Pertanggung Jawaban Pidana Terhadap Pelaku Tindak Pidana Narkotika Sesuai UU No. 35 Tahun 2009. (Studi Putusan No. 2091/Pid. Sus. 2013/Pn. Mdn).

(1)

DAFTAR PUSTAKA A.Buku-buku

Abdulkadir, Muhammad, Hukum dan Penelitian Hukum, Bandung, Citra Aditya Bakti, 2004

Abidin, Andi Zainal, Hukum pidana I, Jakarta , Sinar Grafika, 1983

Adisti, Susi Belenggu Hitam Pergaulan (Hancurnya Generasi Akibat Narkoba), Jakarta, Restu Agung, 2007

Arief, Barda Nawawi, Bunga Rampai Kebijakan Hukum Pidana, Bandung, citra Aditya Bakti,1996

Atmasasmita, Romli, Perbandingan Hukum Pidana, Bandung, CV Bandar Maju, 2000

Chazawi, Adami, pelajaran Hukum Pidana 1, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2008

C.S.T.Kansil, Christine.S.T.Kansil, Latihan Ujian Hukum Pidana, Jakarta, Sinar Dirdjosisworo, Soedjono, Hukum Narkotika Indonesia, Jakarta, Alumni, 1986 Dirdjosisworo, Soedjono, Kriminologi, Bandung, Citra Aditya, 1995

Hamzah, Andi Pengantar Hukum Acara Pidana Indonesia, Jakarta, Ghalia Indonesia,1983

Harahap, Yahya, Pembahasan Permasalahan Dan Penerapan KUHAP, Jakarta , Sinar Grafika,1985

Heriadi, Willy, Berantas Narkoba tak cukup hanya Bicara (Tanya Jawab & Opii),


(2)

Huda, Chairul, Dari tiada pidana tanpa kesalahan menuju tiada pertanggungjawaban pidana tanpa kesalahan, Jakarta, Prenada Media Grup, 2008

Kuffal, H.M.A, Penerapan KUHAP Dalam Praktik Hukum, Malang, UMM Press, 2004

Kholik, M.abdul, Buku Pedoman Kuliah Hukum Pidana, Fakultas Hukum UII, Yogyakarta, 2002

Lamintang, P.A.F., Lamintang Theo, Pembahasan KUHAP, Jakarta, Sinar Grafika, 2010

Makaro, Moh Taufik Makaro, suhasril, Moh Zakky A.S., Tindak Pidana Narkotika, Jakarta, Ghalian Indonesia, 2003

Mertokusomo, Sudikno, Hukum Acara Perdata Indonesia, Yoyakarta, Liberty, 1999

Moeljatno, Asas-asas Hukum Pidana, Jakarta , Rineka Cipta, 1993

Mulyadi,Mahmud dan Surbakti Feri Antoni, Politik Hukum Pidana Terhadap Kejahatan Korporasi, PT softmedia, Medan, 2011

Ncok, Djamaluddin, Pencegahan Penyalahgunaan Narkoba dengan program Aji. Tina Afiatin, Gadjah Mada University press, 2008

Prodjodikoro, Wirjono, Asas-asas Hukum Pidana di Indonesia, Bandung, PT.Eresco, 2000

Prodjodikoro,Wirjono, Hukum Acara Perdata di Indonesia, Jakarta , Sumur Bandung, 1876


(3)

Rozak, Abdul & Sayuti, Wahdi, Remaja dan Bahaya Narkoba, Jakarta, Prenada Media Group,2006

Saleh, Roeslan, Dari Lembaran Kepustakaan Hukum Pidana, Jakarta, Sinar Grafika, 1988

Sasangka, Hari, Narkotika dan Psikotropika Dalam Hukum Pidana, Bandung, Mandar maju, 2003

Sianturi, S, Asas-asas Hukum Pidana di Indonesia dan Penetapannya, Jakarta, Alumni Ahaem Pthaem, 1986

Suhasril, Taufik Makaroa, zakky, Tindak Pidana Narkotika, Jakarta, Ghalia Indonesia, 2003

Supramono , Wirjono, Asas Asas Hukum Pidana di Indonesia, Bandung, PT. Eresco, 1986

Sunggono, Bambang, Metodologi Penelitian Hukum, Jakarta, Raja Grafindo Persada, 2003

Soekanto, Soerjono dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif , Suatu Tinjauan Singkat, Jakarta , PT. Raja Persada, 2003

Siswanto S, politik hukum dalam Undang-undang Narkotika (UU no 35 tahun 2009

Tirtaamidjaja, Pokok-pokok Hukum Pidana, Jakarta , Fasco, Grafika, 1994 Waluyo, Bambang, Pidana dan Pemidanaan, Jakarta, Sinar Grafika, 2001

B. Peraturan Perundang-undangan

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945


(4)

Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana

C. Sumber Internet

A. kadarmanta, kejahatan narkotika;extraordinary crime dan extraordinary

punishment,

19 november 2015. Pukul12.01 wib.

tanggal 15 Desember 2015,pukul :12,45 Wib

D. lain-lain

Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi Kedua, Jakarta Balai Pusaka, 1991

Lampiran Peraturan Menteri Kesehatan No. 13 Tahun 2014 Tentang Perubahan Penggolongan Narkotika


(5)

BAB III

PENERAPAN PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA TERHADAP TINDAK PIDANA MENURUT UU NO. 35 TAHUN 2009 PADA PUTUSAN

REG. 2091/PID. SUS. 2013/PN.MDN

A. Kasus Reg. No.2091/Pid.Sus/2013/PN.Mdn85

1. Kronologis Kasus

Dalam penulisan skripsi ini, pada bab ini penulis akan menganalisa penerapan

sanksi terhadap tindak pidana dalam Undang-undang No. 35 Tahun 2009 pada

perkara Reg. No. 2091/Pid.Sus. 2013/PN. Mdn, dimana dalam kasus ini terdapat

adanya perbuatan Tanpa hak dan Melawan Hukum Memiliki, Menyimpan dan

Menguasai Atau Menyediakan Narkotika Golongan I berdasarkan pasal 112 ayat

(2) Jo. Pasal 132 ayat (1) UU RI N0.35 Tahun 2009.

