78
7.2 Saran
Dalam pelaksanaan kebijakan pengadaan barang dan jasa secara elektronik ini ini pada Layanan Pengadaan Secara Elektronik LPSE Kota medan diharapkan
dapat berjalan dengan baik dan lebih maksimal lagi, khususnya dalam hal koordinasi dan kerjasama antar setiap komponen yang terlibat di dalamnya. Selain
itu, berikut ini juga beberapa saran untuk perbaikan pelaksanaan kebijakan pengadaan barang dan jasa secara elektronik ke depannya, antara lain :
A. Perlu adanya sosialisasi secara langsung, sehingga implementor dapat lebih
memahami akan setiap kendala yang di alami oleh para penyedia jasa B.
Perlunya peningkatan kualitas pegawai Layanan Pengadaan Secara Elektronik LPSE dengan pengadaan pendidikan dan pelatihan DIKLAT secara teratur
guna peningkatan kinerja pegawai. C.
Perlunya pemadaian fasilitas fisik yang lebih baik guna mendukung pelaksanaan kebijakan dan juga mendorong kinerja pegawai agar lebih baik
lagi
Universitas Sumatera Utara
6
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kerangka Teori
Secara umum, teori adalah sebuah sistem konsep abstrak yang adanya hubungan diantara konsep-konsep tersebut yang membantu kita memahami
sebuah fenomena. Sehingga bisa dikatakan bahwa suatu teori adalah suatu cetak biru untuk melakukan beberapa tindakan selanjutnya.
Menurut Kerlinger yang dikutip dari Effendy 2012:35, teori adalah serangkaian konsep, konstruk, defenisi dan proposisi untuk menerangkan suatu
fenomena sosial secara sistematis dengan cara mengonstruksi hubungan antara konsep dan proposisi dengan menggunakan asumsi dan logika tertentu.
Dengan adanya teori, peneliti dapat memahami secara jelas masalah yang akan diteliti. Adapun kerangka teori dalam penelitan ini adalah sebagai berikut:
2.1.1 Kebijakan Publik
Secara etimologis, istilah kebijakan atau policy berasal dari bahasa yunani “polis” berarti Negara. Akhirnya masuk ke dalam bahasa inggris “policie” yang
artinya berkenaan dengan pengendalian masalah-masalah publik atau administrasi
pemerintahan Dunn, 2000:22
Istilah “kebijakan” atau “policy” dipergunakan untuk menunjuk perilaku seorang aktor misalnya seorang pejabat, suatu kelompok maupun suatu badan
pemerintahan atau sejumlah aktor dalam suatu bidang kegiatan tertentu Winarno,2002:14. Pengertian kebijakan seperti ini dapat kita gunakan dan relatif
memadai untuk pembicaraan-pembicaraan yang lebih bersifat ilmiah dan sistmatis menyangkut analisis kebijakan publik. Sedangkan kata publik sendiri sebagian
Universitas Sumatera Utara
7
orang mengartikan sebagai Negara. Namun demikian publik merupakan konsep
tersendiri yang mempunyai arti dan defenisi khusus akademik.
Menurut Anderson Winarno 2012, kebijakan publik merupakan arah tindakan yang mempun yai maksud yang ditetapkan oleh seorang aktor atau sejumlah aktor
dalam mengatasi suatu masalah atau suatu persoalan. Konsep kebijakan ini dianggap tepat karena memusatkan perhatian pada apa yang sebenarnya dilakukan
atau bukan pada apa yang diusulkan atau dimaksudkan
Menurut Easton, 1969 dalam Tangkilisan, 2003:2, kebijakan publik adalah sebagai pengalokasian nilai-nilai kekuasaan untuk seluruh masyarakat yang
keberadaanya mengikat. Sehingga cukup pemerintah yang mendapat suatu tindakan kepada masyarakat dan tindakan tersebut merupakan bentuk dari sesuatu
yang dipilih oleh pemerintah yang merupakan bentuk pengalokasian nilai-nilai kepada masyarakat. menurut Carl Friedrich dalam Winarno 2002:19
mendefinisikan kebijakan publik sebagai arah tindakan yang diusulkan seseorang, kelompok atau pemerintah dalam suatu lingkungan tertentu yang memberikan
hambatan-hambatan dan kesempatan-kesempatan terhadap kebijakan yang diusulkan untuk menggunakan dan mengatasi dalam rangka mencapai suatu
tujuan atau merealisasikan suatu sasaran dan maksud tertentu.
Berdasarkan pengertian para ahli diatas, dapat disimpulkan bahwa kebijaan publik merupaka serangkaian tindakan yang menjadi keputusan pemerintah yang
bertujuan untuk memecahkan masalah demi kepentingan masyarakat.
