10 kemudian ikan ditiriskan sebentar. Ikan kemudian dijemur di tempat pengeringan
yang disediakan, disusun dengan bagian kulit menghadap ke atas dan sesekali ikan dibalik-balik untuk mempercepat proses pengeringan. Apabila panas cukup,
penjemuran memerlukan waktu kurang lebih 2 hari atau lebih.
2.4 Pencemaran Logam Berat pada Ikan Asin
Pencemaran adalah kondisi yang telah berubah dari bentuk asal menjadi keadaan yang lebih buruk akibat masuknya bahan-bahan pencemar atau polutan.
Bahan polutan tersebut pada umumnya mempunyai sifat racun toksik yang berbahaya bagi organisme hidup. Toksisitas atau daya racun dari polutan dapat
menjadi pemicu terjadinya pencemaran Palar, 2008. Pencemaran logam berat dapat terjadi pada daerah lingkungan yang
bermacam-macam dan dapat dibagi menjadi tiga golongan, yaitu udara, tanah dan air. Keberadaan logam-logam dalam badan perairan dapat berasal dari sumber-
sumber alamiah dan dari aktivitas yang dilakukan oleh manusia. Sumber-sumber logam alamiah yang masuk kedalam badan perairan bisa berupa pengikisan dari
batu mineral yang banyak di sekitar perairan. Di samping itu, partikel-partikel logam yang ada di udara, dikarenakan oleh hujan, juga dapat menjadi sumber
logam di badan perairan. Logam-logam berat yang terlarut dalam badan perairan pada konsentrasi tertentu dapat berubah fungsi menjadi sumber racun bagi
kehidupan perairan Widowati, dkk., 2008. Pada tahun 2000, Urip menjelaskan bahwa pada proses pembuatan ikan
asin kemungkinan pencemaran logam berat pada ikan asin terjadi di tempat pengolahan ikan. Pencemaran ini dapat melalui tiga jalur, yaitu: pertama, ikan
segar yang berasal dari laut yang tercemar oleh logam Cd dan Pb. Logam-logam
Universitas Sumatera Utara
11 ini berasal dari industri yang melakukan pembuangan limbah B3 yang belum
diolah dengan baik, yang mengakibatkan badan sungai yang airnya mengalir ke laut mengandung kedua logam tersebut. Kedua, air yang digunakan pada proses
pengolahan ikan asin, kemungkinan terjadi perembesan air sungai yang telah tercemar dengan logam berat sehingga air yang dipakai juga mengandung logam
berat. Ketiga, garam yang digunakan untuk pengasinan ikan telah tercemar oleh kedua logam tersebut Nauli, 2004.
2.5 Logam Berat
Logam berat adalah logam yang mempunyai berat 5 gram atau lebih untuk setiap cm
3
dan bobotnya lima kali dari berat air Darmono, 1995. Logam berat memiliki kriteria yang sama dengan logam lainnya, perbedaannya hanya terletak
dari pengaruh yang dihasilkan apabila logam tersebut berikatan atau masuk ke dalam tubuh organisme makhluk hidup. Logam berat bila masuk ke dalam tubuh
dalam jumlah berlebihan akan menimbulkan pengaruh-pengaruh buruk terhadap fungsi fisiologis tubuh Palar, 2008.
Menurut Widowati, dkk. 2008, logam berat dibagi ke dalam dua jenis, yaitu logam berat esensial dan logam berat tidak esensial. Logam berat esensial
adalah logam dalam jumlah tertentu yang sangat dibutuhkan oleh organisme dan dalam jumlah yang berlebihan logam tersebut akan menimbulkan efek toksik.
Contohnya adalah Zn, Cu, Fe, Co, Mn, dan lain sebagainya. Logam berat tidak esensial adalah logam yang berada dalam tubuh yang belum diketahui manfaatnya
dan bersifat toksik, seperti Hg, Cd, Pb, Cr, dan lain-lain.
Universitas Sumatera Utara
12 Efek toksik dari logam ini mampu menghambat kerja enzim sehingga
mengganggu metabolisme tubuh, menyebabkan alergi, bersifat mutagen, teratogen atau karsinogen bagi manusia maupun hewan Widowati, dkk., 2008.
2.5.1 Kadmium
Kadmium adalah logam berwarna putih perak, lunak, mengkilap, tidak larut dalam basa, mudah bereaksi, serta menghasilkan kadmium oksida bila
dipanaskan. Kadmium memiliki nomor atom 48, berat atom 112,4 gmol; titik leleh 321
C dan titik didih 767 C Widowati, dkk., 2008.