Adapun identitas Terdakwa secara Lengkap, yaitu terdakwa bernama Yudi

Hasmir Siregar,S.H, tempat dan tanggal lahir Pematang siantar (18 juni 1966),

Umur/ usia 47 Tahun, jenis kelamin Laki-laki, Berkebangsaan Negara Republik

Indonesia, dan bertempat tinggal jalan Dahlia VI No. 279 Kel. Simpang selayang,

Kec. Medan Tuntungan, agama Islam, pekerjaan Terdakwa adalah Wiraswasta

dan pendidikan Terakhir S1 (Sarjana Hukum)

Terdakwa Yudi Hasmir Siregar, SH pada hari rabu tanggal 28 Mei 2013

sekitar pukul 21.00 Wib, atau setidak-tidaknya pada suatu waktu lain dalam

Tahun 2013 bertempat di Ruko kuning di jalan Kolonel Sugiono No.6E RT.001

RW. 005, kel. Aur, Kec. Medan Maimun, atau setidak-tidaknya ditempat lain

85


(6)

yang masih termasuk daerah Pengadilan Negeri Medan telah melakukan

pemufakatan jahat bersama dengan Salmon, untuk melakukan tindak pidana

Narkotika Yaitu Narkotika yaitu memiliki, meyimpan, menguasai, atau

menyediakan, Narkotika Golongan I bukan Tanaman (shabu-shabu) yaitu dengan

berat brutto 6.582,3 gram. Perbuatan tersebut dilakukan terdakwa dengan cara

antara lain sebagai berikut :

Rabu, tanggal 29 Mei 2013 sekitara jam 18.00 WIB. Bertempat dijalan

pemuda Medan, saksi Matius Kurniawan, Dendi Santoso, Dan Tim dari BNN

RI.Telah melakukan penangkapan kepada sdr. Salmon als Budi (terdakwa dalam

berkas terendiri) karena kedapatan membawa Narkotika Golongan I jenis Shabu

dengan berat brutto 21 gram yang disimpan dibawah jok motor Honda supra fit.

Setelah diinterogasi oleh saksi matius Kurniawan, Dendi susanto, dan Tim dari

BNN R.I ternyata sdr Salmon als Budi mendapat Narkotika Golongan I jenis

Shabu tersebut dari terdakwa Yudi Hasmir siregar,S.H.

Saksi Matius Kurniawan, Deni santoso dan Tim BNN R.I. berangkat

menuju ruko Kuning dijalan colonel sugiono No 6 E RT.001 RW,005

kel,Aur,Kec. Medan Maiumun, langsung menuju kamar dilantai 2, yang langsung

mendobrak kamar tersebut dan saat itu terdakwa Yudi Hasmir Siregar,SH dan sdr

Matius als Tunis ( terdakwa dengn berkas terpisah) sedang menghisap Narkotika

golongan I jenis shabu, selain itu ditemukan barang bukti :

a.Narkotika Golongan I jenis shabu dengan berat brutto 6.582,3 gram, yang dibeli

terdakwa Yudi Hasmir siregar,S.H. dari AHUA (OPO), dengan harga sekitar


(7)

b. Tablet/pil berwarna abu-abu dengan logo “kepala kelinci /Playboy”sebanyak

47 butir, yang dibeli dari AME (OPO), dengan Harga Rp.75 juta/1000 butir.

c. Serbuk warna putih dan merah denga berat brutto 178,4 gram yang dimasukkan

di dalam kardus diletakkan dibawah kursi yng ada did lam kamar tersebut.

Kemudian saksi Matius kurniawan, Dendi santoso dan Tim dari BNN R.I

.melakukan penggledahan badan terhadap sdr.Matius als.Tunis, saat itu ditemukan

1 (satu) buah kunci Hotel Grand Elite kamar 436.

Saksi Matius Kurniawan dan Tim dari BNN R.I kemudia berangkat

menuju Hotel Grand Elie di jalan Gatot Subroto Medan langsung menuju kamar

436, setelah dibuka tim BNN langsung menangkap Sdr. Hendra Darma als Een

(terdakwa dalam berkas tersendiri) yang saat itu baru selesai menghisap Narkotika

Golongan I jenis shabu dan ditemukan juga barang bukti Narkotika Golongan I

jenis shabu dengan berat 0,5 gram , bong dan korek api, dan saat itu Sdr, Hendra

darma als Een sedang ditemani oleh seorang perempuan bernama Tengku Ariani.