Universitas Sumatera Utara
8
Adapun kebijakan publik memiliki tahap-tahap yang cukup kompleks karena memiliki banyak proses dan variabel yang harus dikaji. Menurut Willam Dunn
dalam Winarno,2002:28, tahap-tahap kebijakan publik adalah sebagai berikut: A. Penyusunan Agenda Agenda Setting
Para pejabat yang dipilih dan diangkat menempatkan masalah pada agenda publik. Sebelumnya masalah-masalah ini berkompetensi terlebih dahulu untuk
dapat masuk ke dalam agenda kebijakan. Pada akhirnya, beberapa masalah masuk ke agenda kebijakan pada perumusan kebijakan. Pada tahap ini suatu masalah
mungkin tidak tersentuh sama sekali dan beberapa yang lain pembahasan untuk masalah tersebut ditunda untuk waktu yang lama.
B. Formulasi kebijakan Policy Formulation
Masalah yang telah masuk ke agenda kemudian dibahas oleh para pembuat kebijakan. Masalah-masalah tadi didefenisikan untuk kemudian dicari pemecahan
masalah terbaik. Pemecahan masalah tersebut berasalah dari berbagai alternatif yang ada. Sama halnya dengan perjuangan suatu masalah untuk masuk ke dalam
agenda kebijakan, dalam tahap perumusan kebijakan masing-masing alternatif bersaing untuk memecahkan masalah.
C. Adopsi Kebijakan Policy Adoption
Dari sekian alternatif kebijakan yang ditawarkan oleh para perumus kebijakan, pada akhrinya salah satu alternatif kebijakan tersebut diadopsi dengan dukungan
dari mayoritas legislatif, konsensus antara direktur lembaga atau keputusan peradilan.
Universitas Sumatera Utara
9
D. Implementasi Kebijakan Policy Implementation
Suatu program kebijakan hanya akan menjadi catatan-catatan elit, jika program tersebut tidak diimplementasikan, yakni dilaksanakan oleh badan-badan
administrasi maupun agen-agen pemerintahan di tingkat bawah. Kebijakan yang telah diambil dilaksanakan oleh unit-unit administrasi yang memobilisasikan
sumber daya finansial dan manusia. Pada tahap implementasi ini berbagai kepentingan akan saling bersaing. Beberapa implementasi kebijakan mendapat
dukungan para pelaksana, namun beberapa yang lain mungkin akan ditentang oleh para pelaksana.
E. Evaluasi kebijakan Policy Evaluation
Pada tahap ini, kebijakan yang telah dijalankan akan dinilai atau dievaluasi untuk melihat sejauh mana kebijakan yang telah mampu memecahkan masalah.
Kebijakan publik yang pada dasarnya dibuat meraih dampak yang diinginkan. Dalam hal ini memperbaiki masalah yang dihadapi masyarakat. oleh karena itu,
ditentukanlah krteria-kriteria yang menjadi dasar untuk menilai apakah kebijakan publik telah meriah dampak yang diinginkan.
Secara Singkat tahapan dari proses kebijakan publik adalah :
Universitas Sumatera Utara
10
Gambar 2.1 Tahapan Kebijakan Publik, William Dunn,1994.
Penyusunan kebijakan Agenda Setting
Formulasi kebijakan Policy Formulation
Adopsi kebijakan Policy Adoption
Implemantasi kebijakan Policy Implementation
Evaluasi kebijakan Policy Assassment
2.1.2 Implementasi Kebijakan Publik
Studi implementasi kebijakan publik merupakan usaha untuk mengetahui tingkat keberhasilan pelaksanaan kebijakan publik serta variabel-variabel yang
mempengaruhinya. Implementasi kebijakan merupakan proses atau tahapan yang penting dalam sebuah siklus kebijakan. Bagaimanapun, sebuah kebijakan yang
telah dihasilkan apabila tidak dilaksanakan akan akan sia-sia atau tidak dapat mengatasi suatu permasalahan. Implementasi juga penting karena menentukan
berhasil atau tidaknya suatu kebijakan dibuat guna memecahkan suatu masalah.
Menurut Nugroho 2007, implementasi dikonseptualisasiakan sebagai suatu proses atau sebagai rangkaian keputusan dan tindakan yag ditujukan agar
keputusan yang diterima oleh lembaga legislatif bisa dijalankan. Implementasi diartikan dalam konteks keluaran atau sejauh mana tujuan-tujuan yang telah
direncanakan mendapat dukungan, seperti tingkat pengeluaran belanja bagi suatu
Universitas Sumatera Utara
11
proram. Akhirnya, pada tingkat abstraksi yang paling tinggi, dampak implementasi mempunyai makna bahwa telah ada perubahan yang bisa diukur ke
dalam masalah.
