27
5.2. Pembahasan
Penelitian  ini  berjudul  “Pencemaran  Soil  Transmitted  Helminths  Pada Sayuran  di  Pasar  Tradisional  dan  Pasar  Modern
di  Kota  Medan  Bagian  Kota”. Tujuan  utama  dari  penelitian  ini  adalah  untuk  mengetahui  perbandingan
pencemaran  pada  daun  sayuran  oleh  cacing  Soil  Transmitted  Helmints  di  pasar tradisional  dan  pasar  modern  Kota  Medan  pada  tahun  2015.  Penelitian  ini  juga
ingin melihat hubungan antara pencucian sayur terhadap tingkat kontaminasi STH pada sayuran.
Faktor-faktor yang mempengaruhi jumlah kontaminasi STH pada sayuran ada  berbagai  macam.  Salah  satunya  adalah  penggunaan  faeces  manusia  sebagai
pupuk  tanaman  dapat  meningkatkan  kontaminasi  STH  pada  sayuran.  Sedangkan sayuran  yang  telah  dimasak  dapat  mengurangi  jumlah  kontaminasi  STH.  Akan
tetapi  beberapa  orang  memiliki  kebiasaan  memakan  sayuran  secara  mentah, terutama  sayuran  yang  dimakan  sebagai  lalapan.  Bila  dalam  makanan  tersebut
terdapat  telur  atau  larva  cacing,  maka  siklus  hidup  cacing  bisa  menjadi  lengkap sehingga  terjadi  infeksi  pada  manusia  Entjang,  2003.  Selama  sayuran  dimasak
dengan  panas  yang  cukup  tidak  ada  masalah.  Masalah  timbul  bila  sayuran dimakan tanpa dimasak lebih dahulu Djaafar dan Rahayu, 2005.
Berdasarkan  Tabel  5.1,  dipilih  10  dari  19  pasar  di  wilayah  Kota  Medan Bagian  Kota  yang  menjadi  tempat  penelitian.  Pasar  tersebut  dipilih  dari  setiap
kecamatan,  sehingga  dapat  dikatakan  bahwa  tempat  penelitian  sudah  bisa mewakili wilayah pasar tradisional dan pasar modern Kota Medan Bagian Kota.
Penelitian ini melihat karakteristik sampel berdasarkan perlakuan sebelum dijual,  penampilan  fisik  yang  terlihat,  dan  kesegaran  sayur.  Dari  lima  jenis
sayuran yang diteliti didapatkan 26.7 sayuran dicuci sebelum dijual serta 16.7 sayuran berpenampilan bersih dan segar.
Berdasarkan Tabel 5.3 didapatkan persentase larva hookworm lebih tinggi daripada  telur  Ascaris  dan telur  hookworm  pada  kelima jenis  sayur  yang  diteliti.
Pada  jenis  sayuran  selada,  prei,  kol,  timun,  dan  daun  bawang  masing-masing didapati  persentase  larva  hookworm  sebesar  18,  23.4,  12.6,  9  dan  37.
Penelitian mengenai STH pada sayur kubis pernah dilakukan oleh Wardhana dkk
28
2014,  yang mendapatkan telur STH berupa telur  Ascaris lumbricoides  14.28, telur  Trichuris  trichiura  7.14,  dan  4.76  ditemukan  kedua  jenis  telur  cacing
tersebut. Berdasarkan  Tabel  5.4,  ditemukan  telur  hookworm  sebesar  3.77  dan
larva  hookworm  sebesar  96.23  di  pasar  tradisional.  Sedangkan  pada  pasar modern  ditemukan  100  sayuran  terkontaminasi  larva  hookworm.  Penelitian
serupa  dilakukan  oleh  Asihka  dkk  2013  di  pasar  tradisional  Kota  Padang  dan dari  hasil  penelitian  ditemukan  bahwa  sayuran  selada  terkontaminasi  oleh  telur
Ascaris  sp  sebesar  79,  telur  cacing  tambang  sebesar  5  dan  larva Trichostrongylus  orientalis  sebesar  16  sedangkan  pada  pasar  modern  hanya
ditemukan telur Ascaris sp pada selada yang terkontaminasi. Berdasarkan  Tabel  5.5,  kontaminasi    paling  banyak  yaitu  pada  daun
bawang  yang  dijual  di  pasar  tradisional  sebanyak  17  sayur,    sedangkan  yang paling  terkontaminasi  pada  pasar  modern  adalah  daun  prei  sebanyak  3  sayur.
Adapun nilai p  masing-masing perbandingan pasar tradisional dan pasar  modern dari  setiap  sayuran  memiliki  nilai  p    0.05.  Namun  pada  daun  bawang  didapati
nilai p = 0.046 p  0.05 untuk perbandingan pasar tradisional dan pasar modern. Nilai ini menunjukkan bahwa ada perbedaan tingkat kontaminasi STH pada daun
bawang  di  pasar  tradisional  dibandingkan  di  pasar  modern.  Sedangkan perbandingan  tingkat  kontaminasi  sampel  daun  selada  di  pasar  tradisional  dan
pasar modern didapatkan nilai p = 1,000 yang menunjukkan tidak ada perbedaan yang  bermakna  antara  tingkat  kontaminasi  STH  pada  daun  selada  di  pasar
tradisional  dan  pasar  modern.  Hal  ini  berbeda  dengan  penelitian  Ashika  dkk 2013  yang  menemukan  33  dari  44  73  sayuran  selada  yang  dijual  di  pasar
tradisional  Kota  Padang  terkontaminasi  STH.  Sedangkan  tiga  dari  lima  40 sayuran selada dari pasar modern di Kota Padang terkontaminasi STH.
Dari hasil penelitian didapatkan tidak ada  perbedaan yang bermakna pada tingkat kontaminasi STH sebelum dan setelah diberi perlakuan berupa pencucian
pada  kelima  jenis  sayur  yang  diteliti.  Tidak  adanya  perbedaan  yang  bermakna, kemungkinan  karena  pencucian  sayur  yang  tidak  bersih  oleh  penjual.  Hasil
penelitian  ini  sesuai  dengan  penelitian  Muyassaroh  2006  dalam  Astuti  dkk