Tim BNN R.I melakukan Interogasi kepada saudara, Hendra Darma als

Een, yang mengaku kenal dengan Sdr,Martinus als Turnis yang tinggal di Hotel

Grand Elite Kamar 438, dan saat itu ditemukan 2 (dua) orang perempuan

masing-masing bernama Friska Ayuindra dan Putri Ananda. Setelah itu Tim BNN R.I.

langsung melakukan penggledahan di kamar 438 dan ditemukan safety box, kemudian tim BNN R.I memrintahkan kepada sdr Martinus untuk membuka

safety box tersebut, setelah dibuka ditemuakn barang bukti Narkotika Jenis ecstasy sebanyak 14 butir dan jenis shabu dengan berat brutto 1,47 gram.


(8)

Berdasarkan Berita Acara Penimbangan Penghitungan dan Penyisihan

Barang bukti tanggal 31 Mei 2013 yang disita dari terdakwa Yudi Hasmir

Siregar,S.H, yaitu :

a. Bentuk Kristal dengan berat brutto 6.582,3 gram telah disisihkan untuk

dimusnahkan seberat brutto 6.512,3 gram dan untuk diuji secara labolatory

seberat 70 gram.

b. Tablet warna abu-abu logo kepala kelinci “playboy” sebanayk 47 butir telah

disisihkan untuk dimusnahkan sebanyak 37 butir dan untuk diuji secara

labolatories sebanyak 10 butir.

c. Serbuk warna merah dan putih dengan berat brutto 178,4 gram telah disisihkan

untuk dimusnahkan seberat 168,4 gram dan untuk diuji secara labolatories

seberat 10 gram.

Berdasarkan Berita Acara Labolatories No.138 F/VI/2013/UPT LAB UJI

tanggal 11 juni 2013 menerangkan :

a. Bentuk Kristal dengan berat brutto 6.582,3 gram telah disisihkan untuk

dimusnahkan seberat brutto 6.512,3 gram dan diuji secara labolatoties seberat

70 gram adalah benar mengandung melamlelamina dan terdaftar dalam

golongan I Nomor urut 61 Lampiran Undang-undang R.I.No.35 Tahun 2009

tentang Narkotika.

b. Tablet warna abu-abu logo kepala kelinci “playboy” sebanyak 47 butir telah

disisihkan untuk dimusnahkan sebanyak 37 butir dan untuk diuji secara


(9)

methylenedioxymethcathinone dan tidak terdaftar dalam lampiran

Undang-undang R.I No.35 Tahun 2009 tentang Narkotika.

c. Serbuk warna merah dengan berat brutto 21,8 gram ;32,7 gram; dan 89,2 gram

adalah benar mengandung metamfetamina dan terdaftar dalam Golongan I

Nomor urut 61 Lampiran Undang-Undang No 35 Tahun 2009 tentang

Narkotika.

2. Dakwaan Jaksa penuntut Umum86

Surat dakwaan merupakan dasar hukum acara pidana karena berdasarkan

dakwaan itulah pemeriksaan di persidangan dilakukan. Hakim tidak dapat

menjatuhkan pidana di luar batas-batas Dakwaan. Hal hal yang diuraikan dalam

dakwaan dapat dilihat dari pasal 143 KUHAP 87

1. Primair : Melanggar pasal 114 ayat (2) Jo pasal 132 ayat (1) Undang-Undang

No 35 Tahun 2009 tentang Narkotika. Dimana menurut pasal ini perbuatan

untuk dijual, menjual, membeli, menjadi perantara dalam jual beli, menukar,

menyerahkan, atau menerima Narkotika Golongan I sebagaimana dimaksud

dalam ayat 1, pelaku dipidana dengan dengan pidana mati, penjara seumur

hidup, atau dipidana penjara paling singkat 6 tahun dan palin lama 20 tahun,

pidana dendapaling sedikit Rp.1000.000.000,00 dan paling banyak

10.000.000.000,00

Jaksa penuntut Umum mengajukan dakwaan dengan surat dakwaan

No.PDM-2091/ Ep.2 /Mdn/04/2013, sebagai berikut :

86

Putusan Pengadilan Negeri Medan, No.Reg. 2091/Pid.Sus. 2013. PN. Mdn 87

Andi Hamzah, Pengantar Hukum Acara Pidana Indonesia, (Jakarta : Ghalia Indonesia, 1983), hal. 1667


(10)

2. Subsider : Melanggar Pasal 112 ayat (2) Jo pasal 132 ayat (1) Undang-Undang

No 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika. Dimana dalam pasal ini perbuatan

memiliki, menyimpan, menguasai, atau menyediakan Narkotika Golongan I

bukan tanaman sebagaimana diatur dalam ayat 1, pelaku dipidana dengan

pidana penjara seumur hidup atau pidana penjara paling singkat 5 tahun dan

paling lama 20 tahun dan denda sebanyak Rp.800.000.000.000,00 dan paling

banyak Rp.8.000.000.000,00.

3.Tuntutan Jaksa Penuntut Umum88

Penuntutan adalah tindakan umum untuk melimpahkan perkara pidana ke

Pengadilan Negeri yang berwenang dalam hal dan menurut cara yang diatur dalam

Undang-undang ini dengan permintaan supaya diperiksa dan diputus oleh Hakim

di sidang Pengadilan.89

Definisi diatas mirip dengan definisi Wirjono Prodjodikoro : menuntut

seorang terdakwa di muka hakim Pidana adalah menyerahkan perkara seorang

terdakwa dengan berkas perkaranya kepada Hakim, dengan permohonan, supaya

Hakim memeriksa dan kemudian memutus perkara pidana itu terhadap

terdakwa.90

Jaksa Penuntut Umum pada Kejaksaan Negeri Medan dengan memperhatikan

hasil pemeriksaan sidang dalam perkara atas Nama Terdakwa yang telah

diuraikan diatas. Fakta-fakta yang terungkap dalam pemeriksaan dipersidangan

88

Putusan Pengadilan Negeri Medan, Op.Cit.