Menurut Nurdin Usman Implementasi adalah bermuara pada aktivitas, aksi, tindakan, atau adanya mekanisme suatu sistem. Implementasi bukan sekedar
aktivitas, tetapi suatu kegiatan yang terencana dan untuk mencapai tujuan kegiatan”Usman, 2002:70. Pengertian implementasi yang dikemukakan di atas,
dapat dikatakan bahwa implementasi adalah bukan sekedar aktivitas, tetapi suatu kegiatan yang terencana dan dilakukan secara sungguh-sungguh berdasarkan
acuan norma tertentu untuk mencapai tujuan kegiatan. Oleh karena itu
implementasi tidak berdiri sendiri tetapi dipengaruhi oleh objek berikutnya.
Menurut Setiawan 2004:39, Implementasi adalah perluasan aktivitas yang saling menyesuaikan proses interaksi antara tujuan dan tindakan untuk
mencapainya serta memerlukan jaringan pelaksana, birokrasi yang efektif. Artinya bahwa implementasi yaitu merupakan proses untuk melaksanakan ide, proses atau
seperangkat aktivitas baru dengan harapan orang lain dapat menerima dan melakukan penyesuaian dalam tubuh birokrasi demi terciptanya suatu tujuan yang
bisa tercapai dengan jaringan pelaksana yang bisa dipercaya.
Sedangkan menurut Harsono 2002:67,Implementasi adalah suatu proses untuk melaksanakan kebijakan menjadi tindakan kebijakan dari politik ke dalam
administrasi. Pengembangan kebijakan dalam rangka penyempurnaan suatu
program.
Universitas Sumatera Utara
12
Implementasi kebijakan di lapangan tidaklah mudah, karena banyak masalah- masalah yang mungkin tidak dijumpai dalam konsep bisa muncul dilapangan.
Oleh karena itu, ada banyak variabel atau model yang dikembangkan untuk membantu sehingga suatu kebijakan dapat berhasil ketika diimplementasikan.
Ada pun beberapa model implementasi kebijakan yaitu: A. Model George Edwards III
Menurut Edwards dalam Indahono, 2009:32, studi implementasi kebijakan adalah krusial bagi public administration dan public policy. Implementasi
kebijakan adalah pembuatan kebijakan antara pembentukan kebijakan dan konsekuensi-konsekuensi kebijakan bagi masyarakat yang dipengaruhinya. Jika
suatu kebijakan tidak tepat atau tidak dapat mempengaruhi masalah yang merupakan sasaran dari kebijakan, maka kebijakan itu mungkin akan mengalami
kegagalan sekali pun kebijakan itu di implementasikan dengan sangat baik, sementara kegagalan jika kebijakan tersebut kurang di implemntasikan dengan
baik oleh para pelaksana kebijakan. Menurut Edwards, terdapat empat faktor atau variabel dalam implementasi kebijakan publik, yaitu:
1. Komunikasi
Persyaratan pertama bagi implementasi kebijakan yang efektif adalah bahwa mereka yang melaksanakan keputusan harus mengetahui apa yang harus mereka
lakukan. Keputusan-keputusan kebijakan dan perintah perintah harus diteruskan kepada personil yang tepat sebelum keputusan dan perintah-perintah tersebut
dapat diikuti. Tentu saja, komunikasi harus akurat dan harus dimengerti dengan
Universitas Sumatera Utara
13
cermat. Secara umum, Edwards membahas tiga indikator penting dalam proses komunikasi kebijakan, yaitu:
a Transmisi, yatu penyaluran komunikasi yang baik akan dapat menghasilkan
suatu implementasi yang baik pula. Seringkali terjadi masalah dalam penyaluran komunikasi, yaitu adanya salah pengertian yang disebabkan
banyaknya tingkatan birokrasi yang harus dilalui dalam proses komunikasi sehingga apa yang diharapkan terdistorsi di tengah jalan.
b Kejelasan, yaitu komunikasi yang diterima oleh pelaksana kebijakan harus
jelas dan tidak membingungkan atau tidak ambigu. c
Konsistensi, yaitu perintah yang diberikan dalam pelaksanaan suatu komunikasi harus konsisten dan jelas untuk ditetapkan atau dijalankan. Jika
perintah yang diberikan sering berubah-ubah, maka dapat menimbulkan kebingungan bagi pelaksana di lapangan.
2. Sumber daya
Sumber daya adalah faktor yang paling penting dalam implementasi kebijakan agar efektif. Sumber daya tersebut dapat berwujud sumber daya manusia, yaitu
kompetensi implementor dan sumber daya finansial. Tanpa adanya sumber daya, kebijakan hanya tinggal di kertas menjadi dokumen saja. Indikator-indikator yang
digunakan untuk melihat sejauh mana sumber daya mempengaruhi implementasi kebijakan adalah:
a Staf, sumber daya utama implementasi kebijakan adalah staf atau pegawai.
