasil akan merasa tidak punya hak untuk gagal dan berbuat kesalahan. Ia membuat standar yang tidak dapat dicapai, seperti cita-cita yang terlalu tinggi dan tidak realistis. Yang pada kenyataannya tidak dapat dicapai membuat individu menghukum diri sendiri dan percaya diri akan hilang. 3. Gangguan fisik dan mental Gangguan ini dapat membuat individu dan keluarga merasa rendah diri. 4. Sistem keluarga yang tidak berfungsi Orang tua yang mempunyai harga diri yang rendah tidak mampu membangun harga diri anak dengan baik. Orang tua memberi umpan balik yang negatif dan berulang-ulang akan merusak harga diri anak. Harga diri anak akan terganggu jika kemampuan menyelesaikan masalah tidak adekuat. Akhirnya anak memandang negatif terhadap pengalaman dan kemampuan dilingkungannya. 5. Pengalaman traumatik yang berulang, misalnya akibat aniaya fisik, emosi dan seksual. Penganiayaan yang dialami dapat berupa penganiayaan fisik, emosi, peperangan, bencana alam, kecelakaan atau perampokan. Individu merasa tidak mampu mengontrol lingkungan. Respon atau strategi untuk menghadapi trauma umumnya mengingkari trauma, mengubah arti trauma, respon yang biasa efektif terganggu. Akibatnya koping yang biasa berkembang adalah depresi dan denial pada trauma Salbiah, 2003. Universitas Sumatera Utara 2.1.4.4. Peran role Peran adalah serangkaian pola perilaku yang diharapkan oleh lingkungan sosial berhubungan dengan fungsi individu di berbagai kelompok sosial Stuart Sundeen, 1998. Peran ini diperlukan individu untuk aktualisasi diri. Stres peran terdiri dari konflik peran, peran yang tidak jelas, peran yang tidak sesuai dan peran yang berlebihan Sujono Teguh, 2009. Banyak faktor yang mempengaruhi dalam penyesuaian diri dengan peran yang harus dilakukan Stuart Sundeen, 1998: 1. Kejelasan perilaku dan peran yang sesuai dengan peran. 2. Konsistensi respon orang yang berarti terhadap peran yang dilakukan. 3. Kesesuaian dan keseimbangan antar peran yang diemban. 4. Keselarasan budaya dan harapan individu terhadap perilaku peran. 5. Pemisahan situasi yang akan menciptakan ketidaksesuaian perilaku peran. Menurut Stuart Sundeen 1991 dalam Salbiah, 2003 berbagai gangguan peran dapat juga terjadi berbagai gangguan peran yang diakibatkan oleh : 1 konflik peran interpersonal, 2 contoh peran yang adekuat, 3 kehilangan hubungan yang penting, 4 perubahan peran seksual 5 keragu-raguan peran, 6 perubahan kemampuan fisik untuk menampilkan peran sehubungan dengan proses menua, 7 kurangnya kejelasan peran atau pengertian tentang peran, 8 ketergantungan obat, 9 kurangnya keterampilan sosial, 10 perbedaan budaya 11 harga diri rendah, 12 konflik antar peran yang sekaligus diperankan. Adapun tanda dan gejala yang dapat terjadi dari gangguan-gangguan peran tersebut adalah seperti: 1 mengungkapkan ketidakpuasan perannya atau Universitas Sumatera Utara kemampuan menampilkan peran, 2 mengingkari atau menghindari peran, 3 kegagalan transisi peran, 4 ketegangan peran, 5 kemunduran pola tanggung jawab yang biasa dalam peran, 6 proses berkabung tidak berfungsi, 7 kejenuhan pekerjaan Stuart Sundeen, 1998. 2.1.5.5. Identitas Diri identity Identitas merupakan kesadaran akan diri sendiri yang bersumber dari observasi dan penilaian, juga merupakan sintesa dari semua aspek konsep diri sebagai suatu kesatuan yang utuh Stuart Sundeen, 1998. Identitas berkembang sejak masa kanak-kanak bersamaan dengan perkembangan konsep diri. Hal yang paling penting dari identitas adalah jenis kelamin. Identitas jenis kelamin berkembang sejak bayi secara bertahap, dimulai dengan konsep laki-laki dan wanita yang banyak dipengaruhi oleh pandangan dan perlakuan masyarakat terhadap masing-masing jenis Sujono Teguh, 2009. Enam ciri identitas ego Stuart Sundeen, 1998: 1. Mengenal diri sendiri sebagai manusia yang utuh dan terpisah dari orang lain. 2. Mengakui jenis kelamin diri. 3. Memandang seluruh aspek dalam dirinya sebagai suatu keselarasan. 4. Menilai diri sesuai dengan penilaian masyarakat. 5. Menyadari hubungan masa lalu, sekarang dan yang akan datang. 6. Mempunyai tujuan yang bernilai dan dapat direalisasikan. Karakteristik identitas diri dapat dimunculkan dari perilaku dan perasaan seseorang, seperti: individu mengenal dirinya sebagai makhluk yang terpisah dan berbeda dengan orang lain, individu mengakui dan menyadari jenis seksualnya, Universitas Sumatera Utara individu mengakui dan menghargai berbagai aspek tentang dirinya, peran, nilai dan perilaku secara harmonis, individu mengaku dan menghargai diri sendiri sesuai dengan penghargaan lingkungan sosialnya, individu sadar akan hubungan masa lalu, saat ini dan masa yang akan datang, serta individu mempunyai tujuan yang dapat dicapai dan direalisasikan Stuart Sundeen, 1998.

2.1.5. Dimensi Konsep Diri