89

Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana, pasal 1 butir 7. 90

Wirjono Prodjodikoro, Hukum Acara Perdata di Indonesia, (Jakarta : Sumur Bandung, 1876), hal 12


(11)

secara berturut-turut berupa keterangan saksi-saksi, keterangan terdakwa,

petunjuk, surat dan barang bukti sebagai berikut :91

1. Menyatakan terdakwa Yudi Hasmir Siregar,SH. Terbukti secara sah dan

meyakinkan bersalah melakukan Tindak Pidana “ Tanpa hak dan melawan

hukum memiliki, menyimpan , menguasai, atau menyediakan Narkotika

Golongan I (satu) bukan Tanaman beratnya melebihi 5 gram” sebagaimana

diatur dan diancam pidana dalam pasal 112 ayat (2) Jo. Pasal 132 (1) UU RI

No 35 Tahun 2009 tentang Narkotika dalam surat Dakwaan subsider ;

2. Menjatuhkan terdakwa Yudi Hasmir Siregar,S.H. dengan pidana penjara

selama 10 tahun dikurangin masa tahanan dengan perintah terdakwa tetap di

tahan dan denda Rp.1000.000.000, (satu miliar Rupiah) subs 4 bulan penjara ;

3. Menyatakan barang bukti berupa :

1. Narkotika Golongan I bukan Tanaman (shabu-shabu) 34 bungkus yaitu

dengan berat brutto 6.582,3 gram

2. 1 (satu) Surat izin Mengemudi “A”, Surat izin Mengemudi “C” atas nama

Yudi Hasmir Siregar,S.H., 1 Unit handphone merk HTC, 4 Unit Handphone

merk Nokia, 2 Unit handphone merk Blackberry, 1 unit handphone i-Phone,

2 pucuk Pistol angin, 1 kotak jet CO2 tabung gas, 2 kotak peluru, dirampas

untuk dimusnahkan. Sedangkan barang yang dikembalikan kepada terdakwa

2 jam tangan, 1kalung beserta Liuntin jangkar,1 gelang, 2 cincin, 4 anak

kunci, 1 unit handphone merk Titan V65, 2 timbangan digital, 3 token BCA,

2 laptop merk VAIO SONY, 3 buah hardisk, 2 buah flasdisk, 1buah model

91


(12)

4G SIRSA WIRELESS, 1 kartu CNI atas nama Yudi Hasmir Siregar,S.H

dan elistianingsih, 1 Kartu Tanda anggota sena Airsoftgun Shootong Club

(S.A.S.c)atas Nama Yudi Hasmir.Siregar,S.H, 1 buku catatan bertuliskan

rados finest quality organizer International standart, 1 buku catatan warna hitam bertuliskan agenda klasik,1 buku catatan warna hitam .

4. Menetapkan agar terdakwa dibebani membayar perkara sebesar Rp.5000 (Lima

Ribu Rupiah);

5. Fakta-Fakta Hukum92

a. Keterangan Saksi

Keterangan saksi adalah salah satu alat bukti dalam perkara pidana yang

berupa keterangan saksi mengenai suatu peristiwa pidana yang ia dengar sendiri,

ia lihat sendiri dan ia alami sendiri, dengan menyebut alasan dari pengetahuannya

itu. Keterangan saksi sebagai alat bukti ialah apa yang saksi nyatakan di muka

siding pengadilan. Dengan perkataan lain hanya keterangan saksi yang diberikan

dalam pemeriksaan di muka sidang pengadilan yang berlaku sebagai alat bukti

yang sah ( pasal 185 (1) KUHAP). 93

Keterangan saksi-saksi tersebut saling berhubungan satu sama lain atau

mempunyai keterangan yang sama. Berdasarkan keterangan beberapa saksi yang

diperoleh bahwa benar terdakwa melakukan transaksi jual beli atau sebagai

perantara dan menyerahkan Narkotika Golongan I.

92

Putusan Pengadilan Negeri Medan, Op. Cit.

93

H.M.A Kuffal, Penerapan KUHAP Dalam Praktik Hukum, (Malang: UMM Press, 2004), hlm. 15


(13)

(1) Matius Kurniawan,di bawah sumpah pada pokoknya menerangkan Bahwa :

a. Saksi Matius Kurniawan pernah diperiksa penyidik BNN dan semua

keterangan saksi yang di buat BAP adalah benar;

b. bahwa saksi hadir dipersidangan ini sebagai saksi untuk memberikan

keterangan sehubungan dengan tindak pidana Narkotika yang dilakukan

oleh terdakwa.

c. Bahwa saat melakukan penangkapan tersebut saksi bersama dengan team

saksi.

d. Bahwa saksi menangkap SalmonAls Budi di jalan setia budi.

e. Bahwa saksi melakukan penangkapan Dendi Susanto dan Bersama dengan

team lain yang dipimpin oleh kompol Satria oktoreza,S.IK.