Kegagalan sering terjadi dalam implementasi kebijakan, salah satunya
Universitas Sumatera Utara
14
disebabkan oleh stafpegawai yang tidak cukup memadai, tidak mencukupi ataupun tidak kompeten dalam bidangnya.
b Penyediaan Finansial, sumber daya finansial adalah kecukupan modal investasi
atas sebuah program atau kebijakan. Dengan adanya sumber daya finansial juga akan mendukung segala fasilitas yang dibutuhkan untuk mendukung
terlaksananya kebijakan atau program. c
Fasilitas, fasilitas fisik merupakan faktor penting dalam implementasi kebijakan. Implementor mungkin mempunyai staf yang mencukupi, kapabel
dan kompeten tetapi tanpa adanya fasilitas pendukung sarana dan prasarana, maka implementasi kebijakan tersebut tidak akan berhasil.
3. Disposisi
Disposisi adalah watak dan karakteristik yang dimiliki oleh seorang implementor, seperti komitmen, kejujuran dan sifat demokratis. Apabila
implementor memiliki disposisi yang baik, maka dia akan dapat menjalanakan kebijakan dengan baik pula, seperti yang dinginkan oleh pembuat kebijakan.
Ketika implementor memiliki sifat atau perspektif yang berbeda dengan pembuat kebijakan, maka proses implementasi kebijikan juga menjadi tidak efektif.
Implementor yang memiliki komitmen tinggi dan jujur akan senantiasa bertahan diantara hambatan yang ditemui dalam program atau kebijakan.
Kejujuran mengarahkan implementor untuk tetap berada dalam arus program yang telah digariskan dalam guideline program. Komitmen dan kejujurannya
membawanya semakin antusias dalam melaksanakan tahap-tahap program secara konsisten. Sikap yang demokratis akan meningkatkan kesan baik implementor dan
Universitas Sumatera Utara
15
kebijakan di hadapan anggota kelompok sasaran. Sikap ini menurunkan resistensi dari masyarakat dan menumbuhkan rasa percaya dan kepedulian kelompok
sasaran terhadap implementor dan program atau kebijakan.
4. Struktur birokrasi
Struktur birokrasi yang bertugas mengimplementasikan kebijakan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap implementasi kebijakan. Salah satunya adalah
adanya rincian tugas dan prosedur pelayanan menjadi pedoman bagi impelementor dalam bertindak. Selain itu, struktur organisasi yang terlalu panjang
akan cenderung melemahkan pengawasan dan menimbulkan red-tape, yaitu prosedur birokrasi yang rumit dan kompleks. Pada akhirnya menyebabkan
aktivitas organisasi tidak fleksibel. Menurut Edwards, ada dua karakteristik utama birokrasi, yaitu prosedur-
prosedur kerja ukuran-ukuran dasar atau sering disebut dengan Standard Operating Procedures SOP dan fragmentasi, yaitu:
a. Berkembang sebagai tanggapan internal terhadap waktu yang terbatas dan
sumber-sumber dari pada pelaksana serta keinginan untuk keseragaman dalam bekerjanya organisasi yang kompleks dan tersabar.
b. Berasal terutama dari tekanan luar unit-unit birokrasi, seperti komite-komite
legislatif , kelompok kepentingan, pejabat eksekutif, konstitusi Negara dan sifat kebijakan yang mempengaruhi organisasi birokrasi pemerintah.
Gambar 2.2 Model Implementasi George C. Edwards III
Universitas Sumatera Utara
16
Sumber : George C. Edwards III, 1980
B. Model Van Meter dan Van Horn 1975
Model pendekatan impelementasi kebijakan yang dirumuskan Van Meter dan Van Horn, model ini menjelaskan bahwa kebijakan dipengaruhi oleh beberapa
variabel yang saling berkaitan Subarsono, 2005:19. Variabel-Variabel tersebut, yaitu:
1. Standar dan sasaran kebijakan
Standar dan sasaran kebijakan harus jelas dan terukur sehingga dapat direalisir. Apabila standar dan sasaran kebijakan kabur, maka akan terjadi multi interpretasi
dan mudah menimbulkan konflik diantara para agen implementasi. Mengukur kerja implementasi kebijakan tentunya menegaskan standar dan sasaran tertentu
yang harus dicapai oleh para pelaksana kebijakan, kinerja kebijakan pada dasarnya merupakan penilaian atas tingkat ketercapaian standar dan sasaran
tersebut.
