72
D. Jenis-Jenis Sanksi yang Dalam UU No 35 Tahun 2009 tentang Narkotika.
Masalah pidana dan pemidanaan dalam sejarahnya selalu mengalami perubahan. Keberadaannya selalu dibicarakan dan diperdebatkan oleh para ahli.
Perubahannya itu adalah wajar, bila dilihat dari sudut pandang masyarakat. Manusia akan selalu berupaya untuk memperbaharui tentang suatu hal demi
meningkatkan kesejahteraannya dengan mendasarkan diri pada masa pengalamannya dimasa lampau. Stelsel sanksi adalah bagian dari permasalahan
pokok pidana yang merupakan salah satu dari tiga permasalahan pokok dalam membicarakan hukum pidana.
Perkembangan hukum pidana dewasa ini, terutama undang-undang pidana khusus atau peraturan perundang-undangan di luar KUHP, terdapat suatu
kecenderungan penggunaan dalam stelsel sanksi yang berarti sanksi pidana dan sanksi tindakan diatur sekaligus. Kedua jenis sanksi ini sanksi pidana dan sanksi
tindakan, dalam teori hukum pidana disebut dengan double track system. Pidana berasal dari kata straf Belanda yang adakalanya disebut dengan
istilah hukuman. Istilah pidana lebih tepat dari istilah hukuman karena hukum sudah lazim merupakan terjemahan dari recht. Pidana lebih tepat didefinisikan
sebagai suatu penderitaan yang sengaja dijatuhkan oleh Negara pada seseorang atau beberapa orang sebagai akibat hukum sanksi baginya atas perbuatannya
yang telah melanggar larangan hukum pidana. Pidana dalam hukum pidana merupakan suatu alat dan bukan tujuan dari hukum pidana, yang apabila
dilaksanakan tiada lain adalah berupa penderitaan atau rasa tidak enak bagi yang bersangkutan disebut terpidana. Secara khusus dapat disebut terhindarnya
Universitas Sumatera Utara
73
masyarakat dari perkosan-perkosaan terhadap kepentingan hukum yang dilindungi.
79
sanksi pidana yang diketahui terdiri dari dua jenis yaitu pertama,sanksi pidana pokok berupa pidana mati, penjara, kurungan, denda dan
tutupan. Kedua, sanksi pidana tambahan berupa pidana pencabutan hak-hak tertentu, pidana perampasan barang-barang tertentu dan pidana pengumuman
keputusan hakim.
80
Menurut Mulyadi, hukum pidana modern yang bercirikan berorientasi pada perbuatan dan pelaku daad-dader strafrecht, stelsel sanksi tidak hanya
meliputi pidana straf tetapi juga tindakan maatregel yang secara relatif lebih bermuatan pendidikan. Sanksi pidana bersumber dari ide dasar, mengapa diadakan
pemidanaan? Sedangkan sanksi tindakan bertolak dari ide dasar , untuk apa diadakan pemidanaan ? sanksi pidana sesungguhnya bersifat reaktif dari suatu
perbuatan, sedangkan sanksi tindakan lebih bersifat antisipatif terhadap pelaku perbuatan tersebut.
81
79
Mahmud Mulyadi, Feri Antoni surbakti, Politik Hukum Pidana terhadap kejahatan korporasi, Medan, PT softmedia, 2011, hal.100
80
Adami Chazawi, Pelajaran Hukum Pidana 1, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2008, hal. 67
81
Mahmud Mulyadi, Feri Antoni Surbakti,Op, cit., hal. 91
Penetapan sanksi dalam suatu peraturan perundang-undangan pidana bukanlah sekedar masalah teknis perundang-undangan semata, melainkan bagian
tak terpisahkan dari substansi atau materi perundang-undangan itu sendiri. Artinya dalam hal yang menyangkut masalah penalisasi, kriminalisasi, dan kriminalisasi
harus dipahami secara komprehensif baik dari segala aspek persoalan substansi atau materi perundang-undangan pada tahap kebijakan legislasi.
