Akta Otentik Jenis-jenis Akta Menurut KUH Perdata

cukup. Nama itu harus ditulis tangan oleh penanda-tangan sendiri atas kehendaknya sendiri. 24 Dipersamakan dengan tanda tangan pada suatu akta dibawah tangan ialah sidik jari cap jempol atau cap jari yang dikuatkan dengan suatu keterangan yang diberi tanggal oleh seorang notaris atau pejabat lain yang ditunjuk Stb. 1867 Nomor 29 Pasal 1, 286 RBg. Tanda tangan juga disamakan dengan stempel atau cap tanda tangan asal dibubuhkan oleh yang berwenang atau diberi wewenang. Tanda tangan dengan nama orang lain tidak sah atau batal. 25

E. Jenis-jenis Akta Menurut KUH Perdata

Akta dapat dibedakan menurut bentuknya menjadi 2 dua macam yaitu akta otentik dan akta dibawah tangan.

1. Akta Otentik

Akta otentik adalah akta yang dibuat oleh pejabat yang diberi wewenang untuk itu oleh penguasa, menurut ketentuan-ketentuan yang telah ditetapkan, baik dengan maupun tanpa bantuan dari yang berkentingan, yang mencatat apa yang dimintakan untuk dimuat di dalamnya oleh yang berkepentingan. Akta otentik terutama memuat keterangan seorang pejabat, yang menerangkan apa yang dilakukannya dan dilihat di hadapannya . A kta-akta tersebut harus selalu dianggap benar, kecuali jika dibuktikan sebaliknya di muka pengadilan. Di dalam HIR Pasal 165, akta otentik disebutkan bahwa : “Akta otentik yaitu suatu akta yang dibuat oleh atau di hadapan pejabat yang diberi wewenang untuk itu, merupakan 24 Prof. Dr. Sudikno Mertokusumo, S.H., Hukum Acara Perdata Indonesia, Liberty, Yogyakarta, 1979, hal. 106 25 Ibid, hal. 107 Universitas Sumatera Utara bukti yang lengkap antara para pihak dan para ahli warisnya dan mereka yang mendapat hak daripadanya tentang yang tercantum di dalamnya dan bukan tentang yang tercantum di dalamnya sebagai pemberitahuan belaka; akan tetapi yang terakhir ini hanyalah sepanjang yang diberitahukan itu erat hubungannya dengan pokok dari pada akta”. Sedangkan akta otentik juga diatur di dalam Pasal 1868 KUH Perdata yang berbunyi: “Suatu akta otentik ialah akta yang dibuat dalam bentuk yang ditentukan di dalam undang-undang oleh atau dihadapan pejabat umum yang berwenang untuk itu di tempat akta dibuat”. Maka yang dimaksud sebagai akta otentik harus memenuhi kriteria sebagai berikut: 1. Bentuknya sesuai Undang-Undang Bentuk dari akta notaris, akta perkawinan, akta kelahiran, dan lain-lain sudah ditentukan format dan isinya oleh Undang-Undang. Sebuah akta otentik memiliki bentuk pola sendiri. Jadi, seseorang yang ingin membuat akta otentik di hadapan notaris tidak dapat membuat dengan format sembarangan. Namun ada juga akta-akta yang bersifat perjanjian antara kedua belah pihak yang isinya berdasarkan kesepakatan dari kedua belah pihak sesuai dengan asas kebebasan berkontrak. 2. Akta otentik dibuat di hadapan pejabat umum yang diangkat Negara. Notaris adalah salah satu pejabat umum yang mempunyai wewenang untuk membuat akta otentik. 3. Kekuatan pembuktian yang sempurna. Universitas Sumatera Utara 4. Akta otentik dibuat oleh pejabat yang berwenang atau notaris yang berhak. Seorang notaris yang sedang cuti atau sedang bermasalah tidak berwenang untuk membuat akta otentik. Seorang notaris yang sedang dibekukan izinnya atau yang belum memiliki izin, tidak dapat membuat sebuah akta otentik . 