Klasifikasi Penyalahgunaan NAPZA Penanggulangan

f. Menyakiti diri sendiri, adiksi merupakan buah pemikiran untuk meredakan penderitaan. g. Kemampuan mental, menurun bahkan menghilangnya konsentrasi dan daya ingat. 3. Perilaku. Dengan dinamika afektif dan kognitif diatas, beberapa tingkah laku tipikal para pecandu meliputi: a. Menghindar, mengisolasi diri sendiri, dan menolak tanggung jawab. b. Mengendalikan pihak lain, termasuk perilaku manipulatif, bahkan kekerasan. c. Menyakiti diri sendiri, mulai dari melukai hingga usaha bunuh diri. d. Mengorbankan pihak lain, dilakukan sebagai usaha memenuhi kebutuhan akan narkoba.

2.2.4. Klasifikasi Penyalahgunaan NAPZA

Secara sederhana, pemakai NAPZA dapat diklasifikasikan menjadi: a. Experimental Users eksperimental Mereka pada umumnya menggunakan NAPZA tanpa motivasi tertentu dan hanya didorong oleh perasaan ingin tahu saja. Pemakaian NAPZA ini hanya sekali-sekali dengan dosis yang relatif rendah serta belum ada ketergantungan fisik maupun psikologis. Pengguna dalam klasifikasi ini memiliki jumlah terbanyak. Universitas Sumatera Utara b. Recreational Users Causal Users rekreasional Mereka sudah lebih sering menggunakan NAPZA, namun pemakaiannya terbatas hanya dalam waktu tertentu seperti saat pesta, atau sewaktu-waktu sedang berekreasi bersama. Pemakai biasanya memiliki keterikatan yang tinggi dengan teman-temannya. Dan umumnya mereka belum mengarah pada pemakaian yang terlalu berlebihan. c. Situational Users Circumtantional Users situasional Mereka hanya menggunakan NAPZA bila tengah menghadapi situasi yang sulit karena mereka beranggapan tidak sanggup utnuk mengatasi masalah tanpa bantuan NAPZA. Pengguna NAPZA pada golongan ini dapat merupakan suatu pola tingkah laku tertentu yang mendorong individu untuk lebih sering mengulangi perbuatannya, sehingga resiko untuk menjadi pecandu lebih besar daripada golongan a dan b. d. Intensified Users penyalahgunaan Mereka sudah menggunakannya secara kronis, paling tidak sehari sekali. Kelompok ini sudah merasa butuh menggunakan NAPZA untuk melarikan diri dari tekanan atau masalah yang sedang dihadapi. e. Convulsive Dependence Users ketergantungan Kelompok ini menggunakan NAPZA secara lebih sering dengan dosis yang tinggi. Mereka tidak dapat lagi melepaskan kebiasaannya tanpa menderita goncangan dan gangguan psikis dan fisik. Mereka sudah menderita gangguan mental yang berat dan memerlukan perawatan khusus. Universitas Sumatera Utara

2.2.5. Penanggulangan

Terapi pengobatan 1. Terapi Medik Psikiatri detoksifikasi Metode ini berlaku untuk jenis heroin, kanabis, kokain, alkohol minuman keras, amphetamine, dan zat adiktif lainnya. Dalam terapi detoksifikasi gunanya untuk menghilangkan racun NAPZA dari tubuh pasien dan penyalahgunaan NAPZA. Terapi ini tergolong jenis major tranquilizer yang ditujukan terhadap gangguan sistem neurotransmitter susunan saraf pusat otak. 2. Terapi Psikofarmaka Terapi ini berguna untuk memperbaiki gangguan dan memulihkan fungsi neuro transmitter pada susunan saraf pusat otak, yaitu psikofarmaka golongan tranquilizer. 3. Terapi Psikoterapi Terapi psikoterapi banyak macamnya tergantung dari kebutuhan, yaitu: a. Psikoterapi suportif: Memberikan dorongan, semangat dan motivasi agar pasien penyalahguna NAPZA tidak merasa putus asa untuk berjuang dan melawan ketergantungannya terhadap zat yang digunakannya. b. Psikoterapi re-edukatif: Memberikan pendidikan ulang yang maksudnya yang memperbaiki kesalahan pendidikan di waktu lalu. c. Psikoterapi rekonstruktif: Memperbaiki kembali kepribadian yang telah mengalami gangguan. d. Psikoterapi kognitif: Memulihkan kembali fungsi kognitif rasional yang mampu membedakan nilai-nilai moral etika, mana yang baik dan yang buruk. Universitas Sumatera Utara e. Psikoterapi psikodinamik: Menganalisa dan menguraikan proses dinamika kejiwaan yang dapat menjelaskan mengapa seseorang terlibat penyalahguna NAPZA. f. Psikoterapi keluarga: Hubungan kekeluargaan dapat pulih kembali dalam suasana harmonis dan religius sehingga resiko kekambuhan dapat dicegah. 4. Terapi Medik Somatik Penggunaan obat-obat yang berkhasiat terhadap kelainan-kelainan fisik baik sebagai akibat dilepaskannya NAPZA dari tubuh yaitu gejala putus zat maupun komplikasi. 5. Terapi Psikososial Terapi psikososial adalah upaya untuk memulihkan kembali kemampuan adaptasi penyalahgunaan NAPZA dalam kehidupannya sehari-hari. 6. Terapi Psikoreligius Merupakan terapi keagamaan terhadap pasien penyalahgunaan NAPZA. Memegang peranan penting, baik dari segi pencegahan maupun rehabilitasi. 7. Rehabilitasi Setelah pengguna NAPZA menjalani program terapi dan komplikasi medik selama seminggu dan dilanjutkan dengan program pemantapan dengan melanjutkan ke program rehabilitasi. Rehabilitasi merupakan upaya memulihkan dan mengembalikan kondisi para mantanpenyalahgunaan NAPZA kembali sehat dalam arti sehat fisik, psikologis, sosial dan agama Hawari, 2006. Universitas Sumatera Utara

2.3. Studi Fenomenologi