Hasil Penelitian HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

55

BAB 4 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil Penelitian

Penelitian Kualitatif dengan menggunakan desain fenomenologi ini bertujuan untuk menggali lebih dalam pengalaman hidup dari pengguna NAPZA terkait konsep dirinya di Pusat Rehabilitasi Al-Kamal Sibolangit Centre. Hasil penelitian yang dibahas adalah karakteristik partisipan yang didapat dari data demografi dan tema hasil analisa data penelitian. 4.1.1. Karakteristik Partisipan Partisipan dalam penelitian ini berjumlah 6 orang. Keenam partisipan yang menjadi sampel dalam penelitian ini adalah partisipan yang memenuhi kriteria dan bersedia untuk diwawancarai serta telah menandatangani surat perjanjian sebelum dimulainya wawancara. Para partisipan merupakan pengguna NAPZA yang sedang menjalani rehabilitasi di Pusat Rehabilitasi Al-Kamal Sibolangit Centre. Adapun data karakteristik partisipan pada penelitian ini meliputi usia, jenis kelamin, suku, status perkawinan, agama, pendidikan terakhir, pekerjaan, dan lama perawatan. Data demografi partisipan dapat dilihat pada tabel 4.1. Universitas Sumatera Utara Tabel 4.1 Karakteristik Partisipan P A P B P C P D P E P F Usia 27 tahun 18 tahun 24 tahun 14 tahun 20 tahun 31 tahun Jenis kelamin LK LK LK LK LK LK Suku Aceh Batak mandailing Melayu Jawa Mandailing Batak Status perkawinan Sudah Belum Sudah Belum Belum Sudah Agama Islam Islam Islam Islam Islam Islam Pendidikan terakhir SMU SMK SMA SMP SMA S1 Pekerjaan Wirasw asta - Wirasw asta - - PNS Lama perawatan 8 bulan 3 bulan 8 bulan 5 bulan 7 bulan 6 bulan 4.1.2. Konsep Diri Pengguna NAPZA di Pusat Rehabilitasi Al-Kamal Sibolangit Centre Dari hasil penelitian ini terdapat 6 tema terkait konsep diri pengguna NAPZA di pusat rehabilitasi Al-Kamal sibolangit centre meliputi 1 kehidupan yang dijalani pengguna NAPZA, 2 perubahan saatmenggunakan NAPZA, 3 respon psikologis pengguna selama menggunakan NAPZA, 4 respon orang lain saat dirinya menggunakan NAPZA, 5 tanggung jawab selama menggunakan NAPZA dan 6 memiliki harapan dalam hidupnya. Matriks tema dapat dilihat pada tabel 4.2. Universitas Sumatera Utara Tabel 4.2. Matriks Tema Konsep Diri Pengguna NAPZA di Pusat Rehabilitasi Al-Kamal Sibolangit Centre No Tema 1: Kehidupan yang dijalani pengguna NAPZA 1 Sub Tema: 1. Kehidupan setelah menggunakan NAPZA 2. Kehidupan setelah menjalani rehabilitasi Kategori : a. Kehidupan tidak teratur b. Kehidupan tidak terarah c. Kehidupan hancur a. Kehidupan lebih baik b. Peningkatan fisik c. Pandangan terhadap dirinya menjadi lebih positif Tema 2: Perubahan saat menggunakan NAPZA 2 Sub Tema: 1. Perubahan fisik 2. Perubahan dalam perilaku Kategori : a. Peningkatan berat badan b. Penurunan fisik a. Menjauh dari lingkungan sosial b. Emosi sulit dikendalikan c. Egois atau lebih mementingkan diri sendiri d. Melakukan perbuatan kriminal Tema 3: Respon psikologis pengguna selama menggunakan NAPZA 3 Sub Tema: 1. Tanggapan terhadap perubahan tubuh 2. Tanggapan terhadap penilaian orang lain 3. Penilaian diri Kategori: a. Merasa senang b. Merasa menyesal atau tidak puas c. Tidak ada tanggapan tertentu terkait perubahan tubuh a. Penilaian positif menjadi motivasi b. Penilaian negatif mempengaruhi harga diri pengguna c. Penilaian negatif menjadi motivasi a. Tidak percaya diri dalam menggapai cita- cita b. Menerima identitas dirinya c. Merasa dikucilkan Tema 4: Respon orang lain saat dirinya menggunakan NAPZA 4 Sub Tema: 1. Respon dari Kategori: a. Dipandang sebelah mata Universitas Sumatera Utara keluarga dan masyarakat b. Tidak dipercaya Tema 5: Tanggung jawab selama menggunakan NAPZA 5 Sub Tema: 1. Merasa gagal dalam menjalani tanggung jawab kepada orang tua 2. Tanggung jawab sebagai kepala keluarga yang tidak terpenuhi 3. Melalaikan pekerjaan 4. Tidak melaksanakan tanggung jawab disekolah Kategori: a. Tidak berbakti. a. Hanya mementingkan diri sendiri a. Menyia-nyiakan tanggung jawab dalam pekerjaan b. Pekerjaan tidak beraturan a. Mengabaikan tanggung jawab disekolah. Tema 6: Harapan 6 Sub Tema: 1. Harapan untuk lebih baik kedepannya. 2. Memiliki cita- cita Kategori: a. Tidak relaps b. Ingin memperbaiki berbagai hal yang telah dilakukan. a. Memiliki hal yang ingin dicapai b.Penerimaan terhadap cita-cita yang tidakbelum tercapai. 