Universitas Sumatera Utara
74
Menurut Barda Nawawi Arief, penting menginformasikan secara sistematis mengenai prinsip-prinsip atau ide-ide dasar “sistem dua jalur” atau
double track system, sesungguhnya terkait bahwa unsure pencelaan lewat sanksi pidana dan unsur pembinaan melalui sanksi tindakan memiliki kedudukan yang
sama penting.
82
Sanksi dalam hukum pidana adalah merupakan reaksi atas pelanggaran hukum yang telah ditentukan dalam Undang-undang, mulai dari penahanan,
penuntutan, sampai pada penjatuhan hukuman oleh hakim. Simons menyatakan, bahwa bagian terpenting dari setiap Undang-undang adalah merupakan sistem
hukum yang dianutnya. Masalah kebijakan menetapkan jenis sanksi dalam hukum pidana, tidak terlepas dari masalah penetapan tujuan yang ingin dicapai dalam
pemidanaan. Keberadaan sanksi tindakan menjadi urgensi karena tujuannya adalah
untuk mendidik kembali pelaku agar mampu menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Sanksi tindakan ini lebih menekankan nilai-nilai kemanusiaan
dalam reformasi dan pendidikan kembali pelaku kejahatan. Pendidikan kembali ini sangat penting karena hanya dengan cara ini, pelaku dapat menginsyafi bahwa
apa yang dilakukan itu bertentangan dengan nilai-nilai kemanusiaan.
83
Hukum pidana digunakan di Indonesia sebagai sarana untuk menanggulangi kejahatan tampaknya tidak menjadi persoalan. Hal ini terlibat dari
praktek perundang-undangan selama ini yang menunjukkan bahwa penggunaan hukum pidana merupakan bagian dari kebijakan atau politik hukum yang dianut di
82
Ibid,
83
Ibid
Universitas Sumatera Utara
75
Indonesia. Penggunaan hukum pidana dianggap sebagai hal yang wajar dan normal, seolah-olah eksistensinya tidak dipersoalkan.
Permasalahannya sekarang adalah, garis-garis kebijakan atau pendekatan yang bagaimanakah yang sebaiknya ditempuh dalam menggunakan hukum pidana
tersebut. Hal ini dikemukakan sehubungan dengan pendapat dari Herbert L.Parker dalam bukunya “ The limits of the Criminal Sanction “, yang intinya menyatakan
bahwa :
84
a. Sanksi pidana sangat diperlukan; kita tidak dapat hidup, sekarang maupun
dimasa yang akan datang, tanpa pidana. b.
Sanksi pidana merupakan alat atau sarana terbaik yang tersedia, yang kita miliki untuk menghadapi kejahatan-kejahatan atau bahaya besar dan segera
serta untuk mengahadapi ancaman-ancaman dan bahaya.
c. Sanksi pidana suatu ketika merupakan penjamin yang utama, dan suatu ketika
merupakan pengancaman utama dari kebebasan manusia. Ia merupakan penjamin apabila digunakan secara hermat-cermat dan secara manusiawi, ia
merupakan pengancam apabila digunakan seacara sembarangan dan secara paksa.
UU No 35 tahun 2009 tentang Narkotika utnuk “pengedar “ dan “pengguna “ dikenal adanya dua jenis sistem perumusan jenis sanksi pidana
strafsoort yaitu sistem perumusan kumulatif-alternatif campuran-
gabunganantara antara mati, pidana pennjara seumur hidup atau pidana penjara dan pidana denda pasal 114,115,118,119 UU Narkotika. Kemudian untuk
sistem perumusan lamanya sanksi pidana straafmaat dalam UU Narkotika juga terdapat dua perumusan yaitu fixedindefinite sentence system atau sistem
maksimum dan determinate sentence sistem pasal 111, 112, 113, 114, 115, 116, 117, 118, 119, 120, 121, 122, 123, 124, 125, UU Narkotika .