5. Kalau disangkal mengenai kebenarannya, maka penyangkal harus membuktikan mengenai ketidakbenarannya. Dari penjelasan pasal ini, akta otentik dibuat oleh atau di hadapan pejabat yang berwenang yang disebut pejabat umum. Pejabat yang dimaksudkan antara lain ialah notaris, panitera, jurusita, pegawai pencatat sipil, hakim dan sebagainya. Otentik tidaknya suatu akta tidaklah cukup apabila akta itu dibuat oleh dan di hadapan pejabat saja. Di samping itu caranya membuat akta otentik itu haruslah menurut ketentuan yang ditetapkan oleh undang-undang. Suatu akta yang dibuat oleh seorang pejabat tanpa ada wewenang dan tanpa ada kemampuan untuk membuatnya atau tidak memenuhi syarat, tidaklah dapat dianggap sebagai akta otentik, tetapi mempunyai kekuatan sebagai akta di bawah tangan apabila ditandatangani oleh pihak - pihak yang bersangkutan. Sebagai keterangan dari seorang pejabat, yaitu apa saja yang dikatakan oleh pejabat itu adalah sebagai yang dilihatnya dianggap benar terjadi di hadapannya, maka ketentuan pembuktiannya berlaku bagi setiap orang. Karena akta otentik itu merupakan risalah dari pejabat, maka hanyalah merupakan bukti dari pada apa yang terjadi di hadapnnya saja. Universitas Sumatera Utara Oleh karena dalam hal akta otentik itu pejabat terikat pada syarat-syarat dan ketentuan dalam undang-undang, sehingga hal itu cukup merupakan jaminan dapat dipercayakannya pejabat tersebut, maka isi dari pada akta otentik itu cukup dibuktikan oleh akta itu sendiri. Jadi dianggaplah bahwa akta otentik itu dibuat sesuai dengan kenyataan seperti yang dilihat oleh pejabat itu, sampai dibuktikan sebaliknya. Apabila yang membuatnya pejabat yang tidak cakap atau tidak berwenang atau bentuknya cacat, maka menurut Pasal 1869 KUH Perdata: 26 1. Akta tersebut tidak sah atau tidak memenuhi syarat formil sebagai akta otentik atau disebut juga sebagai akta otentik, oleh karena itu tidak dapat diperlakukan sebagai akta otentik. 2. Namun akta yang demikian, mempunya nilai kekuatan sebagai akta di bawah tangan, dengan syarat apabila akta tersebut ditandatangani para pihak. 2. Akta di Bawah Tangan A. Pengertian Akta di Bawah Tangan Akta di bawah tangan adalah akta yang dibuat sendiri oleh pihak-pihak yang berkepentingan tanpa bantuan pejabat umum. Akta di bawah tangan ini tidak ada diatur dalam HIR untuk Jawa dan Madura, tetapi diatur dalam peraturan yang termuat dalam Stb. 1867 Nomor 29, karena pada waktu HIR dibuat sebelum 1848 akta dibawah tangan tersebut tidak ada diatur di dalamnya, melainkan 26 M. Yahya Harahap, Hukum Acara Perdata, Sinar Grafika, Jakarta, 2008, hal. 566 Universitas Sumatera Utara diatur Secara khusus dala suatu ordonasi tentang kekuatan pembuktian tulisan- tulisan di bawah tangan yang termuat dalam Stb. 1867 Nomor 29 tersebut. Akta di bawah tangan dirumuskan dalam pasal 1874 KUH Perdata, Pasal 286 RBg. Menurut pasal diatas, akta di bawah tangan: a. Tulisan atau akta yang ditanda tangani di bawah tangan, b. Tidak dibuat dan ditanda tangani di hadapan pejabat yang berwenang pejabat umum, tetapi dibuat sendiri oleh seseorang atau para pihak, c. Secara umum terdiri dari segala jenis tulisan yang tidak dibuat oleh