4.1.2.1. Kehidupan yang dijalani pengguna NAPZA Berdasarkan hasil penelitian, partisipan memiliki dua sisi kehidupan berbeda yang telah dijalaninya, yaitu 1 kehidupan setelah menggunakan NAPZA dan 2 kehidupan setelah menjalani rehabilitasi. Universitas Sumatera Utara 1. Kehidupan setelah menggunakan NAPZA Partisipan dalam penelitian ini menyatakan bahwa kehidupan yang mereka jalani sangat berbeda saat menggunakan NAPZA, yaitu menjadi hancur, tidak teratur dan tak terarah. a. Kehidupan tidak teratur Beberapa partisipan mengatakan bahwa kehidupan yang mereka jalani saat menggunakan NAPZA menjadi tidak beraturan atau tidak teratur. Sesuai dengan pernyataan berikut: “ Saya jalani kehidupan, saya rasa sangat berantakan sekali. Berantakannya gimana? Di keluarga saya merasa dikucilkan, padahal saya itu ngga dikucilkan. Yang kedua selalu konflik dengan keluarga” Partisipan B “ Kehidupan yang saya jalani setelah make itu jelas berantakan. Kalo orang normal ya siang tetap siang, malam tetap malam. Kalo kami sebagai pecandu ini, malam jadi siang, siang jadi malam” Partisipan E b. Kehidupan tidak terarah Hal ini memang tidak jauh berbeda dengan pendapat diatas. Namun, persepsi seseorang terhadap kehidupannya pasti berbeda-beda. Sesuai dengan pernyataan dibawah ini: “ Kalau kehidupan ya pastinya ngga terarah lagi lah kita bilang kan kak. Sibuk sama diri sendiri” Partisipan A “Kalo saya setelah make ya ngga terarah lah kak. Cuman dulu kan saya make itu kan hanya untuk sekedar doping kak, dalam pekerjaan. Doping itu penambah daya tahan tubuh aja kak” Partisipan F Universitas Sumatera Utara c. Kehidupan hancur Salah seorang partisipan mengatakan salah satu dampak dari penggunaan NAPZA bagi kehidupannya adalah menyebabkan hancurnya kehidupan yang dijalaninya. Hal ini sesuai dengan pernyataan berikut: “ Kalo kehidupan saya ya hancur lah mbak. Cemana ya.. dari saya lajang tu saya sudah berumah tangga. Mempunyai satu anak. Saya lajang pun saya kuat memakai narkoba. Dan saya sempat berhenti juga, sempat berhenti dan berumah tangga itulah, berumah tangga, saya sering ribut juga sama orang rumah. Sama istri sering ribut” Partisipan C 2. Perubahan setelah menjalani rehabilitasi Rehabilitasi merupakan upaya untuk memulihkan kondisi para pengguna NAPZA agar kembali sehat, yaitu sehat dari segi fisik, psikologis, sosial dan agama. Dalam hal ini partisipan mengaku banyak hal yang telah berubah menjadi lebih baik. Dapat dilihat dari kehidupan,peningkatan fisik dan perubahan pandangan dari orang sekitar terhadap dirinya. a. Kehidupan lebih baik Dalam hal ini, partisipan mengaku bahwa kehidupan yang dijalaninya setelah menjalani proses rehabilitasi terasa semakin membaik. Mereka mengatakan bahwa dari hidup yang dulunya hancur dan tidak terarah, setelah menjalani proses rehabilitasi menjadi lebih baik. Dapat dilihat dari pernyataan dibawah ini: “ Jauh kali berbeda. Yang dulunya gimana ya, ngga teratur dalam segala hal, suka-suka kita. Apalagi setelah make narkoba itu kan, apa dibilang, semua ngga dengar. Marah aja Universitas Sumatera Utara bawaannya. Sekarang udah lebih stabil selama ngga make lagi dan menjalani perawatan disini” Partisipan A “Alhamdulillah keluarga saya masih peduli dengan saya, menjenguk saya kemari, masih mensupport. Masih memberi motivasi, supaya saya sembuh, supaya bisa kembali pada mereka. Alhamdulillah kehidupan saya setelah disini sudah jauh lebih baik mbak” Partisipan C “Lebih baik, dari segi religi, shalat 5 waktu, mandiri, nyuci baju sendiri, diluar orang yang nyucikan kak. Belajar bersih- bersih kan” Partisipan D “Ya disini alhamdulillah udah terarah lah. Mana yang harus awak lakukan, mana kesalahan yang mau awak hindari, disini di tata kak hidup kita. Contohnya ya kak disini dengan shalat 5 waktu, ya diluar kita ngga pernah shalat kak, makan terarah, dilu ar kita makan ngga pernah teratur kan.” Partisipan F “ Insya Allah kak udah alhamdulillah. Lebih baik lah dari semua aspek” Partisipan F b. Peningkatan fisik Perubahan juga terlihat dari segi fisik, mereka yang dulunya kurus, kini mengalami peningkatan berat badan. “Itulah saya masuk saya kemari, sebulan naik 5 kilo, naik 5 kilo, sampe sekarang sudah 55 kilo lebih” Partisipan B “Alhamdulillah lah kak. Udah gemuk badan awak. Di luar kurus kali” Partisipan D Universitas Sumatera Utara c. Pandangan terhadap dirinya menjadi lebih positif Selanjutnya, mereka juga mengatakan bahwa tanggapan orang terdekat menjadi berubah menjadi lebih positif terhadap mereka dan hubungan keluarga berubah menjadi lebih harmonis. Hal ini sesuai dengan pernyataan dibawah ini: “ Kalo