f. Saksi menangkap Salmon Als Budi dijalan pemuda Medan dan pada saat

kami menangkap Salmon kami menemukan Narkotika jenis Shabu dengan

berat 21 gram dan Narkotika tersebut didapatkannya dari Yudi Hasmir

Siregar (terdakwa) yang tinggal di ruko kuning Jln. Kolonel sugiono.

g. Selanjutnya saksi langsung melakukan penindakan di ruko kuning

Jln.Kolonel sugiono Medan, petugas langsung naik kelantai 2 dan

ditemukan kamar yang sedang terkunci yang dilengkap CCTV, kemudian

kamar tersebut didobrak ditemukan barang bukti Narkotika jenis Shabu

dengan brutto 6582,3 gram dan tablet /pil berwarna abu-abu dengan kepala

kelinci /Playboy” sebanyak 47 butir dan serbuk warn putih dan merah


(14)

diletakkan dibawah kursi hyang ada dikamar tersebut dan pada saat

petugas melakukan pendobrakan pada kamar yang terkunci tersebut,

petugas lainnya berhasil melakukan penangkapan terhadap 2 (dua) orang

laik-laki yang benama Yudi Hasmir Siregar,S.H (terdakwa) dan Martunis

Als Tunis.

h. Terdakwa mengakui barang tersebut adalah miliknya;

i. Saksi tidak memperoleh barang bukti dari tangan terdakwa namun kami

menemukan barang bukti tersebut dikursi terdakwa dalam ruang kerja

terdakwa ;

j. Pada saat itu saksi berhasil mendapatkan 1(satu) bauh kunci hotel yang

kami dapatkan dari hasil melakukan penggledahan pada badan Martunis

dan ternyata itu adalah kunci kamar hotel Grand Elite dikamar 436.

k. Kemudian saksi langsung berangkat menuju Hotel Grand Elite dan

menuju kamar 436, setelah sampai disana kami mengetuk pintu dikamar

tersebut dan ketika dibuka, kami langsung menangkap seorang laki-laki

yang bernama Hendra Als Een yang saat itu baru saja selesai menghisap

Shabu dan Hendra pada saat itu bersama seorang perempuan yang

bernama Tengku Ariani.

l. Martunis Als Tunis juga ikut ke Hotel Grand Elite tersebut dikamar 438,

dan kemudian saksi dan team melakukan penindakan kekamar 438 dan

kami menemukan 2 orang Perempuan masing-masing bernama Friska

Ayuindira dan Putri Ananda keduanya mengaku teman Martunis,


(15)

Martunis untuk membukanya dan setelah dibuka kami menemukan barang

bukti berupa Narkotika jenis Eketasi sebanyak 14 butir dan shabu seberat

1,47 gram.

m.Terdakwa mengakui barang tersebut adalah miliknnya dan saksi tidak ada

melakukan kekerasan dan tekanan terhadap terdakwa.

n. Selain Narkotika saksi juga menemukan senjata api diruangan terdakwa.

o. Pada saat saksi melakukan penangkapan Hendra Darma baru saja selesai

menghisap Shabu dan itu terbukti dengan ditemukannya shabu seberat ½

gram, bong, dan mancis/ korek api.

(2) Dendi Susanto di bawah sumpah pada pokoknya menerangkan Bahwa :

a. Saksi Matius Kurniawan pernah diperiksa penyidik BNN dan semua

keterangan saksi yang di buat BAP adalah benar;

b.Saksi hadir dipersidangan untuk sebagai saksi untuk memberikan

keterangan sehubungan dengan tindak pidana Narkotika yang dilakukan

oleh terdakwa.

c. Saat melakukan penangkapan tersebut saksi bersama dengan team saksi.

d. Saksi mengetahui dari info kantor BNN di Medan, dan pada haris selasa

tanggal 28 Mei 2013 saksi dan team berangkat ke Medan.

e. Saksi dan Tim menangkap Salmon Als Budi dijalan pemuda Medan dan

pada saat saksi menangkap Salmon saksi menemukan Narkotika jenis

Shabu dengan berat 21 gram dan Narkotika tersebut didapatkannya dari

Yudi Hasmir Siregar (terdakwa) yang tinggal di ruko kuning Jln. Kolonel


(16)

f. Selanjutnya saksi dan Tim langsung melakukan penindakan di ruko

kuning Jln.Kolonel sugiono Medan, petugas langsung naik kelantai 2 dan

ditemukan kamar yang sedang terkunci yang dilengkap CCTV, kemudian

kamar tersebut didobrak ditemukan barang bukti Narkotika jenis Shabu

dengan brutto 6582,3 gram dantablet /pil berwarna abu-abu dengan kepala

kelinci /Playboy” sebanyak 47 butir dan serbuk warn putih dan merah

dengan berat brutto 178,4 gram yang dimasukkan didalam kardus

diletakkan dibawah kursi hyang ada dikamar tersebut dan pada saat

petugas melakukan pendobrakan pada kamar yang terkunci tersebut,

petugas lainnya berhasil melakukan penangkapan terhadap 2 (dua) orang

laik-laki yang benama Yudi Hasmir Siregar,S.H (terdakwa) dan Martunis

Als Tunis.

g. Pada saat itu saksi berhasil mendapatkan 1(satu) bauh kunci hotel yang

kami dapatkan dari hasil melakukan penggledahan pada badan Martunis

dan ternyata itu adalah kunci kamar hotel Grand Elite dikamar 436.