atau di hadapan pejabat, meliputi: 1. Surat-surat, 2. Register-register, 3. Surat-surat urusan rumah tangga, 4. Lain-lain tulisan yang dibuat tanpa permintaan pejabat umum. d. Secara khusus ada akta di bawah tangan yang bersifat partai yang dibuat oleh paling sedikit dua pihak. Sehingga segala bentuk tulisan atau akta yang bukan akta otentik disebut akta di bawah tangan atau dengan kata lain, segala jenis akta yang tidak dibuat oleh atau dihadapan pejabat umum, termasuk rumpun akta di bawah tangan. 27 1. Surat atau tulisan itu ditanda tangani, Akan tetapi, dari segi hukum pembuktian, agar suatu tulisan bernilai sebagai akta di bawah tangan, diperlukan persyaratan pokok: 27 Subekti, Hukum Acara Perdata, Bina Cipta, Jakarta, 1977, hal 26 Universitas Sumatera Utara 2. Isi yang diterangkan di dalamnya menyangkut perbuatan hukum reschtshandeling atau hubungan hukum reschts bettrekking, 3. Sengaja dibuat untuk dijadikan bukti dari perbuatan hukum yang disebut di dalamnya. 28 B. Syarat Akta di Bawah Tangan Syarat yang dimaksud di dalam akta di bawah tangan pada dasrnya keabsahan akta di bawah tangan bertumpu pada dipenuhi atau tidak syarat formil dan materiil. 1. Syarat formil akta di bawah tangan Syarat formilnya, terdiri dari: a. Berbentuk tertulis atau tulisan, b. Dibuat Secara partai dua pihak atau lebih tanpa bantuan atau di hadapan seorang pejabat umum, c. Ditanda tangani oleh para pihak, d. Mencantumkan tanggal dan tempat penandatanganan. Inilah syarat formil pokok akta di bawah tangan yang digariskan Pasal 1874 KUH Perdata, Pasal 286 RBg. Syarat tersebut bersifat kumulatif tidak boleh kurang dari itu. Sekiranya akta di bawah tangan itu bersifat partai, tidak sah 28 Soepomo, Hukum Acara Perdata Pengadilan Negeri, Pradnya paramita, Jakarta, 1993, hal 78 Universitas Sumatera Utara apabila hanya ditanda tangani satu pihak saja. Apabila tidak ditanda tangani para pihak, mengakibatkan akta di bawah tangan tidak sah dan tidak mempunyai kekuatan pembuktian formil maupun materiil. Apabila akta di bawah tangan itu bersifat sepihak, syarat formilnya itu terdiri dari: a. Dibuat sendiri oleh yang bersangkutan, b. Ditanda tangani oleh pembuatnya. 2. Syarat materiil akta di bawah tangan Mengenai syarat materiil dapat dijelaskan dengan ringkas hal-hal berikut: a. Keterangan yang tercantum dalam akta di bawah tangan berisi persetujuan tentang perbuatan hukum reschts handeling atau hubungan hukum reschts betterkking. Suatu akta yang dibuat oleh para pihak, tetapi keterangan yang termuat di dalamnya hanya penuturan tentang cuaca atau peristiwa alam, kisah perjalanan dan sejenisnya, tidak memenuhi syarat materiil, karena keterangan yang demikian bukan merupakan perbuatan maupun hubungan hukum. Sekiranya akta di bawah tangan itu bersifat sepihak, sama syarat materiilnya. Mesti berisi keterangan yang berkenaan dengan perbuatan atau hubungan hukum dengan pihak lain. 29 b. Sengaja dibuat sebagai alat bukti 29 Yahya Harahap, Hukum Acara Perdata, Sinar Grafika, Jakarta, 2008, hal 596 Universitas Sumatera Utara Syarat materiil yang kedua, pembuatan akta di bawah tangan oleh pembuat atau para pembuat disengaja sebagai alat bukti untuk membuktikan kebenaran perbuatan atau hubungan hukum