selama dipusat rehab ini, keluarga nampaknya udah lebih baik pandangannya terhadap saya kak. Maksudnya waktu saya kemaren bulan 8 saya masuk kemari itu hubungan rumah tangga saya pun hampir pecah karena istri saya kan hampir gelisah gitu, dia udah pulang ke tempat orang tuanya gitu. Dengan adanya saya disini, dia pun udah bagus gitu kan, orang tua pun udah bagus gitu, pokoknya berubahlah, jangan lagi kayak yang udah- udah. Kita udah salah kan” Partisipan A “ Ya mereka ada kunjungan, ada merasa bangga melihat saya disini” Partisipan C “ Setelah disini positif. Kalo dulu ya saya kurang dapat kepercayaan lah ya dari keluarga. Malah yang lebih dipercaya itu istri saya daripada saya” Partisipan C 4.1.2.2. Perubahan saat menggunakan NAPZA. 1. Perubahan fisik Penyalahgunaan NAPZA juga akan membawa dampak pada fisik. Namun perubahan fisik ini tergantung dari kondisi masing-masing individu. Ada beberapa orang yang menggunakan NAPZA mengalami penurunan berat badan drastis atau malah terjadi peningkatan berat badan. Kemudian, penggunaan NAPZA juga dapat menyebabkan wajah seseorang terlihat lebih tirus dan pucat, mata cekung, gigi rusak, berkeringat, dan lain-lain. Universitas Sumatera Utara a. Peningkatan berat badan. Beberapa partisipan mengatakan bahwa dengan menggunakan NAPZA, tubuhnya malah mengalami peningkatan berat badan, walaupun peningkatan yang terjadi tidak begitu besar. Hal ini sesuai dengan pernyataan berikut: “ Kalo dibilang kurus ngga, malah serasi sama saya. Malah membuat badan saya itu ya biasa aja. Gemuk, ngga kurus- kuru s kali, ya sedikit buncit lah” Partisipan E “ Malah naik, meningkat kak. Karena pun saya, memang kata kebanyakan orang kalo kita pemake ini badan kita itu menyusut. Tapi kak misalnya dia sesuai dengan narkoba itu bisa jadi gemuk kak, atau badannya gitu-gitu aja. Ngga gemuk ngga kurus. Kalo saya makin gemuk kak hari itu” Partisipan F b. Penurunan fisik Sebagian besar partisipan dalam penelitian ini mengatakan bahwa mereka mengalami penurunan fisik selama menggunakan NAPZA, baik dari wajah yang terlihat pucat dan semakin tirus, mata cekung, gigi rusak. Salah seorang partisipan mengatakan bahwa dirinya berkeringat banyak saat menggunakan. Hal ini dapat dilihat dari pernyataan berikut: “ Terus kalo diliat dari fisik aja lah dulu. Dulu cuman 70 kilo saya. 73 kilo. Disini sekarang udah 87 kan. 86” Partisipan A “ Ya saya pertama masuk kemari 45 kilo”, “Turun terus. Mata cekung, pipi kempot, gigi rusak, itulah ciri-ciri pemake bawah mata ini hitam” Partisipan B “ Awalnya pertama saya masuk kemari memang iya. Kurus, mata saya cekung, ya kurus lah, pokoknya pucat. Setelah beberapa bulan saya disini baru kelihatan berisi gini mbak, kalo ngga awalnya memang semuanya kami kemari kurus-kurus Universitas Sumatera Utara semua. Karena kan jarang tidur malam, makan pun ngga teratur, pokoknya istirahat ngga teratur” Partisipan C “ Setelah orang tua tau, badanmu kok makin kurus katanya. Padahal perasaan saya macam gemuk kan. Ngga tau saya kan kurus apa ngga nya. Gini aja badan saya. Kurus katanya itu. Muka pucat, badan kurus kerempeng katanya, pipi kempot katanya” Partisipan D “ Dari fisik bisa nampak kan cuma kalo dia pecandu narkoba kayak saya dulu saya berkeringat kalo make kak” Partisipan F 2. Perubahan dalam perilaku Perilaku yang ditunjukkan individu saat menggunakan NAPZA memang cenderung negatif. Hal ini juga terjadi pada partisipan yang diteliti. Mereka mengatakan setelah menggunakan NAPZA, perilaku mereka mulai berubah kepada hal yang negatif. Seperti menjauh dari sosial, emosi menjadi sulit untuk dikendalikan, menjadi egois atau lebih memikirkan diri sendiri, hingga melakukan perbuatan kriminal seperti mencuri. a. Menjauh dari lingkungan sosial Salah seorang partisipan mengatakan bahwa semenjak dirinya menggunakan NAPZA, dirinya mulai menjauh dari lingkungan sosial, terutama dari lingkungan keluarganya sendiri. Hal ini dapat dilihat dari pernyataannya dibawah ini: “ Yang dirasakan kalo dalam misalnya sosial, ada kumpulan keluarga, ada sodara yang meninggal saya ngga pernah ada itu. Selalu menjauh saya” Partisipan B Universitas Sumatera Utara b. Emosi sulit dikendalikan Salah satu efek jangka panjang dari penggunaan NAPZA salah satunya adalah amarah yang sulit dikendalikan, yang dimulai dari perasaan terlalu sensitif hingga mudah mengamuk. Beberapa partisipan mengaku mengalaminya. Dapat dilihat dari pernyataan berikut: “ Apalagi setelah make narkoba itu kan, apa