h. Kemudian saksi dan Tim langsung berangkat menuju Hotel Grand Elite

dan menuju kamar 436, setelah sampai disana saksi mengetuk pintu

dikamar tersebut dan ketika dibuka, Tim saksi langsung menangkap

seorang laki-laki yang bernama Hendra Als Een yang saat itu baru saja

selesai menghisap Shabu dan Hendra pada saat itu bersama seorang

perempuan yang bernama Tengku Ariani.

i. Martunis Als Tunis juga ikut ke Hotel Grand Elite tersebut dikamar 438,


(17)

kami menemukan 2 orang Perempuan masing-masing bernama Friska

Ayuindira dan Putri Ananda keduanya mengaku teman Martunis,

selanjutnya kami juga menemukan Safety Box kami memerintahkan Martunis untuk membukanya dan setelah dibuka saksi dan Tim

menemukan barang bukti berupa Narkotika jenis Ekstasi sebanyak 14 butir

dan shabu seberat 1,47 gram.

j. Terdakwa mengakui barang tersebut adalah miliknnya dan saksi tidak ada

melakukan kekerasan dan tekanan terhadap terdakwa.

k. Menguasai ruangan tersebut adalah terdakwa dan saksi tidak memperoleh

barang bukti dari tangan terdakwa namun saksi dan Tim menemukan

barang bukti dikursi terdakwa;

l. Selain Narkotika juga ditemukan senjata api dirungan terdakwa.

m.Saat kami melakukan penangkapan tersebut, senjata yang diperoleh itu

berada di dinding karena dijadikan koleksi oleh Terdakwa.

(3) Martunis Als Tunis

a. Saksi pernah diperiksa BNN;

b. Saksi hadir dipersidangan adalah sebagai saksi untuk memberikan

keterangan sehubungan dengan tindak pidana Narkotika yang dilakukan

Terdakwa.

c. Terdakwa dan Saksi hanya sebatas teman bisnis jaul beli mobil saja, kami

tidak mempunyai hubungan keluarga maupun hubungan darah;

d. Saksi pertama kali bertemu dengan terdakwa tahun 2005 dikantor Polisi


(18)

e. Saksi pertama bertemu dengan Terdakwa di Kantor PM, kemudian di

Tanjung Gusta, saksi masuk Rutan dan terdakwa keluar dari Rutan, dan

setelah beberapa kemudian sekitar tahun 2012 saksi keluar drai Rutan lalu

kami bertemu lagi diwajir tempat makan sop kambing lalu saksi dan

terdakwa membicarakan tentang bisnis jual mobil tersebut;

f. Saksi pernah dihukum di Rutan Tanjung Ghusta selama 8 bulan penjara,

karena pada saat saksi terlibat kasus Narkotika jenis Shabu seberat 200

gram didaerah Darussalam diparkiran Hotel Candi di Wilayah Medan Baru

sekitar tanggal 27 November 2011;

g. Saat itu saksi berada ditempat terdakwa karena saksi mendatangi terdakwa

diruko/ kantor terdakwa karena saksi akan membayar hutang kepada

terdakwa sebesar 8.000.000(delapan juta rupiah) ;

h. Saat terjadi penggrebekan terdakwa dan saksi lagi menyabu diruang kerja

terdakwa, karena kebetulan saksi ada disana maka, akhirnya saksi digledah

serta ditemukan kunci kamar hotel Grand Elite No 436 dan 438 yang

disewa saksi sendiri;

i. Kemudian saksi dibawa ke hotel tersebut dan yang berada didalam kamar

tersebut ada 1 orang laki-laki yang bernama Hendra Darma dan 3 orang

perempuan yangh bernama Tengku Ariani, Putri Ananda dan Friska

Ayuindira.

j. Ditemukan petugas BNN di kamar 438 di hotel tersebut adalah

shabu-shabu seberat 1,47 gram dan 14 butir diduga pil ekstasi dan 2 butir happy


(19)

k. Saksi mendapatkan barang bukti tersebut dari teman saksi yang bernama

Hermi.

l. Barang bukti yang ditemukan di hotel tersebut adalah milik saksi yang

bernama Hermi;

(4) T.Indra Putra; di bawah sumpah pada pokoknya menerangkan Bahwa:

a. Saksi hadir dipersidangan adalah sebagai saksi untuk memberikan

keterangan sehubungan dengan Tindak Pidana Narkotika yang dilakukan

terdakwa;

b. Hubungan saksi dengan perkara ini adalah karena terdakwa yang menyewa

ruko milik saksi;

c. Terdakwa menyewa lantai satu dan dua sementara lantai 3 salmon yang

menyewanya;

d. Saksi dahulu bekerja di PT.Jaya Beton, namun saksi sekarang saksi

membuka Rental;

e. Terdakwa menyewa ruko milik saksi sudah 2 Tahun lamanya dan ruko

tersebut ada kamarnya, dan harga sewa Rp.5000.000/ Tahun

f. Ruko yang disewa terdakwa dengan harga sewa sebesar Rp

5.000.000/tahun

g. Saksi sempat bertemu dengan Salmon waktu Salmon dalam keadaan sakit

dan beliau hanya mengatakan bahwa saksi jangan percaya dengan media

dengan berita yang ada tentang Terdakwa;

h. Ruko tersebut digunakan terdakwa selain untuk tempat tinggal, juga untuk


(20)