yang diterangkan dalam akta. Jadi pembuatan akat di bawah tangan merupakan tindakan preventif atas kemungkinan terjadinya sengketa dikemudian hari. Sejak semula telah ada kepastian mengenai kebenaran perbuatan atau hubungn hukum yang terjadi sebagai yang diterangkan dalam akta. c. Daya Kekuatan Pembuktian Akta di Bawah Tangan Daya kekuatan pembuktian akta di bwah tangan, tidak seluas dan setinggi derajat akta otentik. Seperti yang dijelaskan, akta otentik memiliki tiga jenis daya kekuatan yang melekat padanya, yang terdiri dari daya pembuktian luar, formil dan materiil. Tidak Demikian halnya dengan akta di bawah tangan. Pada dasrnya tidak melekat daya kekuatan pembuktian luar, Tetapi hanya terbatas pada daya kekuatan pembuktian formil dan materiil dengan bobot kualitas yang jauh lebih rendah dibandingkan dengan akta otentik. 1. Daya kekuatan pembuktian formil Sejauh mana daya kekuatan pembuktian formil akta di bawah tangan, dapat dijelaskan sebagai berikut: a. Orang yang bertanda tangan dianggap benar menerangkan hal yang tercantum dalam akta Berdasarkan kekuatan formil ini, hukum mengakui, siapa saja atau orang yang menanda tangani akta dibwah tangan: a Dianggap benar menerangkan seperti apa yang dijelaskan dalam akta, Universitas Sumatera Utara b Berdasarkan kekuatan formil yang demikian, mesti dianggap terbukti tentang adanya pernyataan dari penanda tangan: surat keterangan yang saya tanda tangani benar berisi keterangan saya, c Dengan demikian daya kekuatan pembuktian akta di bawah tangan tersebut, meliputi: - Kebenaran identitas penanda tangan, - Menyangkut kebenaran identitas orang yang memberi keterangan Berarti, Setiap ada tulisan yang ditanda tangani seseorang yang berisi perbuatan hukum, secara formil identitas orang yang bertanda tangan dan yang membuat keterangan, sama dengan identitas penanda tangan tersebut. Kebenaran identitas penanda tangan dan yang meberi keterangan identik dengan identitas penanda tangan, dan mengenai kebenaran itu tidak diperlukan lagi syarat dan kekuatan lain. b. Tidak mutlak untuk keuntungan pihak lain Pada akta otentik penanda tanganan akta, bersifat mutlak untuk keuntungan pihak lain, karenan penanda tanganan dilakukan dan disahkan oleh pejabat umum. Tidak demikian dengan akta di bawah tangan. Daya pembuktian formilnya, tidak bersifat mutlak, karena daya formilnya itu sendiri tidak dibuat dihadapan pejabat umum. Dengan demikian, keterangan yang tercantum di dalamnya tidak mutlak untuk keuntungan pihak lain. Kemungkinan dapat menguntungkan dan merugikan para pihak, atas alasan: Universitas Sumatera Utara - Karena isi keterangan yang tercantum di dalam akta dibawah tangan belum pasti merupakan persesuaian keterangan para pihak, - Sebab tanpa melalaui bantahan atas kepalsuan akta di bawah tangan, masing-masing pihak berhak dan dibenarkan hukum untuk mengingkari isi dan tanda tangan. Kebolehan mengingkari isi dan tanda tangan, diatur dalam Pasal 1876 KUH Perdata atau Pasal 189 RBg yang menegaskan, barang siapa yang terhadapnya diajukan akta di bawah tangan diwajibkan Secara tegas mengakui atau mengingkari tanda tangannya. Berarti kalau diakui oleh pihak lawan, maka penanda tangangan akta di bawah tangan dapat dikatakan untuk keuntungan pihak lain, akan tetapi apabila dimungkiri, yang terjadi bukan menguntungkan, bahkan dapat mendapatkan kerugian. Itu sebabnya dapat dikatakan, akta di bawah tangan pada dasrnya: - Sering mengandung kerawanan dan ketidakpastian, - Selama tidak ada pengingkaran, eksistensinya sebagai akta dan alat bukti, dpat dikatakan aman, tetapi apabila isi dan tanda tangan dimungkiri, hilang kepastian dan keamanannya sebagai akta dan alat bukti. 