dibilang, semua ngga dengar. Marah aja bawaannya” Partisipan A “ Sering marah, sikit-sikit marah, ngga dikasih duit membantingi” Partisipan B “ Saya sering bertengkar dengan istri, dengan kedua orang tua, dengan kakak pun sempat” Partisipan C “ Misalnya ngga dituruti aku minta ini, kumaki orangtua ku” Partisipan D c. Egois atau lebih mementingkan diri sendiri Ketika menggunakan NAPZA, partisipan menyatakan bahwa mereka lebih mementingkan diri sendiri daripada orang disekitarnya. Hal ini sesuai dengan pernyataan dibawah ini: “ Kadang kita terlalu memikirkan diri kita sendiri gitu. Kadang anak pun kadang-kadang kepingin hiburan kadang- kadang kita pun ngga memikirkannya. Kayak pigi jalan-jalan, besok-besok tahu-tahu ngga tebawa kan. Udah kita sendiri aja lah” Partisipan A “ Saya juga terlalu keasyikan sendiri lah. Egois yang ada mbak” Partisipan C Universitas Sumatera Utara “ Pola pikirnya dia egois kak. Cukup kalimat apa yang kita bilang, orang harus mendengarkan kita. Tapi disaat orang ngasih masukan, kita bebal” Partisipan E d. Melakukan perbuatan kriminal Dengan semakin meningkatnya kebutuhan akan NAPZA membuat pengguna cenderung melakukan apapun untuk dapat memenuhi kebutuhannya tersebut. Bahkan, tindakan kriminal yang dapat merugikan orang lain pun dilakukan demi mendapatkan uang untuk membeli kebutuhan NAPZA. Hal ini dapat dilihat dari pernyataan dibawah ini: “ Ya kalo cerita, tentang kejahatan.. Ya itulah tadi, merampok. Yang paling sadis, saya motong tangan orang di jalan asia” Partisipan B “ Paling ya suka mencuri apa orang tua, kayak uang orang tua, itulah mbak. Kalo merugikan orang ngga mbak” Partisipan C “ Nyuri. Dari orang tua. Karena kan orang tua punya usaha, ayah saya wiraswasta jual toko material. Jadi kan kadang- kadang saya jaga disitu, disitu lah kak. Selembar, selembar” Partisipan E 4.1.2.3. Respon psikologis pengguna selama menggunakan NAPZA Setiap individu yang hidup, pasti dapat merasakan apapun yang terjadi dalam hidupnya. Sekalipun ia adalah seorang pengguna NAPZA yang telah mengalami banyak perubahan, baik dari fisik, sosial dan lain sebagainya. Diantara banyak dampak tersebut, yang paling mayoritas mengalami perubahan adalah dari segi fisik. Tanggapan partisipan terhadap dirinya yang menggunakan NAPZA pun menjadi berbeda dibandingkan sebelum menggunakan. Universitas Sumatera Utara 1. Tanggapan terhadap perubahan tubuh Pendapat seseorang terhadap perubahan tubuhnya itu relatif. Bagi para remaja, yang memang fokus dengan penampilan fisik akan merasa perubahan fisik yang terjadi pada dirinya menjadi hal yang sangat diperhatikan. Dan hal ini juga tergantung pada masing-masing individu dalam menilai perubahan tubuh yang terjadi. a. Merasa senang Salah seorang partisipan mengatakan bahwa dirinya merasa senang dengan penurunan berat badan yang terjadi saat menggunakan NAPZA. Sesuai dengan pernyataan dibawah ini: “ Ya ngga ada masalah bagi kita. Senang malah kan. Payah juga kita badan besar gin i kan, susah gerak gitu” Partisipan A b. Merasa menyesal atau tidak puas Berbeda dengan partisipan sebelumnya yang merasa senang dengan penurunan berat badan yang terjadi, partisipan ini merasa kurang puas dengan penurunan berat badan yang terjadi saat dirinya masih menggunakan NAPZA. Hal ini dapat dilihat dari pernyataan dibawah ini: “ Tanggapan saya menyesal, kok kurus kali badan ini. Macam mana cara gemuk. Jadi akhirnya banyak makan, banyak makan, ngga ada gunanya juga karena masih terus nyambung zat zat narkoba itu masuk dalam tubuh ya, ngga ada gunanya jadi makanan yang kita makan” Partisipan B “Kurang puas aja dengan badan ini. Kok bisa jadi kurus kayak gitu dulunya” Partisipan B Universitas Sumatera Utara c. Tidak ada tanggapan tertentu terkait perubahan tubuh Beberapa partisipan lainnya mengatakan bahwa perubahan tubuh yang terjadi selama menggunakan NAPZA tidak menjadi masalah menurut penilaian mereka, sesuai dengan pernyataan berikut: “ Kalo selama saya memakai itu, tanggapan saya ya ngga ada. Biasa aja gitu. Setelah disinilah barulah saya sadar gitu bahwasanya itu merusak diri gitu” Partisipan C “ Ngga ada lah kak. Biasa aja awak sama badan ini. Ngga ada masalah kan. Mau kurus, kurus lah. Tapi kalo bisa lebih gemuk ya alhamdulillah kan” Partisipan D “ Tanggapan sama badan ya ngga ada, biasa aja gitu kak. Badan saya pun ngga kurus waktu itu. Biasa aja. Macam ngga pake pun. Paling ya itu tadi, sedikit buncit” Partisipan E 2. Tanggapan terhadap penilaian