84
Roeslan Saleh, Dari Lembaran Kepustakaan Hukum Pidana, Jakarta : Sinar Grafika, 1988, Hlm. 98
Universitas Sumatera Utara
76
Undang-Undang Narkotika No 35 tahun 2009 telah mengatur sanksi- sanksi yang diberikan pada tindak pidana Narkotika antara lain :
a. Tindak pidana Orang tuaWali dari pecandu Narkotika yang belum cukup umur
pasal 128 Dipidana dengan pidana kurungan paling lama 6 enam bulan atau pidana denda paling banyak Rp.1000.000 satu juta rupiah.
b.Tindak pidana dilakukan oleh Korporasi pasal 130 Dipidana dengan pidana penjara dan pidana denda dengan pemberatan 3 tiga
kali. Korporasi dapat dijatuhi korporasi dapat dijatuhi pidana tambahan berupa: a. pencabutan izin usaha danatau b. pencabutan status badan hukum.
c. Tindak pidana bagi Orang yang tidak melaporkan Adanya Tindak pidana
Narkotika pasal 131. Dipidana dengan pidana penjara paling lama 1 satu tahun atau pidana denda paling lama banyak Rp.50.000,000 lima puluh juta
rupiah. d.Tindak pidana terhadap percobaan atau pemufakatan jahat melakukan tindak
pidana Narkotika dan prekusor pasal 132Ayat 1, dipidana dengan pidana penjara yang sama sesuai dengan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam pasal-
pasal tersebut. Ayat 2, dipidana pidana penjara dan pidana denda maksimumnya ditambah 13
sepertiga. e.
Tindak pidana bagi Menyuruh, Memberi, membujuk, Memaksa dengan Kekerasan, Tipu Muslihat, Membujuk Anak pasal 133. Ayat 1, dipidana
dengan pidana mati atau pidana penjara seumur hidup, atau pidana penjara paling singkat 5 tahun dan paling lama 20 dua puluh tahun dan pidana denda
Universitas Sumatera Utara
77
paling sedikit Rp.2.000.000,000,00 dua miliar rupiah rupiah dan paling banyak Rp.20.000.000.000,00 dua puluh miliar rupiah
Ayat 2,Dipidana dengan pidana penjara paling singkat 5 lima tahuh dan paling lama 15 lima belas tahun dan pidana denda paling sedikit
Rp.1000.000.000,00 satu miliar rupiah dan paling banyak Rp.10.000.000.000,00 sepuluh miliar Rupiah.
f. Tindak pidan bagi pelaku Narkotika yang tidak melaporkan diri pasal 134
Ayat 1, dipidana dengan pidana kurungan paling lama 6 enam bulan atau pidana denda paling banyak Rp.2.000.000 dua juta rupiah. Ayat 2, dipidana
dengan pidana kurungan paling lama 3 tiga bulan atau pidana denda paling banyak Rp.1000.000,00 satu juta rupiah
g.Tindak Pidana bagi pengurus Industri Farmasi yang Tidak Melaksanakan kewajiban Pasal 135 Dipidana dengan pidana penjara paling singkat 1 satu
tahun dan paling lama 7 tujuh tahun dan pidana denda paling sedikit Rp.40.000.000,00 empat puluh juta rupiahdan paling banyak Rp.4000.000,00
empat ratus juta rupiah h.Tindak pidana terhadap hasil-hasil tindak pidana Narkotika danatau precursor
Narkotika pasal 137 Huruf a, dipidana dengan pidana penjara paling singkat 5 lima tahun dan
paling lama 15 tahun dan pidana paling sedikit Rp 1000.000.000,00 satu miliar rupiah dan paling banyak RP,10.000.000.000,00 sepuluh miliar rupiah.