Universitas Sumatera Utara
17
2. Sumber Daya
Implementasi kebijkan perlu dukungan sumber daya, baik sumber daya manusia maupun sumber daya finansial. Keberhasilan implementasi kebijakan
sangat tergantung dari kemampuan memanfaatkan sumber daya yang tersedia. Manusia merupakan sumber daya yang terpenting dalam menentukan
keberhasilan suatu implementasi kebijakan. Setiap tahap implementasi menuntut adanya sumber daya mausia berkualitas sesuai dengan pekerjaan yang
diisyaratkan oleh kebijakan yang telah ditetapkan secara apolitik. Selain sumber daya manusia, sumber daya finansial dan waktu menjadi perhitungan penting
dalam keberhasilan implementasi kebijakan.
3. Komunikasi dan penguatan aktivitas
Dalam implementasi program perlu dukungan dan koordinasi dengan instansi lain agar tujuan kebijakan dapat tercapai.
4. Karakterisik Agen Pelaksana
Mencakup struktur birokrasi, norma-norma dan pola-pola yang terjadi dalam birokrasi, yang semuanya akan mempengeruhi implementasi suatu program.
5. Kondisi sosial, Ekonomi dan Politik
Variabel ini mencakup sumber daya ekonomi, lingkungan yang dappat mendukung keberhasilan implementasi kebijakan, sejauh mana kelompok-
kelompok kepentingan dapat memberika dukungan bagi implementasi kebijakan, karakteristik para partisipan yakni menolak atau mendukung, bagaiamana sifat
opini publik yang ada di lingkungan dan apakah elit politik mendukung implementasi kebijakan.
Universitas Sumatera Utara
18
6. Disposisi Implementor
Disposisi impelementor ini mencakup 3 tiga hal penting, yaitu: a
Respon implementor terhadap kebijakan, yang akan mempengaruhi kemauannya untuk melaksanakan kebijakan.
b Kognisi, yakni pemahamannya terhadap kebijakan.
c Intensitas disposisi implementor, yakni preferensi nilai yang dimiliki
implementor.
Gambar 2.3 Model Implementasi Van Meter dan Van Horn, 1975
d
C. Model Merilee S.Grindle
Merilee S.Grindle,1980 Dalam Samodra Wibawa 1994:22, memberi pemahaman bahwa studi implementasi kebijakan ditentukan oleh isi kebijakan
dan konteks implementasinya. Grindle juga menyatakan bahwa keberhasilan implementasi kebijakan ditentukan oleh derajat implementability dari kebijakan
tersebut. Keunikan model Grindle terletak pada pemahaman yang komprehensif
Kebijakan Publik
Standar dan tujuan
Standar dan tujuan
Sumber- Sumber
Kebijakan
Karakteristik Badan-Badan
Pelaksana
Kondisi-Kondisi Ekonomi Sosial dan Politik
Sikap para
Pelaksana Kinerja
kebijakan Publik
Universitas Sumatera Utara
19
akan konteks kebijakan khusus yang menyangkut implementori, penerima implementasi dan arena konflik yang mungkin terjadi serta sumber daya yang
akan diperlukan selama proses implementasi. Secara konsep dijelaskan bahwa model implementasi kebijakan publik yang dikemukakan Grindle menetukan
bahwa keberhasilan proses implementasi kebijakan sampai kepada tercapainya hasil tergantung kepada kegiatan program yang telah dirancang dan pembiayaan
yang cukup, selain dipengaruhi oleh isi kebijakan dan konteks implementasinya. Isi kebijakan yang dimaksud meliputi:
A. Kepentingan yang dipengaruhi oleh kebijakan.
B. Jenis manfaat yang akan dihasilkan.
C. Derajat perubahan yang diinginkan.
D. Kedudukan pembuat kebijakan.
E. Siapa pelaksana program.
F. Sumber daya yang dilibatkan.
Isi sebuah kebijakan akan menunjukkan posisi pengambilan keputusan oleh sejumlah besar pengambilan keputusan, sebaliknya ada kebijakan tertentu yang
lainnya hanya ditentukan sejumlah kecil unit pengambilan kebijakan. Selanjutnya pengaruh dalam konteks lingkungan yang terdiri dari:
A. Kekuasaan kepentingan dan strategi aktor yang terlibat.
B. Karakteristik lembaga dan penguasa.
C. Kepatuhan dan daya tanggap pelaksana.
Gambar 2.4 Model Implementasi Kebijakan Grindle
Universitas Sumatera Utara
20
Sumber : Grindle, 1980
2.1.3 Model Implementasi Yang Digunakan
Dalam penelitian ini penulis memilih beberapa variabel yang dianggap mempengaruhi, antara lain :
A. Komunikasi
Komunikasi merupakan salah satu urat nadi dari sebuah organisasi agar program-programnya tersebut dapat direalisasikan dengan tujuan serta
sasarannya.Komunikasi ialah sarana untuk menyebarluaskan informasi, baik dari atas kebawah maupun sebaliknya. Komunikasi dilakukan untuk menghindari
distorsi implementasi. Sementara itu koordinasi menyangkut persoalan bagaimana praktik pelaksanaan kekuasaan. Koordinasi berarti adanya kerjasama yang saling
terkait dan saling mendukung antar pelaksana kebijakan dalam guna pencapaian tujuan implementasi kebijakan.