(5) Benny Suparna;

a. Saksi hadir dipersidangan adalah sebagai saksi untuk memebrikan

keterangan sehubungan dengan Tindak pidana Narkotika yang dilakukan

Terdakwa;

b. Pada saat kejadian penggrebekan itu saksi berada dirumah saksi di jalan

sikambing jadi saksi tidak mengetahui tentang kejadian tersebut;

c. Saksi tidak tahu kenapa Salmon membuat pernyataan tersebut namun saksi

hanya sebagai saksi yang isinya tentang “ Kepemilikan Narkotika dijalan

Kolonel sugiono dan saksi melihat ada yang menandatanginya;

d. Tanggal 24 s/d 25 agustus 2013 saksi ada berkunjung ke Rutan bersama

BTN;

e. Terdakwa memang tinggal di Medan;

f. Saksi tidak tahu apa pekerjaan terdakwa;

g. Yang menyuruh untuk menandatangani surat pernyataan itu adalah Wondi;

b.Surat

Surat yang termasuk alat bukti adalah “ surat Resmi’ yang dibuat “Pejabat

Umum” yang berwenang untuk membuatnya, tapi agar surat resmi yang

bersnagkutan dapat bernilai sebagai alat bukti dalam perkara pidana, surat resmi

itu harus membuat keterangan tentang kejadian atau keadaan yang didengar,

dilihat atau dialami dipejabat, serta menjelaskan dengan tegas alasan keterangan

yang dibuatnya.94

94

Yahya Harahap, Pembahasan Permasalahan dan Penerapan KUHAP, (Jakarta : sinar Grafika, 1985), hlmn. 286


(21)

Surat dalam perkara berupa Berita Acara Analisis Labolatorium No.138

F/VI/2013/UPT LAB UJI tanggal 11 Juni 2013 menerangkan :95

a. Bentuk Kristal dengan berat brutto 6.582,3 gram telah disisihkan untuk

dimusnahkan seberat brutto 6.512,3 gram dan untuk diuji secara Labolatories

seberat 70 gram adalah benar mengandung metamfetamina dan terdaftar dalam

Golongan I nomor urut 61 Lampiran UU R.I No.35 Tahun 2009 tentang

Narkotika.

b. Tablet warna abu-abu logo kepala kelinci “playboy”sebanyak 47 butir telah

disisihkam untuk dimusnahkan sebanyak 37 butir dan untuk diuji secara

labolatories sebanyak 10 butir, adalah mengandung 3,4

methylenedioxymethcathinone dan tidak terdaftar dalam Lampiran UU

RI.No.35 Tahun 2009 tentang Narkotika.

c. Serbuk merah dengan berat brutto 21,8 gram; 32,7 dan 89,2 gram adalah benar

mengandung metamfetamina dan terdaftar dalam golongan I nomor urut 61

Lampiran UU RI No.35 Tahun 2009 tentang Narkotika.

d. Serbuk warna putih dengan berat brutto 34,7 gram adalah negative

mengandung metamfetamina dan terdaftar dalam Golongan I nomor urut 61

Lampiran UU RI No. 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika.

5. Pertimbangan Hakim96

Adanya alasan-alasan yang kuat dalam pertimbangan sebagai Dasar

putusan membuat putusan sang Hakim menjadi objektif dan

9595

Putusan Pengadilan Negeri Medan, Op. Cit

96


(22)

berwibawa.97Sebelum putusan sampai pada uraian pertimbangan yang menyimpulkan pendapatnya tentang kesalahan terdakwa, fakta, dan keadaan serta

alat pembuktian yang diperoleh dalam pemeriksaan sidang, semestinya

dipertimbangkan secara argumentatif, sehingga jelas terbaca jalan pikiran yang

logis dan reasoning yang mantap, yang mendukung kesimpulan pertimbangan Hakim.98

1. Menyatakan terdakwa Yudi Hasmir Siregar,SH. Terbukti secara sah dan

meyakinkan bersalah melakukan Tindak Pidana “ Tanpa hak dan melawan

hukum memiliki, menyimpan, menguasai, atau menyediakan Narkotika

Golongan I (satu) bukan Tanaman beratnya melebihi 5 gram” sebagaimana

diatur dan diancam pidana dalam pasal 112 ayat (2) Jo. Pasal 132 (1) UU RI

No 35 Tahun 2009 tentang Narkotika dalam surat Dakwaan subsider;

Menimbang bahwa Penuntut umum dalam Tuntutan pidana terhadap

terdakwa pada pokoknya sebagai berikut :

2. Menjatuhkan terdakwa Yudi Hasmir Siregar,S.H. dengan pidana penjara

selama 10 tahun dikurangin masa tahanan dengan perintah terdakwa tetap di

tahan dan denda Rp.1000.000.000, (satu miliar Rupiah) subs 4 bulan penjara ;

3. Menyatakan barang bukti berupa :

1. Narkotika Golongan I bukan Tanaman (shabu-shabu) 34 bungkus yaitu

dengan berat brutto 6.582,3 gram

2. 1 (satu) Surat izin Mengemudi “A”, Surat izin Mengemudi “C” atas nama

Yudi Hasmir Siregar,S.H., 1 Unit handphone merk HTC, 4 Unit

97

Sudikno Mertokusomo, Hukum Acara Perdata Indonesia, (Yoyakarta : Liberty, 1999), hal. 27

98


(23)