Huruf b, dipidana dengan pidana penjara paling singkat 3 tiga tahun dan paling lama 10 sepuluh tahun dan pidana denda paling sedikit
Universitas Sumatera Utara
78
Rp.500.000.000,00 lima ratus juta rupiah dan saling banyak Rp 5.000.000.000,00 lima miliar rupiah.
i. Tindak pidana terhadap orang yang menghalagi atau mempersulit
penyidikan,penuntutan dan pemeriksaan perkara pasal 138Dipidana dengan pidana penjara paling lama 7 tujuh tahun dan pidana denda paling banyak
Rp5.00.000.000,00 lima ratus juta rupiah. j.
Tindak pidana bagi Nahkoda atau Kapten penerbang yang Tidak melaksanakan ketentuan pasal 27 dan pasal 28 pasal 139Dipidana dengan pidana penjara
paling singkat 1satu tahun dan paling lama 10 sepuluh tahun dan pidana denda paling sedikit Rp.100,000.000,00 seratus juta rupiah dan paling banyak
Rp.1.000.000.000,00 satu miliar rupiah k.Tindak pidana bagi PNS,Penyidik Polri,Penyidik BNN, yang tidak
melaksanakan Ketentuan tentang barang bukti pasal 140Dipidana dengan pidana penjara paling singkat 1satu tahun dan paling lama 10 sepuluh tahun
dan pidana paling sedikit Rp.100.000.000,00 seratus juta rupiah dan paling banyak Rp1.000.000.000,00 satu miliar rupiah.
l. Tindak pidana bagi Kepala Kejaksaan Negeri yang tidak Melaksanakan
ketentuan pasal 91 ayat 1 pasal 141Dipidana dengan pidana penjara paling singkat 1satu tahun dan paling lama 10 sepuluh tahun dan pidana denda
paling sedikit Rp1.00.000.000,00 seratus juta rupiah dan paling banyak Rp.1000.000.000,00 satu miliar rupiah
Universitas Sumatera Utara
79
m. Tindak pidana bagi petugas labolatorium yang Memalsukan Hasil penguji
pasal 142Dipidana dengan pidana penjara paling lama 7 tujuh thanun dan denda paling banyak Rp500.000.000,00 lima ratus juta rupiah.
n.Tindak pidana bagi Saksi yang memberikan keterangan tidak benar pasal 143Dipidana dengan pidana penjara paling singkat 1 satu tahun dan paling
lama 10 tahun dan pidana denda paling sedikit Rp.60.000.000,00 enam ratus juta rupiah
o.Tindak pidana bagi setiap orang yang melakukan pengulangan Tindak Pidana pasal 144Dipidana dengan pidana maksimumnya ditambah dengan 13
sepertiga p.Tindak Pidana yang dilakukan Pimpinan Rumah Sakit, Pimpinan Lembaga,
ilmu pengetahuan, pimpinan industry farmasi dan pimpinan pedagang farmasi pasal 147
Dipidana dengan pidana penjara paling singkat 1 tahun dan paling lama 10 tahun dan pidana denda paling sedikit Rp. 100.000.000 seratus juta dan paling banyak
Rp. 1.000.000.000.000 satu miliar. Pasal 136 UU No. 35 Tahun 2009 memberikan sanksi berupa Narkotika
dan prekursor Narkotika serta hasil-hasil yang diperoleh dari tindak pidana Narkotika, baik itu asset bergerak atau tidak bergerak maupun berwujud dan tidak
berwujud serta barang-barang atau peralatan yang digunakan untuk tindak pidana Narkotika dirampas untuk Negara. Pasal 146 juga memberikan sanksi terhadap
warga Negara asing yang telah melakukan tindak pidana Narkotika ataupun menjalani pidana narkotika, yakni dilakukan pengusiran wilayah Negara Republik
Universitas Sumatera Utara
80
Indonesia dan dilarang masuk kembali ke wilayah Negara Republik Indonesia. Sedangkan pasal 148, bila putusan denda yang diatur dalam Undang-Undang ini
tidak dibayarkan oleh pelaku tindak pidana Narkotika maka pelaku dijatuhi penjara paling lama 20 tahun sebagai pengganti pidana denda yang tidak dapat
dibayar.