B. Sumber Daya
Universitas Sumatera Utara
21
Sumber daya Manusia SDM yang tidak memadai Jumlah dan kemampuan berakibat tidak dapat dilaksanakannya program secara sempurna karena mereka
tidak bias melakukan pengawasan dengan baik. Keberhasilan proses implementasi kebijakan sangat tergantung dari kemampuan memanfaatkan sumber daya yang
tersedia. Sumber daya menunjukkan setiap kebijakan harus didukung oleh sumber daya yang memadai, baik sumber daya manusia, fasilitas, dan financial.
Ketersediaan sumber daya mempengaruhi efektifitas implementasi suatu program kebijakan. Oleh karena itu, dinas-dinas yang memiliki tugas dalam
mempertimbangkan sumber daya yang sudah tersedia sebelumnya.
C. Disposisi
Salah satu faktor yang mempengaruhi efektifitas implementasi kebijakan adalah sikap implementator. Jika implementator setuju dengan bagian-bagian isi
dari kebijakan maka mereka akan melaksanakan dengan senang hati tetapi jika pandangan mereka berbeda dengan pembuat kebijakan maka proses implementasi
akan mengalami banyak masalah. Ada tiga bentuk sikap atau respon implementator terhadap kebijakan, yaitu:
1. Kesadaran pelaksana.
2. petunjuk atau arahan pelaksana untuk merespon program kearah penerimaan
atau penolakan. 3.
Intensitas dari respon tersebut. Para pelaksana mungkin memahami maksud dan sasaran program namun
seringkali mengalami kegagalan dalam pelaksanaan program secara tepat karena
Universitas Sumatera Utara
22
mereka menolak tujuan yang ada didalamnya sehinggasecara sembunyi mengalihkan dan menghindari implementasi program.
D. Struktur Birokrasi
Struktur organisasi yang bertugas mengimplementasikan kebijakan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap implementasi kebijakan. Salah satu aspek
struktur yang penting dari organisasi adalah adanya Standard Operating Procedures SOP. Standard Operating Procedures SOP menjadi pedoman bagi
implementator untuk bertindak struktur organisasi yang prosedur birokrasi cukup rumit dan kompleks.
2.1.4 Pengertian Electronic Government
E-government, sebagai sebuah konsep memiliki prinsip-prinsip dasar yang universal, tetapi pengertian maupun penerapannya di sebuah negara tidak dapat
dipisahkan dari sejarah, budaya, pendidikan, pandangan politik, kondisi ekonomi masing-masing negara. E-government didefinisikan sebagai suatu mekanisme
interaksi baru antara pemerintah dengan masyarakat dan pihak-pihak lain yang berkepentingan, dimana pemanfaatan teknologi informasi dan teknologi
komunikasi dengan tujuan meningkatkan kualitas pelayanan publik Indrajit,2002.
Electronic Government di Indonesia telah diperkenalkan melalui Instruksi Presiden Nomor 62001 tgl. 24 April 2001 tentang Telematika Telekomunikasi,
Media dan Informatika yang menyatakan bahwa aparat pemerintah harus
Universitas Sumatera Utara
23
menggunakan teknologi telematika untuk mendukung Good Governance dan mempercepat proses demokrasi. Lebih jauh lagi, Electronic Government wajib
diperkenalkan untuk tujuan yang berbeda di kantor-kantor pemerintahan. Administrasi publik adalah salah satu area dimana internet dapat digunakan untuk
menyediakan akses bagi semua masyarakat yang berupa pelayanan yang mendasar
dan mensimplifikasi hubungan antar masyarakat dan pemerintah.
Menurut Keppres Nomor 20 Tahun 2006 E-Government adalah pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi dalam proses pemerintahan untuk
meningkatkan efisiensi, efektivitas, transparansi, dan akuntabilitas penyelenggaraan pemerintahan. Peranan IT dalam proses bisnis membuat
organisasi berusaha untuk mengimplementasikan IT untuk proses terintegrasi.
