26
jumlah terbanyak tidak adanya kontaminasi larva berdasarkan adanya perlakuan adalah pada Kol sebesar 8.
5.1.6. Distribusi Perbandingan Kontaminasi Sayur pada Pasar Tradisional
dan Pasar Modern
Distribusi perbandingan kontaminasi sayur meliputi penemuan parasit
berdasarkan pasar pada penelitian ini dapat di lihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 5.7 Distribusi Perbandingan Kontaminasi Sayur Berdasarkan Pasar Pasar
Kontaminasi Sayur p
+ -
Tradisional
48 77
18 0.325
Modern 7
Sayuran yang terkontaminasi dapat kita lihat dari tabel diatas pada pasar tradisional menunjukkan hasil positif terkontaminasi 48 sampel dari jumlah 125
sampel. Adapun pasar modern menunjukkan hasil positif terkontaminasi 7 sampel dari jumlah 25 sampel dengan nilai p value 0.325.
27
5.2. Pembahasan
Penelitian ini berjudul “Pencemaran Soil Transmitted Helminths Pada Sayuran di Pasar Tradisional dan Pasar Modern
di Kota Medan Bagian Kota”. Tujuan utama dari penelitian ini adalah untuk mengetahui perbandingan
pencemaran pada daun sayuran oleh cacing Soil Transmitted Helmints di pasar tradisional dan pasar modern Kota Medan pada tahun 2015. Penelitian ini juga
ingin melihat hubungan antara pencucian sayur terhadap tingkat kontaminasi STH pada sayuran.
Faktor-faktor yang mempengaruhi jumlah kontaminasi STH pada sayuran ada berbagai macam. Salah satunya adalah penggunaan faeces manusia sebagai
pupuk tanaman dapat meningkatkan kontaminasi STH pada sayuran. Sedangkan sayuran yang telah dimasak dapat mengurangi jumlah kontaminasi STH. Akan
tetapi beberapa orang memiliki kebiasaan memakan sayuran secara mentah, terutama sayuran yang dimakan sebagai lalapan. Bila dalam makanan tersebut
terdapat telur atau larva cacing, maka siklus hidup cacing bisa menjadi lengkap sehingga terjadi infeksi pada manusia Entjang, 2003. Selama sayuran dimasak
dengan panas yang cukup tidak ada masalah. Masalah timbul bila sayuran dimakan tanpa dimasak lebih dahulu Djaafar dan Rahayu, 2005.
Berdasarkan Tabel 5.1, dipilih 10 dari 19 pasar di wilayah Kota Medan Bagian Kota yang menjadi tempat penelitian. Pasar tersebut dipilih dari setiap
kecamatan, sehingga dapat dikatakan bahwa tempat penelitian sudah bisa mewakili wilayah pasar tradisional dan pasar modern Kota Medan Bagian Kota.
Penelitian ini melihat karakteristik sampel berdasarkan perlakuan sebelum dijual, penampilan fisik yang terlihat, dan kesegaran sayur. Dari lima jenis
sayuran yang diteliti didapatkan 26.7 sayuran dicuci sebelum dijual serta 16.7 sayuran berpenampilan bersih dan segar.
Berdasarkan Tabel 5.3 didapatkan persentase larva hookworm lebih tinggi daripada telur Ascaris dan telur hookworm pada kelima jenis sayur yang diteliti.
Pada jenis sayuran selada, prei, kol, timun, dan daun bawang masing-masing didapati persentase larva hookworm sebesar 18, 23.4, 12.6, 9 dan 37.
Penelitian mengenai STH pada sayur kubis pernah dilakukan oleh Wardhana dkk