Universitas Sumatera Utara
11
BAB I PENDAHULUN
A.Latar Belakang
Hukum adalah sesuatu yang berkenaan dengan kehidupan manusia.Ia lahir dalam pergaulan dan perkembangan ditengah masyarakat serta berperan dalam
hubungan antar individu dan antar kelompok. Hukum masuk dalam kehidupan dalam bentuk ketentuan-ketentuan yang juga dinamakan kaidah-kaidah atau
norma-norma sosial. Seperti norma-norma sosial lain berisi serangkaian ketentuan yang tentang larangan-larangan dan perintah-perintah serta anjuran-anjuran.
Norma hukum memiliki ciri khas yang berbeda dengan norma-norma sosial lain yaitu ia memiliki daya memaksa untuk ditaati dan dipatuhi. Daya memaksa itu
yang kita kenal sebagai sanksi. Karena keperangkatannya berupa daya paksaan yang terkandung dalam hukum, maka ia bisa mengatur kehidupan bersama
manusia dengan pedoman-pedoman antara lain menunjukkan perilaku yang tidak baik bila dilakukan dapat berakibat membahayakan kehidupan bersama atau
merugikan kepentingan dan hak seseorang atau warga masyarakat dengan larangan-larangan,sedangkan terhadap perilaku yang baik bila dilakukan
membawa dampak positif bagi kehidupan masyarakat dituangkan dalam perintah- perintah dan anjuran-anjuran.
1
Peran hukum cenderung menjaga dan menjamin ketertiban melalui pemberian pedoman berperilaku dengan perintah-perintah dan larangan-larangan
yang bila perlu melakukan tindakan-tindakan paksaan dalam rangkaian
1
Soedjono Dirdjosisworo, Hukum Narkotika Indonesia, Jakarta: Alumni, 1986 hal.18
Universitas Sumatera Utara
12
perlindungan hak dan kepentingan warga masyarakat yang dirugikan atau diganggu oleh anggota masyarakat lain. Tindakan hukum ini berusaha menjamin
keadilan didalam pergaulan hidup, sehingga ia menjaga ketertiban dan keadilan. Hukum berperan pula mendorong proses pembangunan suatu masyarakat sebagai
rekayasa sosial. Disamping itu, hukum juga mengendalikan para pelaksana penegak dan pengendali hukum supaya mereka mematuhi hukum, agar gerak
kerja hukum menjadi sesuai dengan hakikatnya sebagai sarana ketertiban, keadilan dan pengamanan serta penunjang pembangunan. Hampir tiap masyarakat
memiliki hukum yang berperan didalamnya, baik dalam bentuk kaidah tak tertulis maupun yang tertulis. Semakin kompleks dan majemuk suatu masyarakat, apalagi
dalam keterkaitan kerjasama Internasional seperti bidang niaga serta masalah- masalah yang membutuhkan kerjasama Internasional, maka pada masyarakat itu
dibutuhkan bahkan diisyaratkan pengaturan dan pengendalian dalam bentuk Undang-Undang tertulis.
2
Narkotika sebagai salah satu masalah pada masyarakat dan berkaitan dengan dunia Internasional jelas memerlukan perangkat-perangkat hukum dalam
bentuk Undang-Undang tertulis. Hukum Narkotika itu haruslah merupakan hukum yang dapat menjangkau kemasa depan dan senantiasa mampu
mengkomodir permasalahan Narkotika dari masa kemasa.
3
Narkotika merupakan obat atau zat yang sangat bermanfaat dan diperlukan untuk pengobatan penyakit tertentu.Narkotika juga dapat berdampak negatif jika
disalahgunakan atau digunakan tidak sesuai dengan standar pengobatan dapat
2
Hukum-on.blogspot.co.id201206pengertian-supremashi hukum dan.html?m=1. Diakes pada tanggal 19 November 2015, pukul 12.00 wib
3
Soedjono Dirdjosisworo. Op. Cit., hal 4
Universitas Sumatera Utara
13
menimbulkan akibat yang sangat merugikan bagi perseorangan atau masyarakat khususnya generasi muda jika dipergunakan tanpa adanya pengendalian dan
pengawasan yang ketat.