orang lain Manusia merupakan makhluk sosial. Makhluk yang hidup bersama dengan orang lain dan selalu melakukan interaksi. Berbagai hal yang dilakukan, pasti akan menuai respon dari orang lain. Baik itu respon yang positif maupun negatif. Hal ini akan berpengaruh tentunya bagi seorang individu yang sedang dinilai, tergantung dari bagaimana cara mereka menyikapi penilaian tersebut. a. Penilaian positif menjadi motivasi Bagi pengguna NAPZA yang tengah menjalani proses rehabilitasi, penilaian dari orang terdekat sangat mempengaruhi keberhasilannya dalam emnjalani proses rehabilitasi. Hal ini sesuai dengan pernyataan berikut: “ Sebelum direhab, waktu masih pake narkoba, ya saya ngga peduli dengan penilaian orang. Mau dinilai jelek atau gimana pun ya ngga peduli aja gitu kan. Tapi setelah Universitas Sumatera Utara direhab, baru terasa. Dengan penilaian positif dari orang terdekat kayak keluarga, yang dulunya kurang memberi kepercayaan pada saya, sekarang terlihat sangat mendukung, itu jadi suatu motivasi juga buat saya kak. Motivasi untuk segera pulih, dan supaya jangan make lagi gitu k an” Partisipan A “ Sekarang, setelah disini, penilaian positif dari orang lain itu terasa gitu sangat memberikan manfaat buat saya. Menjadi semangat gitu buat saya supaya bisa sembuh dari ketergantungan ini” Partisipan C “ Sebelum direhab ya ngga peduli lah kak sama tanggapan orang. Suka-suka orang mau nilai gimana. Tapi setelah direhab, tanggapan positif itu saya rasa sangat membantu sekali untuk proses pemulihan, untuk membuat saya jadi lebih baik lagi kak” Partisipan F b. Penilaian negatif mempengaruhi harga diri pengguna Tampak bahwa penilaian positif sangat berpengaruh terhadap keberhasilan proses rehabilitasi. Namun sebaliknya, partisipan merasa bahwa tanggapan negatif dari orang lain terhadapnya juga sangat mempengaruhi harga dirinya. Hal ini sesuai dengan pernyataan berikut: “ Saya selalu dipandang sebelah mata dan sebagaimana manusia yang tak punya harga diri. Jadi saya kemari untuk mengembalikan itu semua, saya tidak ingin dipandang sebelah mata dan saya ingin dihargai dan saya juga ingin menghargai orang lain” Partisipan B “ Kalo pandangan orang negatif, ya bisa membuat saya down juga mbak. Bayangkan aja mbak, kita udah direhab, berusaha untuk jadi manusia yang lebih baik. Tapi kalau penilaian yang kita dapat masih jelek aja, ya g imana lah mbak” Partisipan C “ Kalau saat saya disini, atau setelah keluar nanti aja lah ya, misalnya masih ada orang yang menilai saya itu dengan Universitas Sumatera Utara penilaian negatif, ya membuat hati kecil saya sedih juga lah mbak” Partisipan F c. Penilaian negatif menjadi motivasi Lain halnya dengan pandangan seorang partisipan. Penilaian negatif tidak langsung membuatnya berkecil hati. Dengan penilaian negatif yang diterimanya dari orang-orang disekitar malah membuatnya merasa termotivasi untuk membuktikan bahwasanya penilaian negatif yang diberikan itu salah. Karena seorang pengguna NAPZA juga bisa berubah jika mereka berniat untuk berubah dan bisa menjadi lebih baik lagi kedepannya. Hal ini dapat dilihat dari pernyataan berikut: “ Ya.. menurut saya wajar lah kalo kita pemake ini mendapat penilaian negatif dari orang. Mana ada sih penilaian positif untuk pengguna. Sekarang, gimana caranya kita pemake ini, yang udah direhab bisa membuktikan dan meyakinkan orang yang nilai kita negatif gitu kan bahwasanya pecandu itu juga bisa sembuh kok, bisa berubah lebih baik lagi gitu mbak” Partisipan A 3. Penilaian diri Individu bukan hanya orang yang bisa menerima penilaian dari orang lain, tapi dirinya juga bisa menilai kualitas diri yang dimilikinya. a. Tidak percaya diri dalam menggapai cita-cita Seorang pengguna NAPZA juga memiliki kesadaran subjektif bahwa dirinya berbeda dari orang lain. Hal ini terjadi pada salah seorang partisipan yang akhirnya tidak percaya diri dalam menggapai cita-citanya akibat NAPZA yang pernah dikonsumsinya. Universitas Sumatera Utara “ Kalo saya dulu cita-citanya mau jadi polisi mbak, cuman karena dari SMP saya sudah memakai narkoba jadi ngga pede gitu mbak” Partisipan C b. Menerima identitas dirinya. Dari hasil wawancara yang dilakukan, tidak satupun dari partisipan menggunakan NAPZA akibat dari faktor ketidakpuasannya terhadap identitas yang dimilikinya. Hal ini dapat dilihat dari pernyataan berikut: “ Saya sudah cukup puas dengan diri saya sekarang ini sebagai seorang laki-laki. Dan itu juga bukan faktor saya make. Kan