Kadmium merupakan salah satu jenis logam berat yang berbahaya karena elemen ini beresiko tinggi terhadap pembuluh darah. Waktu paruh kadmium 10-
30 tahun. Akumulasi pada ginjal dan hati 10-100 kali konsentrasi pada jaringan yang lain. Salah satu efek utama dari keracunan kadmium adalah tulang lemah
dan rapuh. Umumnya terjadi rasa nyeri pada persendian dan kaki kemudian berkembang menjadi berjalan terhuyung-huyung karena cacat tulang yang
disebabkan oleh keracunan kadmium tersebut. Rasa nyeri ini akhirnya melemahkan tubuh dan patah tulang karena tulang rapuh Widaningrum, dkk.,
2007; Suyono, 2013. Gejala akut keracunan kadmium ditandai sesak dada, kerongkongan kering
dan dada terasa sesak, nafas pendek, nafas terengah-engah, distress dan bisa berkembang ke arah penyakit radang paru-paru, sakit kepala dan menggigil,
bahkan dapat diikuti dengan kematian. Gejala kronis keracunan kadmium ditandai nafas pendek, kemampuan mencium bau menurun, berat badan menurun, gigi
terasa ngilu dan berwarna kuning keemasan Widaningrum, dkk., 2007.
Universitas Sumatera Utara
13
2.5.2 Timbal
Timbal atau dalam keseharian lebih dikenal dengan timah hitam dan dalam bahasa ilmiah dinamakan plumbum adalah logam berat yang secara alami terdapat
di dalam kerak bumi. Logam ini termasuk ke dalam logam-logam golongan IV-A pada tabel periodik unsur kimia dan mempunyai nomor atom 82 dengan berat
atom 207,2. Timbal adalah suatu logam berat berwarna abu-abu kebiruan dengan titik lebur 327,5 ÂșC Widowati, dkk., 2008; Palar, 2008.
Menurut Rahde 1994, timbal Pb adalah logam yang mendapat perhatian karena bersifat toksik melalui konsumsi makanan, minuman, udara, air, serta debu
yang tercemar Pb Widowati, dkk., 2008. Senyawa Pb yang masuk ke dalam tubuh melalui makanan dan minuman akan diikutkan dalam proses metabolisme
tubuh, sedangkan Pb yang terhirup pada saat bernafas akan masuk ke dalam pembuluh paru-paru. Logam tersebut akan terserap dan berikatan dengan darah
paru-paru untuk kemudian diedarkan ke seluruh jaringan dan organ tubuh Palar, 2008.
Toksisitas Pb bersifat kronis dan akut. Paparan Pb secara kronis bisa mengakibatkan kelelahan, kelesuan, gangguan gastrointestinal, infertilitas pada
laki-laki, gangguan menstruasi serta aborsi spontan pada wanita, depresi, sakit kepala, sulit berkonsentrasi, daya ingat terganggu, dan sulit tidur. Toksisitas akut
bisa terjadi jika Pb masuk ke dalam tubuh seseorang melalui makanan atau menghirup gas Pb dalam waktu yang relatif pendek dengan dosis atau kadar yang
relatif tinggi. Gejala dan tanda-tanda klinis akibat paparan secara akut bisa menimbulkan beberapa gejala seperti mual, muntah-muntah, sakit perut yang
Universitas Sumatera Utara
14 hebat, sakit kepala, sering pingsan, gangguan fungsi ginjal, dan gagal ginjal akut
yang bisa berkembang dengan cepat Widowati., dkk., 2008.
2.6 Spektrofotometri Serapan Atom
Spektrofotometri serapan atom adalah suatu metode analisis yang digunakan untuk penentuan unsur-unsur logam dan metaloid yang berdasarkan
pada proses penyerapan energi radiasi atom-atom yang berada pada tingkat energi dasar ground state pada panjang gelombang tertentu tergantung jenis unsur yang
dianalisis Arifin, 2008. Spektrofotometri serapan atom didasarkan pada absorpsi cahaya oleh
atom. Atom-atom menyerap cahaya tersebut pada panjang gelombang tertentu. Sebagai contoh, kadmium menyerap cahaya pada 228,8 nm, timbal pada 283,3 nm
dan natrium pada 358,5 nm Cahaya pada panjang gelombang ini mempunyai cukup energi untuk mengubah tingkat elektronik suatu atom. Dengan menyerap
suatu energi, maka atom akan memperoleh energi sehingga suatu atom pada keadaan dasar dapat dinaikkan tingkat energinya ke tingkat eksitasi Khopkar,
1985. Misalkan, suatu unsur natrium mempunyai konfigurasi electron 1s
2
, 2s
2
, 2p
6
, dan 3s
1
. Tingkat dasar untuk elektron valensi 3s
1
ini dapat mengalami eksitasi ke tingkat 3p dengan energi 2,2 eV atau ke tingkat 4p dengan energi 3,6 eV
Khopkar, 1985; Gandjar dan Rohman, 2009. Spektrofotometer Serapan Atom merupakan alat yang canggih dalam
analisis, disebabkan oleh kecepatannya, ketelitiannya sampai tingkat runut, dan tidak memerlukan pemisahan unsur sebelum pengukuran karena penentuan satu
unsur dengan kehadiran unsur lain dapat dilakukan asalkan katoda berongga yang
Universitas Sumatera Utara
15 diperlukan tersedia. Alat ini dapat digunakan untuk menganalisis 61 logam dan
dua non-logam yaitu fosfor dan boron Khopkar, 1985.
2.7 Instrumentasi Spektrofotometri Serapan Atom