Distribusi Perbandingan Kontaminasi Sayur pada Pasar Tradisional

28 2014, yang mendapatkan telur STH berupa telur Ascaris lumbricoides 14.28, telur Trichuris trichiura 7.14, dan 4.76 ditemukan kedua jenis telur cacing tersebut. Berdasarkan Tabel 5.4, ditemukan telur hookworm sebesar 3.77 dan larva hookworm sebesar 96.23 di pasar tradisional. Sedangkan pada pasar modern ditemukan 100 sayuran terkontaminasi larva hookworm. Penelitian serupa dilakukan oleh Asihka dkk 2013 di pasar tradisional Kota Padang dan dari hasil penelitian ditemukan bahwa sayuran selada terkontaminasi oleh telur Ascaris sp sebesar 79, telur cacing tambang sebesar 5 dan larva Trichostrongylus orientalis sebesar 16 sedangkan pada pasar modern hanya ditemukan telur Ascaris sp pada selada yang terkontaminasi. Berdasarkan Tabel 5.5, kontaminasi paling banyak yaitu pada daun bawang yang dijual di pasar tradisional sebanyak 17 sayur, sedangkan yang paling terkontaminasi pada pasar modern adalah daun prei sebanyak 3 sayur. Adapun nilai p masing-masing perbandingan pasar tradisional dan pasar modern dari setiap sayuran memiliki nilai p 0.05. Namun pada daun bawang didapati nilai p = 0.046 p 0.05 untuk perbandingan pasar tradisional dan pasar modern. Nilai ini menunjukkan bahwa ada perbedaan tingkat kontaminasi STH pada daun bawang di pasar tradisional dibandingkan di pasar modern. Sedangkan perbandingan tingkat kontaminasi sampel daun selada di pasar tradisional dan pasar modern didapatkan nilai p = 1,000 yang menunjukkan tidak ada perbedaan yang bermakna antara tingkat kontaminasi STH pada daun selada di pasar tradisional dan pasar modern. Hal ini berbeda dengan penelitian Ashika dkk 2013 yang menemukan 33 dari 44 73 sayuran selada yang dijual di pasar tradisional Kota Padang terkontaminasi STH. Sedangkan tiga dari lima 40 sayuran selada dari pasar modern di Kota Padang terkontaminasi STH. Dari hasil penelitian didapatkan tidak ada perbedaan yang bermakna pada tingkat kontaminasi STH sebelum dan setelah diberi perlakuan berupa pencucian pada kelima jenis sayur yang diteliti. Tidak adanya perbedaan yang bermakna, kemungkinan karena pencucian sayur yang tidak bersih oleh penjual. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Muyassaroh 2006 dalam Astuti dkk 29 2008 yang masih menemukan adanya telur Ascaris lumbricoides, Trichuris trichiura, dan cacing benang meskipun kubis yang diteliti telah dicuci sebanyak dua kali dengan air yang sedikit. Namun penelitian Astawan 2010 menjelaskan bahwa pencucian sayur dengan air yang mengalir dapat membersihkan kontaminan secara maksimal. Berdasarkan hasil penelitian didapatkan sayur yang terkontaminasi pada pasar tradisional lebih banyak dari pasar modern, yaitu sebanyak 48 sayuran 38,4. Sedangkan sayur yang tidak terkontaminasi pada pasar modern lebih banyak, yaitu sebanyak 18 sayuran 72. Hasil analisis dengan metode Chi- Square menunjukkan nilai p=0.325 yang berarti tidak ada hubungan yang bermakna antara kontaminasi STH terhadap sayuran yang dijual di pasar tradisional ataupun pasar modern. Penelitian yang sama pernah dilakukan oleh Karuppiah 2010 mengenai sayur selada di pasar tradisional dan di pasar moder dengan hasil yang berbeda dimana sayur yang terkontaminasi pada pasar modern lebih banyak dari pasar tradisional, yaitu sebanyak 18 sayur 90.0. Sedangkan yang tidak terkontaminasi pada pasar tradisional lebih banyak, yaitu sebanyak 6 sayur 15.0. Sedangkan hasil analisis Chi-Square menunjukkan nilai yang sama di atas 0.05 yaitu p=3.481 yang berarti tidak ada hubungan yang bermakna antara kontaminasi STH terhadap sayuran yang dijual di pasar tradisional ataupun pasar modern. Keterbatasan pada penelitian ini adalah wawancara tidak dilakukan dengan detail dan jumlah sampel kurang mewakili dari jumlah populasi penelitian.