tadi seperti saya bilang, saya terpengaruh lingkungan” Partisipan A “ Ngga ada mbak. Saya udah puas diciptakan sebagai laki- laki. Ngga ada tekanan-tekanan untuk memakai lagi itu ngga ada mbak” Partisipan B “ Yang pasti puas lah mbak. Ngga ada pengaruhnya dengan make. Memang udah diciptakan sebagai laki-laki kian kan. Yah harus terima lah” Partisipan C “ Saya udah puas, cuma karena saya salah bergaul, salah mengambil keputusan, itu aja nya. Orang saya disini pun baik- baik masuknya” Partisipan E “ Menerima bahwa saya itu laki-laki. Prinsip saya memang saya laki-laki kak. Punya tanggung jawab yang harus saya jalani kak” Partisipan F c. Merasa dikucilkan Beberapa dampak tidak langsung dari penggunaan NAPZA salah satunya adalah merasa dikucilkan dalam lingkungan sekitarnya. Hal ini juga dialami oleh partisipan yang dapat dilihat dari pernyataan sebagai berikut: Universitas Sumatera Utara “ Merasa diri sendiri aja yang dikucilkan gitu. Padahal ngga dikucilkan. Pemikiran kita terlalu panjang kedepan, padahal yang k ita pikirkan itu tak mungkin terjadi. Impossible gitu” Partisipan B “ Dikucilkan lah. Sepele udah orang itu sama aku. Kalo sama wawakku, oom ku yang terakhir ini, mamakku, ngga ada, biasa aja. Sama nenekku, ngga dikucilkan aku” Partisipan D “ Kita gini, pemake ini perasaannya macam dikucilkan gitu kak. Kayak kakak apa yang diinginkan dituruti, adek gitu juga. Giliran saya minta kan ada jawabannya. Itu saya merasa macam dibedakan gitu” Partisipan F 4.1.2.4. Respon orang lain saat dirinya menggunakan NAPZA Penggunaan NAPZA merupakan hal yang dilarang oleh agama dan negara. Namun, apabila masih dikonsumsi oleh seorang individu, tak heran jika tanggapan yang didapatkan dari orang disekitarnya dapat berubah menjadi buruk atau negatif. 1. Respon dari keluarga dan masyarakat Keluarga merupakan orang-orang yang paling dekat dengan seorang individu. Apapun yang terjadi dan yang dialami dalam keluarga tentunya akan memberi efek besar pada individu dalam menjalani kehidupannya. a. Dipandang sebelah mata Partisipan merasa dipandang sebelah mata atau diremehkan oleh keluarganya saat dirinya masih menggunakan NAPZA. Hal ini sesuai dengan pernyataan berikut: “ Dulunya sempat negatif juga sama saya. Ya yang namanya pemake, pasti dipandang sebelah mata gitu kan” Partisipan A Universitas Sumatera Utara “ Ditahun 2012 itulah terbongkar semua kejahatan-kejahatan. Bongkar rumah orang, nyopet sawit orang, yang jelas merampok rumah orang ada 4 kali lah. Disana, ketahuan. Ketahuan, mulailah saya dipandang sebelah mata, tak ada hargan ya lagi” Partisipan B “ Dipandang sebelah mata lah kak. Kalo sama oomku, atekku, di pandang sebelah mata lah” Partisipan D b. Tidak dipercaya Dengan perilaku dari pengguna NAPZA yang suka berbohong, menyebabkan keluarga tidak lagi mempercayai partisipan. “ Tanggapan keluarga saya sama saya itu ngga pernah, ngga ada kepercayaan lagi sama saya gitu. Udah hilang. Karena memang suka ngolah ya, suka ngolah orang tua gitu, ntah apa- apa nanti, ni perlu uang ada kerjaan, padahal sih ngga ada gitu. Padahal mana da kan. Karena dah ketahuan saya pake sabu, udah aapa saya pake narkoba, itulah ngga ada kepercayaan lagi” Partisipan A “ Pas ketahuan, udah ngga dipercaya saya. Ngga dipercaya, minta ini minta itu. Dikasih duit biasa 200 ribu 300 ribu, ini dikasih duit 20 ribu, 10 ribu” Partisipan D 4.1.2.5. Tanggung jawab selama menggunakan NAPZA Manusia hidup dengan berbagai tanggung jawab yang bebeda-beda sesuai dengan keadaan masing-masing individu. Berbagai peran yang dijalani ini merupakan bentuk dari aktualisasi diri. Dalam menjalankannya, banyak sekali faktor yang akan mempengaruhi apakah peran tersebut dapat dilaksanakan dengan baik atau tidak. Universitas Sumatera Utara 1. Merasa gagal dalam menjalani tanggung jawab kepada orang tua a. Tidak berbakti Sebagai seorang anak, sudah sepatutnya kita berbakti kepada kedua orang tua. Hal itu merupakan hal dasar yang harus dilakukan oleh seorang anak. Namun, lain halnya dengan seorang yang telah menggunakan NAPZA. Mereka yang telah menjadi pengguna akan terkena berbagai dampak dari penyalahgunaan NAPZA. Hal ini mengakibatkan seorang pengguna melupakan apa yang seharusnya dilakukan, sulit membedakan mana hal yang baik untuk dilakukan dan mana yang tidak. Sesuai dengan pernyataan di bawah ini: “Tugas saya sebagai seorang anak, tanggung jawab saya sebagai seorang anak ngga terpenuhi lah. Saya mengecewakan orang tua kan” Partisipan