World Bank Group 2001 menyatakan .E-Government refers to the use by government agencies of information technologies such as Wide Area Networks,
the Internet, and mobile computing that have the ability to transform relations with citizens, businesses, and other arms of government. These technologies can
serve a variety of different ends: better delivery of government services to citizens, improve interactions with business and industry, citizen empowerment throught
access to information, or more efficient government management.. Artinya penggunaanteknologi informasi oleh aparat pemerintah mampu meningkatkan
hubungan denganwarga negara, pelaku bisnis dan dengan sesama pemerintah itu sendiri. TImemberikan banyak manfaat di bidang perbaikan pelayanan
pemerintah,meningkatkan interaksi dengan pelaku bisnis dan industri, serta
Universitas Sumatera Utara
24
pemberdayaan warganegara melalui informasi atau menjadikan manajemen
pemerintahan yang efektif danefisien. 2.1.5 Pengadaan Barang dan Jasa Pemerintah Secara Elektronik E-
Procurement
Pengadaan barang dan jasa pemerintah secara elektronik atau E-Procurement adalah sistem pengadaan barang dan jasa yang proses pelaksanaannya dilakukan
secara elektronik dengan memanfaatkan fasilitas teknologi komunikasi dan informasi. Sistem aplikasi serta layanan pengadaan elektronik disediakan oleh
LPSE Layanan Pengadaan Secara Elektonik Nasional, yang bertindak sebagai koordinator.
2.1.5.1 Pengertian pengadaan barang dan jasa Pemerintah secara elektronik E-Procurement
A. Menurut Croom dan Jones 2007 menjelaskan bahwa e-procurement
merujuk pada penggunaan penggabungan sistem teknologi informasi untuk fungsi pengadaan meliputi pencarian sumber daya, negosisasi, pemesanan,
dan pembelian. B.
Menurut Willem 2012:80 pengadaan secara elektronik e-Proc merupakan pelaksanaan pengadaan barang dan jasa dengan menggunakan jaringan
elektronik jaringan internet atau intranet atau electronic data interchange EDI.
C. Pengadaan jasa konstruksi secara elektronik adalah sistem pengadaan jasa
konstruksi yang proses pelaksanaanya dilakukan secara elektronik dan
Universitas Sumatera Utara
25
berbasis web dengan memanfaatkan fasilitas teknologi komunikasi dan informasi Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 207PRTM2005
Tentang Pedoman Pengadaan Jasa Konstruksi Pemerintah Secara Elektronik. D.
Peraturan Presiden No.54 Tahun 2010, Pengadaan barangjasa pemerintah yang selanjutnya disebut dengan pengadaan barangjasa adalah kegiatan
untuk memperoleh barangjasa daerahinstitusi lainnya yang prosesnya dimulai dari perencanaan kebutuhan sampai diselesaikannya seluruh kegiatan
untuk memperoleh barangjasa. Selanjutnya Perpres ini menjelaskan tentang pengadaan secara elektronik atau E-Procurement adalah pengadaan
barangjasa yang dilaksanakan dengan menggunakan teknologi informasi dan transaksi elektronik sesuai dengan ketentuan perundang-undangan.
E. Menurut Oliviera dalam Purwanto 2008:10, secara umum E-Procurement
adalah proses pembelian barang dan jasa yang diperlukan bagi kebutuhan operasional orgnisasi secara elektronik.
2.1.5.2 Tujuan dan manfaat dari pengadaan barang dan jasa secara elektronik E-Procurement.
Ada pun tujuan dari E-Procurement, menurut siahaya 2012:80 sebagai berikut:
A. Meningkatkan transparansi dan akuntabilitas.
B. Meningkatkan akses pasar dan persaingan usaha.
C. Meningkatkan tingkat efisiensi proses pengadaan.
D. Mendukung proses monitoring dan audit.
E. Memenuhi kebutuhan akses informasi terkini.
Universitas Sumatera Utara
26
Tujuan diatas sejalan dengan isi Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 tentang pengadaan barangjasa pemerintah pada pasal 107, yaitu:
A. Meningkatkan trasnparansi dan akuntabilitas.
B. Meningkatkan akses pasar dan persaingan usaha yan sehat.
C. Memperbaiki tingkat efesiensi proses pengadaan.
D. Mendukung prose monitoring dan audit.
E. Memenuhi kebutuhan akses informasi yang real time.
Secara umum tujuan dari diterapkannya e-procurement yaitu untuk menciptakan transparansi, efisiensi dan efektifitas serta akuntabilitas dalam
pengadaan barang dan jasa melalui media elektronik antara pengguna jasa dan penyedia jasa. Damin 2002 menambahkan mengenai tujuan e-procurement yaitu
untuk memperbaiki tingkat layanan kepada para users, dan mengembangkan sebuah pendekatan pengadaan yang lebih terintegritas melalui rantai suplai
perusahaan tersebut, serta untuk mengefektifkan penggunaan sumber daya manusia dalam proses pengadaan.