4
Masalah penyalahgunaan Narkotika telah menjadi masalah Nasional yang tidak pernah henti-hentinya dibicarakan. Permasalahan penyalahgunaan Narkotika
telah menjadi pemberitaan hampir setiap harinya. Penyalahgunaan Narkotika dapat menimbulkan kerusakan fisik, mental, emosi dan sikap dalam masyarakat.
Masalah penyalahgunaan Narkotika telah mengancam bangsa dan masyarakat tertentu sehingga menjadi suatu kejahatan terorganisasi nasional ataupun
transnasional. Kejahatan terorganisasi transnasional merupakan ancaman terhadap Negara dan masyarakat yang mengikis Human security dan kewajiban
dasar Negara untuk menjaga keamanan dan ketertiban salah santu bentuk permasalahan kejahatan terorganisasi adalah perdagangan gelap Narkotika dellict
drug trafficking.
5
Kejahatan Narkotika pada dasarnya termasuk kejahatan terhadap pembangunan dan kesejahteraan sosial yang menjadi pusat perhatian dan
keprihatinan Nasional dan Internasional. Ruang lingkup dan dimensi kejahatan Narkotika sangat luas, sehingga kegiatan dan aktivitasnya mengandung ciri
sebagai organized crime, white colorcrime,corporate crime dan transnasional crime.
6
4
Paragraf pertama Penjelasan Umum UU.35 Tahun 2009 Tentang Narkotika.
5
https:id.m.wikipedia.orgwikikejahatan_terorganisasi_transnasional. Diakses pada tanggal 19 November pukul 12.00 wib
6
Taufik Makaroa, Suhasril, zakky, Tindak pidana Narkotika, Jakarta: Ghalia Indonesia, 2003, hal. 89
Universitas Sumatera Utara
14
Kejahatan Narkotika yang sejak lama menjadi musuh bangsa kini semakinmengkhawatirkan Bangsa-bangsa beradab hingga saat ini. Aksi mafia
seakan tak mampu terbendung oleh gebrakan aparat penegak hukum diberbagai belahan dunia meski dengan begitu gencarnya memerangi kejahatan
ini.Masyarakat sering mendengar pernyataan tentang membangun komitmen bersama memberantas Narkotika oleh seluruh dunia. Tak sedikit badan-badan
dunia yang terlibat, namun ternyata peredaran gelap Narkotika terus meningkat. Berbagai indikasi menunjukkan bahwa kejahatan Narkotika merupakan kejahatan
extra ordinary crime. Adapun pemaknaannya adalah sebagai suatu kejahatan yang berdampak besar dan multi dimensional terhadap sosial, budaya, ekonomi dan
politik serta begitu dahsyatnya dampak negatif yang ditimbulkan oleh kejahatan ini. Untuk itu extraordinary punishment kiranya menjadi relevan mengiringi
model kejahatan yang berkarakteristik luar biasa yang dewasa ini kian merambah ke seluruh dunia sebagai transnasional crime.
7
Persoalan Narkotika adalah permasalahan Internasional. Kecanduan Narkotika adalah sebuah kehancuran bagi seorang remaja. Narkotika bahkan
menjadi kehancuran sebuah keluarga, dan juga mengganggu kestabilan Negara. Perang terhadap Narkotika telah dilakukan atas nama Negara Amerika latin.
Narkotika adalah sebuah komoditas bisnis yang menggiurkan karena memberikan keuntungan yang sangat besar. Berbagai cara pemasaran yang diterapkan untuk
mencari calon pembeli. Hasil kajian ilmiah dalam bidang perilaku pemasaran juga
7
A. kadarmanta, kejahatan narkotika;extraordinary crime dan extraordinary punishment, http:kejahatan –narkotika-extraordinary-crime.html. diakses tanggal 19 november 2015.
Pukul12.01 wib.