A “ Tanggung jawab sebagai anak yang jelasnya yang pertama membahagiakan orang tua. Tanggung jawab saya disini semua terlepas. Setelah saya pake narkoba itu terlepas tanggung jawab karena ngga ada pikiran untuk menanggung jawabi orang tua, untuk membuat orang tua bahagia, buat orang tua senang, terlepas semua. Ngga ada pikiran kita, pemikiran kita kayak gitu. Tanggung jawab apa segala macam lupa kita se mua” Partisipan B “ Ngga ada berbakti. Misalnya ngga dituruti aku minta ini, kumaki orangtua ku” Partisipan D “ Belum ada saya rasa kewajiban saya sebagai seorang anak itu. Cuman saya pikir saya ini masih menyusahkan. Itu aja” Partisipan E “ Belum kak. Tanggung jawab ke orang tua itu rasanya belum terlaksana sama sekali” Partisipan F Universitas Sumatera Utara 2. Tanggung jawab sebagai kepala keluarga yang tidak terpenuhi a. Hanya mementingkan diri sendiri Sebagai kepala keluarga, banyak aspek yang harus ditanggungjawabi. Namun, lagi-lagi karena penggunaan NAPZA, mereka cenderung lebih mementingkan diri sendiri daripada kepentingan dan kebutuhan anggota keluarganya. Hal ini sesuai dengan pernyataan berikut: “ Gagal lah. Kemaren itu gagal lah ya. Tapi ngga tau nanti keluar ini kan. Gagalnya dalam arti kata gini, kadang kita terlalu memikirkan diri kita sendiri gitu. Kadang anak pun kadang-kadang kepingin hiburan kadang-kadang kita pun ngga memikirkannya. Kayak pigi jalan-jalan, besok-besok tahu-tahu ngga tebawa kan. Udah kita sendiri aja lah. Istri pun gitu saya kecewain” Partisipan A “ Saya bisa dibilang tidak bertanggung jawab lah gitu, belum bisa membelanjakan anak istri. Karena hanya kesenangan diri sendiri aja mbak., saya juga terlalu keasyikan sesndiri lah. Egois yang ada mbak. Kurang.. kurang apalah, kurang bisa membahagiakan orang tua lah, keluarga” Partisipan C “ Istri pun kayaknya belum. Banyak kali dosa saya sama istri. Namanya kita pemake, kita kan kurang dekat sama istri, sama anak. Kita kan kebanyakan diluar kak. Lebih mementingkan kesenangan kita daripada tanggung jawab kita. Itu dia pemake kak” Partisipan F 3. Melalaikan pekerjaan Individu yang menggunakan NAPZA, juga memiliki peran yang harus dijalaninya. Namun, banyak dari mereka yang mengeluhkan bahwa peran yang harusnya dijalankan, tidak dapat dilakukannya dengan baik. Hal ini diakibatkan oleh efek dari zat yang digunakannya sehingga mempengaruhi segala aspek dalam dirinya termasuk sikap, perilaku dan lain sebagainya. Tanda dari gangguan peran Universitas Sumatera Utara yang terjadi pada partisipan yang dapat kita lihat adalah mengungkapkan ketidakpuasan perannya atau kemampuan menampilkan peran dan kemunduran pola tanggung jawab yang biasa dalam peran. a. Menyia-nyiakan tanggung jawab dalam pekerjaan Salah seorang partisipan mengaku bahwasanya selama menggunakan NAPZA, dirinya yang telah memiliki pekerjaan malah menyia-nyiakan pekerjaan yang dilakukannya. Dalam hal ini dapat dilihat dari penyataan dibawah ini: “ Tanggung jawab kalo untuk pekerjaan yang kayak untuk yang jadi kontraktor tadi ya saya sia- sia kan aja” Partisipan C b. Pekerjaan tidak beraturan Penggunaan NAPZA dapat menyebabkan dampak pada berbagai aspek. Salah satunya dapat menyebabkan seseorang tidak lagi mengerjakan pekerjaannya secara teratur sebagaimana mestinya. Sesuai dengan pernyataan dibawah ini: “ Berserak lah mbak pekerjaan saya. Pemake ini mana ada yang beres kalo dikasih pekerjaan mbak. Udah suka-suka kita lah mbak” Partisipan B “ Kadang-kadang kita ngga terarah juga. Masuk pagi awak datang nya jam 10, jam 9. Ibaratnya kita kak kalo udah make itu jam tidur kita berkurang kak. Karena kalo kita apa itu kak, kalo kita make itu kan kak 2 hari ngga tidur, 3 hari ngga tidur. Jadi itulah kak kalo misalnya udah kerja itu biasanya make gini tidurnya pagi. Nanti jam 10 baru ke kantor. Ngga teratur lah kak. Kalo misalnya apa kadang malas ke kantor” Partisipan F Universitas Sumatera Utara 4. Tidak melaksanakan tanggung jawab disekolah Segala tanggung jawab yang seharusnya dilakukan oleh seorang individu, tidak dapat dijalankan dengan baik. Termasuk tanggung jawab dalam kehidupan sekolahnya. a. Mengabaikan tanggung jawab disekolah Beberapa partisipan dalam penelitian ini juga mengatakan bahwa kehidupan yang dijalaninya disekolah menjadi tidak disiplin dan mereka cenderung mengabaikan tugas disekolah. “ Terabaikan lah kak tugas sekolahnya waktu aku make ini” Partisipan D “ Tanggung jawab sebagai siswa, mau disekolah, mau dirumah, sebagai