Adapun manfaat yang diperoleh dari penerapan E-Procurement menurut Teo 2009 yaitu manfaat langsung meningkatkan akurasi data, meningkatkan
efesiensi dalam operasi, proses aplikasi yang lebih cepat, mengurangi biaya administrasi dan mengurangi biaya operasi dan manfaat tidak langsung E-
Procurement membuat pengadaan lebih kompetitif, meningkatkan customer services, dan meningkatkan hubungan dengan mitra kerja. Selain itu menurut
Olken 2007, melalui E-Procurement transparansi akuntabilitas, dan partisipasi masyarakat dapat di peroleh melalui akses yang lebih baik ke informasi. Hal ini
Universitas Sumatera Utara
27
dapat membantu negara-negara berkembang untuk mengurangi korupsi yang merupakan masalah besar di banyak negara berkembang
2.1.5.3 Prinsip-prinsip pengadaan barang dan jasa secara elektronik e- procurement
Untuk meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap proses pengadaan barangjasa sehingga hasil yang diperoleh dapat dipertanggungjawabkan kepada
masyarakat dari segi administrasi, teknis, dan keuangan, Maka sesuai dengan Peraturan Presiden No.54 Tahun 2010 Pasal 5 pengadaan barangjasa menerapkan
prinsip-prinsip sebagai berikut:
A. .Efesien, berarti pengadaan barangjasa harus diusahakan dengan menggunakan
dana dan daya yang minimal untuk mencapai hasil dan sasaran dengan kualitas dan sasaran dalam waktu yang ditetapkan atau menggunakan dana yang telah
ditetapkan untuk mencapai hasil dan sasaran dengan kualitas yang maksimal. B.
Efektif, berarti pengadaan barangjasa harus sesuai dengan kebutuhan dan sasaran yang telah ditetapkan serta memberikan manfaat yang sebesar-
besarnya. C.
Trasparan, berarti semua ketentuan dan informasi mengenai pengadaan barangjasa bersifat jelas dan dapat diketahui secara luas oleh penyedia
barangjasa yang berminat serta oleh masyarakat pada umumnya. D.
Terbuka, berarti pengadaan barangjasa dapat diikuti oleh semua penyedia barangjasa yang memenuhi persyaratankriteria tertentu berdasarkan ketentuan
dan prosedur yang jelas.
Universitas Sumatera Utara
28
E. Bersaing, berarti pengadaan barangjasa harus dilakukan melalui persaingan
yang sehat diantara sebanyak mungkin penyedia barangjasa yang setara dan memenuhi persyaratan, sehingga dapat diperoleh barangjasa yang ditawarkan
secara kompetitif dan tidak ada intervensi yang mengganggu terciptanya mekanisme pasar dalam pengadaan barangjasa
F. Adiltidak diskriminatif, berarti memberikan perlakuan yang sama baik kepada
semua calon penyedia barangjasa dan tidak mengarah untuk memberikan keuntungan kepada pihak tertentu, dengan tetap memperhatikan kepentingan
nasional G.
Akuntabel, berarti harus sesuai dengan aturan dan ketentuan yang terkait dengan pengadaan barang jasa sehingg dapat dipertanggungjawabkan.
2.2 Defenisi Konsep
Definisi konsep merupakan abstraksi mengenai fenomena yang dirumuskan atas dasar generalisasi dari sejumlah karakteristik, kejadian keadaan kelompok,
atau individu tertentu. Dalam hal ini konsep penelitian bertujuan untuk merumuskan dan mengidentifikasikan istilah-istilah yang digunakan secara
mendasar agar tidak terjadi kesalahpahaman pengertian dan perbedaan persepsi yang dapat mengaburkan penelitian ini.
Adapun definisi konsep dalam penelitian ini adalah: 1.
Menurut Anderson Dalam Winarno 2012, kebijakan publik merupakan arah tindakan yang mempunyai maksud yang ditetapkan oleh seorang aktor atau
sejumlah aktor dalam mengatasi suatu masalah atau suatu persoalan. Konsep
Universitas Sumatera Utara
29
kebijakan ini dianggap tepat karena memusatkan perhatian pada apa yang sebenarnya dilakukan atau bukan pada apa yang diusulkan atau dimaksudkan.
2. Implementasi kebijakan menurut George C. Edwards III adalah tindakan-
tindakan yang dilakukan oleh pemerintah untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan dalam suatu keputusan kebijakan dengan memperhatikan variabel-
variabel berikut: a.
Komunikasi b.
Disposisi c.
Sumber daya d.
Struktur Birokrasi 3. Pengadaan barang dan jasa pemerintah secara elektronik atau E-Procurement
adalah sistem pengadaan barang dan jasa yang proses pelaksanaannya dilakukan secara elektronik dengan memanfaatkan fasilitas teknologi
komunikasi dan informasi.
2.3 Defenisi Operasional