Universitas Sumatera Utara
15
telah disalahgunakan untuk memepengaruhi calon konsumen agar mau mengonsumsi Narkotika. Narkotika hanya akan menjadi komoditas perdagangan
bila ada yang membelinya. Oleh karena itu usaha untuk membangun ketahanan mental guna menangkal godaan berbagai pihak agar remaja menggunakan
Narkotika harus dilaksanakan dengan kuat. Upaya-upaya preventif untuk membangun ketahanan mental ini haruslah dilakukan. Mencegah lebih baik dari
pada merehabilitasi.
8
Setiap warga masyarakat wajib sifatnya melaporkan kepada pejabat yang berwenang dalam hal ini kepolisian setempat apabila mengetahui adanya
penyalahgunaan dan peredaran gelap Narkotika. Tata cara pelaporan ini bisa saja dilakukan secara langsung ketika ada yang dicurigai melakukan kejahatan
Narkotika, bahkan sebagai masyarakat dapat ikut serta melakukan penggrebekan atau bias dilakukan melalui surat dengan menyebutkan ciri-ciri pelaku, saat-saat
atau cara-cara melakukan, tempat melakukan. Dalam Undang-Undang Narkotika juga menjelaskan bahwa, pelaporan sangat dilindungi dan mendapat jaminan
kemanan danperlindungan dari yang berwenang. Bahkan warga masyarakat yang berjasa dalam pengungkapan Narkotika ini, oleh pemerintah akan diberikan
penghargaan.
9
Pertemuan AseanInter-parlement Organizazion AIPO Organisasi Antar Perlemen ASEAN di Yogyakarta yang mengeluarkan kesepakatan antara lain
agar ASEAN pada tahun 2015 bebas Narkoba. Hasil kesepakatan 10 parlemen
8
Kata pengantar Djamaluddin Ncok, Pencegahan Penyalahgunaan Narkoba dengan program Aji.Tina afiatin, Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 2008, hal. iii
9
Heriadi Willy, Berantas Narkoba tak cukup hanya Bicara Tanya jawab opii, Yogyakarta:UII press, 2005, hal. 26
Universitas Sumatera Utara
16
Negara-Negara di ASEAN ini muncul karena menilai kejahatan penggunaan obat- obatan terlarang dan peredaran gelapnya sudah sangat memprihatinkan.
Kesepakatan ini juga diharapkan agar adanya perjanjian ekstradisi diantara 10 Negara di ASEAN karena saat sekarang ini banyak pelaku kejahatan yang
menyangkut Narkotika tidak dapat di ekstradisi. Selain itu juga dalam rangka kesepakatan tersebut perlu adanya kerjasama pertukaran informasi dengan ASEAN
senior officials on drug matters ASOD. Kerjasama Negara ASEAN dalam hal penanggulangan masalah Narkotika ini mutlak diperlukan, mengingat jalur
peredaran gelap Narkotika yang masuk ke Indonesia banyak berasal dari Negara Colombia, China dan daerah segita emas yang meliputi Negara Laos, Birma dan
Thailand.
10
Kejahatan Narkotika dari hari kehari selalu saja meningkat, itu disebabkan indikasi yang ada hubungan dengan Narkotika sebagai Tindak Pidana kejahatan
dengan bisnis erat sekali. Bisnis Narkotika memang sangat mejanjikan Melihat peredaran gelap dan penyalahgunaan Narkotika yang telah
merasuk kesemua sendi-sendi kehidupan masyarakat, maka waktu tersebut bukanlah sesuatu yang begitu lama mengingat kejahatan Narkotika ini adalah
kejahatan terorganisir yang melibatkan jaringan Nasional mapun Internasional dengan sistem selterputus serta terselubung. Memiliki beribu cara operasi
peredaran yang melibatkan uang banyak atau keuntungan yang besar, sehingga dengan keuntungan yang besar tersebut para Bandar Narkotika akan berbuat
apapun untuk mencapai tujuannya.