seorang anaklah, lepas semua pertanggung jawab yang harus ditanggung jawabi. Belajar lupa, pokoknya tanggung jawab selama kita masih pake narkoba kita lupa semua” Partisipan B 4.1.2.6. Harapan 1. Harapan untuk lebih baik kedepannya Dengan adanya mereka direhabilitasi, harapan yang ingin dicapai kedepannya pun sudah terbentuk. Suatu harapan yang ditetapkannya agar dapat menjadi pendorong atau motivasi dalam hidupnya kedepan sehingga dapat menjadi pribadi yang lebih baik lagi. a. Tidak relaps Sebelum direhabilitasi, keinginan untuk berhenti menggunakan NAPZA memang sering terlintas dipikiran. Namun, partisipan mengaku bahwasanyanya hal itu hanya sebatas keinginan sementara karena esoknya mereka akan kembali Universitas Sumatera Utara menggunakan NAPZA. Setelah mereka menjalani rehabilitasi, harapan untuk tidak relaps pun semakin kuat dirasakan dan benar-benar ingin mereka wujudkan setelah selesai menjalani rehabilitasi. Hal ini sesuai dengan pernyataan berikut: “ Harapan saya ya jangan make narkoba lagi lah kan. Sia-sia aja kita disini kalo ujungnya make lagi” Partisipan A “ Yang jelas yang paling penting itu saya berusaha ngga mau make lagi mbak” Partisipan B “ Harapan saya setelah keluar dari sini yang pertama saya tidak memakai lagi lah. Tidak memakai narkoba lagi” Partisipan C “ Harapan saya ya semoga saya itu ngga jatuh lagi ke lubang yang sama. Narkoba ini kak, dimana- mana narkoba” Partisipan E b. Ingin memperbaiki berbagai hal yang telah dilakukan Dengan berbagai hal yang telah dilakukan baik itu yang disadari maupun akibat dari pengaruh zat NAPZA, partisipan mengatakan bahwa mereka juga berharap setelah keluar dari rehabilitasi nantinya mereka akan dapat menebus atau paling tidak memperbaiki apa yang telah mereka lakukan di waktu lalu. Hal ini dapat dilihat dari pernyataan dibawah: ““Harapan saya setelah keluar dari sini saya mau nikah, setelah menikah pengen mengembalikan usaha orang tua yang ditinggalkan” Partisipan B “ Ya ngga pake narkoba lagi lah kak, jadi anak berbakti, patuh sama orang tua” Partisipan D “ Makanya saya niat masuk ke rehab ini untuk itu semua lah. Memperbaiki semua yang udah saya lalaikan, waktu yang saya Universitas Sumatera Utara buang. Sekarang saya menyesal. Saya daftar polisi umur ngga cukup lagi” Partisipan E “ Pingin berubah. Makanya saya disini pun agama yang saya perbanyak kak. Karena disini yang di utamakan pun agama kak. Pokoknya berusaha keras supaya ngga terpengaruh untuk make narkoba lagi lah kak” Partisipan F 2. Memiliki cita-cita a. Memiliki hal yang ingin dicapai Setiap orang pasti memiliki keinginan untuk dapat mencapai sesuatu berdasarkan standar dirinya. Standar tersebut berhubungan dengan cita-cita dan nilai- nilai yang ingin di capai. Hal ini sesuai dengan pernyataan berikut: “Kalo cita-cita saya dulu apa sebenarnya kan, jadi polisi. Cuman dulu ngga berhasil. Kita kan boleh aja bercita-cita. Akhirnya kan balik ke Tuhan, dikasih rejeki lulus atau ngga” Partisipan A “Barusan selasa 2 minggu lalu saya daftar polisi. Cuman umur saya sudah lewat jadi ngga diterima. Dan sekarang katanya ada pembukaan TNI, saya juga mau daftar itu. Karena apa salahnya mencoba kan. Yang jelas saya masih mencoba untuk mencapai cita-cita. Kalo memang rejeki, pasti lewat. Walaupun saya sekarang sedang di rehab” Partisipan E “Ikut seperti orang tua. Orang tua saya PNS juga di departemen keuangan. Ingin kerja gitu sama dia. Seperti dia lah.” Partisipan E b. Penerimaan terhadap cita-cita yang tidakbelum tercapai Jika ditinjau dari berbagai sumber teori terkait konsep diri, sering dikatakan bahwa penetapan ideal diri sebaiknya tidak terlalu tinggi. Dalam hal ini, partisipan mengatakan bahwa mereka memang telah menentukan apa yang ingin Universitas Sumatera Utara digapainya, seperti penetapan cita-cita. Namun, dalam menetapkan cita-cita mereka juga memiliki kesadaran bahwa cita-cita boleh saja ditetapkan sesuai keinginan hati, akan tetapi jika memang hal itu tidak tercapai, mereka dapat menerimanya dengan lapang dada, sesuai dengan pernyataan berikut: “ Kalo cita-cita saya dulu apa sebenarnya kan, jadi polisi. Cuman dulu ngga berhasil. Kita kan boleh aja bercita-cita. Akhirnya kan balik ke Tuhan, dikasih rejeki lulus atau ngga” Partisipan A “ Belom kesampean lah mbak. Kan baru lulus sekolah juga kan. Ngga mungkin langsung buka bengkel. Saya baru bantu kerja di toko orang tua. Lagian pun ni saya udah masuk ke rehab sekarang” Partisipan B

4.2. Pembahasan