2. Daya kekuatan pembuktian materiil Jika pada daya pembuktian formil titik permasalahannya menyangkut kebenran identitas tanda tangan dan penanda tangan, maka pada daya pembuktian materiil, fokus permasalahannya berkenaan dengan kebanaran isi keterangan yang tercantum di dalam akta di bawah tangan. Universitas Sumatera Utara a. Isi keterangan yang tercantum harus dianggap benar Prinsip yang harus ditegakkan menghadapi penerapan daya pembuktian materiil adalah: - Secara materiil isi keterangan yang tercantum di dalam akta di bawah tangan, harus dianggap benar, - Dalam arti, apa yang diterangkan dalam akta oleh penanda tangan, dianggap benar sebagai keterangan yang dikehendakinya, - Dengan demikian Secara materiil, isi yang tercantul dalam akta di bawah tangan mengikat kepada diri menanda tangan. b. Memiliki daya mengikat kepada ahli waris dan orang yang mendapat hak dari padanya Hal ini diatur dalam Pasal 1875 KUH Perdata dan Pasal 288 RBg. Suatu akta di bawah tangan yang diakui oleh orang terhadap siapa tulisan atau akta itu hendak dipakai, dianggap sebagai diakui sehingga akta di bawah tangan tersebut mempunyai daya kekuatan yang sempurna dan mengikat. Seperti akta otentik: - Kepada orangorang yang menanda tanganinya, - Serta kepada ahli waris orang-orang itu dan kepada orang yang mendapat hak dari mereka. Jika daya pembuktian formil yang mengajarkan harus dianggap terbukti dan benar pernyataan penanda tangan, bahwa surat yang ditanda tanganinya berisi keterangan dihubungkan dengan daya kekuatan pembuktian materiil yang dikemukakan diatas, ahli waris dan orang yang mendapat hak dari penanda tangan Universitas Sumatera Utara mempunya hak dan kewajiban yang persis sama dengan penanda tangan sesuai dengan keterangan yang tercantum didalamnya. Dengan demikian anggapan kebenaran isi akta di bawah tangan mempunya daya kekuatan mengikat bukan hanya kepada diri mereka, tetapi juga kepada ahli waris dan orang yang mendapat hak dari mereka. Ahli waris adalah orang yang mendapatkan hak berdasarkan title umum yang digariskan Pasal 833 ayat 1 KUH Perdata, yang mengatakan, sekalian ahli waris dengan sendirinya menurut hukum memperoleh piutang pewaris. Sedangkan orang yang mendapat hak dari mereka diluar pewarisan, diperoleh melalui title khusus, bias jadi untuk keseluruhan atau sebagaian dari hak yang disebut dalam akta di bawah tangan yang brsangkutan. 30 30 Pitlo, Pembuktian Dan Daluwarsa, Inter Masa, Jakarta, 1999, hal 66 Jika yang diperoleh hanya sebagaian, daya kekuatan mengikat pembuktian materiilnya juga, hanya untuk sebagian yakni sebesar hak yang diperolehnya dari penanda tangan semula. Universitas Sumatera Utara

BAB III TINJAUAN UMUM MENGENAI AKTA PERIKATAN

DALAM HAK TANGGUNGAN JAMINAN KREDIT

A. Hak Tanggungan Dalam Jaminan Kredit