10
Ibid hal 155
Universitas Sumatera Utara
17
keuntungannya. Dari pengakuan pecandu sekaligus pengedar Narkotika mengatakan,1 butir ekstacy yang ia beli seharga RP.60.000,-RP 75.000,-dapat ia
jual dengan seharga Rp.100.000-Rp 125.000,- 1 gram sabu seharga 350.000 dapat dijual kembali seharga Rp.500.000,- Rp.600.000. keuntungan yang diperoleh
bahkan bisa menjadi bertambah besar ketika para pengerdarnya menjual dalam bentuk sekali pakai atau disebut paket hemat Rp.150.000,-Rp20.000,- dan
terkadang ketika barangnya langka, maka hargapun dapat mencapai dua kali lipat. Inilah bisnis yang menjanjikan keuntungan.
11
Salah satu kasus tindak pidana Narkotika berdasarkan putusan Pengadilan Negeri Medan adalah putusan Nomor. 2091Pid. Sus2013PN. Mdn, dengan
nama terdakwa YUDI HASMIR SIREGAR,SH. Bahwa ia terdakwa melakukan tindak pidana narkotika terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan
tindak pidana “Tanpa hak dan melawan hukum memiliki, menyimpan, menguasai, atau menyediakan Narkotika golongan I satu bukan tanaman beratnya melebihi
5 gram” sebagaimana diatur dan diancam pidana dalam pasal 112 ayat 2 Jo. Pasal132 ayat1 UU No 35 tahun 2009 Tentang Narkotika. Dengan kronologis
Tim dari BNN R.I telah melakukan penangkapan terhadap rekan terdakwa Orang menjadi pemakai pecandu, pengedar atau lainnya, maka bukan
hanya harta saja yang habis atau hukuman senantiasa menantinya, melainkan nyawapun dapat melayang jika tidak cepat menyadari kekeliruan melakukan
perederan gelap dan menyalahgunakan Narkotika ini. Yang terbaik menolak Narkotika adalah “katakan tidak pada Narkotika”.
11
Ibid halaman 161
Universitas Sumatera Utara
18
Salmon alias Budi dengan membawa Narkotika Golongan I jenis shabu dengan berat brutto 21 gram, dan setelah diinterogasi ternayata Salmon mendapatkan
Narkotika tersebut dari Yudi Hasmir Siregar,SH. Kemudian Tim BBN R.I kemudian melakukan pendrobrakan ketempat terdakwa yang sedang menghisap
Narkotika Golongan I jenis shabu, dan ditemukan barang bukti lainnya yaitu : Narkotika Golongan I jenis shabu dengan berat brutto 6.582,3 gram, Tabletpil
berwarna abu-abu dengan logo “kepala kelinci playboy sebanyak 47 butir, serbuk berwarna putih dan merah dengan berat brutto 178,4 gram.
Penyalahgunaan Narkotika yang dilakukan terdakwa merupakan salah satu jenis tindak pidana Narkotika yang sering kita jumpai dikalangan masyarakat kita,
baik oleh masyarakat biasa, pegawai Negeri maupun pejabat Negara sehingga sangat perlu diberikan Hukuman yang sangat pantas bagi pelakunya, karena
perbuatan tersebut merupakan perdagangan Narkotika yang merupakan akar atau sumber seseorang memperoleh barang haram tersebut dan Permasalahan ini
sangat meresahkan Masyarakat setiap saat.
B . Rumusan Masalah
Adapun yang menjadi pokok permasalahan sehubungan dengan judul skripsi ini adalah :
1. Bagaimana Formulasi perbuatan pidana dan pertanggungjawaban pidana dalam
tindak pidana Narkotika menurut UU 35 Tahun 2009 tentang Tindak Pidana Narkotika ?
2. Bagaimana Penerapan pertanggung jawaban pidana menurut Undang-undang
35 tahun 2009 pada perkara pidana Reg. No. 209. Pid. Sus2013PN.Mdn?
Universitas Sumatera Utara
19
C. Tujuan dan Manfaat Penulisaan