Handphone merk Nokia, 2 Unit handphone merk Blackberry, 1 unit

handphone i-Phone, 2 pucuk Pistol angin, 1 kotak jet CO2 tabung gas, 2

kotak peluru, dirampas untuk dimusnahkan. Sedangkan barang yang

dikembalikan kepada terdakwa 2 jam tangan, 1kalung beserta Liuntin

jangkar,1 gelang, 2 cincin, 4 anak kunci, 1 unit handphone merk Titan

V65, 2 timbangan digital,3 token BCA, 2 laptop merk VAIO SONY, 3

buah hardisk,2 buah flasdisk, 1buah model 4G SIRSA WIRELESS, 1

kartu CNI atas nama Yudi Hasmir Siregar,S.H dan elistianingsih, 1 Kartu

Tanda anggota sena Airsoftgun Shootong Club (S.A.S.c)atas Nama Yudi

Hasmir Siregar,S.H, 1 buku catatan bertuliskan rados finest quality

organizer international standart, 1 buku catatan warna hitam bertuliskan

agenda klasik,1 buku catatan warna hitam .

4. menetapkan agar terdakwa dibebani membayar perkara sebesar Rp.5000

(lima Ribu Rupiah);

Berdasarkan Pengajuan dakwaan tersebut, penuntut umum telah

mengajukan saksi-saksi, saksi-saksi tersebut memberikan keterangan dibawah

sumpah pada pokoknya sama dengan keterangan Berita Acara yang dibuat oleh

penyidik.

Berdasarkan pertimbangan-pertimbangan hukum tersebut, maka pidana

yang akan dijatuhkan kepada terdakwa dalam perkara ini dipandang telah cukup

adil dan setimpal dengan kesalahan Terdakwa ;

Sesuai dengan pasal 112 ayat 2 Jo. Pasal 132 ayat 1 UU R.I No.35 Tahun


(24)

Tahun 1981 tentang kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana, serta

pasal-pasal dari Undang-undang dari peraturan lain yang bersangkutan ;

Selama pemeriksaan perkara berlangsung ternyata tidak ditemukan adanya

alasan pemaaf maupun alasan pembenar dalam diri maupun perbuatan terdakwa,

sehingga terdakwa harus dinyatakan sebagai subjek hukum yang mampu

mempertanggungjawabkan menurut hukum Pidana di Indonesia, dan atas

kesalahan yang telah dilakukannya haruslah dijatuhkan pidana yang setimpal

dengan perbuatannya :

Terdakwa berada dalam tahanan, maka masa penahanan yang telah

dijalani terdakwa dikurangkan seluruhnya dari pidana yang dijatuhkan dan

memrintahkan pula agar terdakwa tetap berada dalam tahanan;

Mengenai barang bukti yang diajukan oleh Penuntut Umum di

persidangan akan ditetapkan dalam amar putusan dibawah ini;

Sebelum terdakwa dijatuhi pidana perlu dipertimbangkan hal-hal yang

memberatkan dan meringankan. Adapun hal-hal yang memberatkan terhadap

terdakwa adalah bahwa Terdakwa sudah pernah dihukum sebelumnya, Terdakwa

berusaha menyangkal padahal sudah tertangkap tangan sehingga mempersulit

persidangan, bahwa Barang bukti yang sangat banyak dari tindakannya yang

sudah pernah dihukum dalam perkara Narkotika juga, terdakwa tidak

menunjukkan pertobatannya, akibat barang bukti yang sedemikian banyaknya

sudah sangat meresahkan masyarakat Indonesia, dan akibat peredaran Narkotika


(25)

generasi bangsa Indonesia. Dan adapun yang meringankan terhadap terdakwa

adalah bahwa Terkdakwa sopan dipersidangan

5. Putusan Hakim99

Putusan Hakim adalah pernyataan hakim yang diucapkan dalam sidang

pengadilan Terbuka, yang dapat berupa pemidanaan atau bebas atau lepas dan

segala tuntutan hukum dalam hal serta menurut cara diatur dalam Undang-undang

ini.100 Suatu putusan mengenai tuntutan penuntut umum tidak dapat diterima jika berhubungan dengan perbuatan yang didakwakan tidak ada alasan hukum untuk

menuntut pidana, misalnya dalam hal delik aduan tidak ada surat pengaduan

dilampirkan pada berkas perkara atau aduan ditarik kembali, atau delik itu telah

lewat waktu atau alasan Non bis in idem. 101

99

Putusan Pengadilan Negeri Medan, Op. Cit

100

UU No 35 tahun 2009 Tentang Narkotika, Ketentuan Umum Pasal 1 butir 11 101

Andi Hamzah, Pengantar Hukum Acara Pidana, Op.cit., hal 262-263.

Berdasarkan pertimbangan-pertimbangan hukum tersebut, maka pidana

yang akan dijatuhkan kepada terdakwa dalam perkara ini dipandang telah cukup

adil dan setimpal dengan kesalahan Terdakwa ;

Sesuai dengan pasal 112 ayat 2 Jo. Pasal 132 ayat 1 UU R.I No.35 Tahun

2009 tentang Tindak Pidana Narkotika dan pasal-pasal dari Undang-Undang No 8

Tahun 1981 tentang kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana, serta pasal-pasal

dari Undang-undang dari peraturan lain yang bersangkutan ;

Maka Pengadilan Negeri Medan, telah menjatuhkan putusan sebagai


(26)

1. Menyatakan terdakwa Yudi Hasmir Siregar,S.H. tidak terbukti secara sah dan

meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana sebagaimana didakwakan

dalam dakwaan primair;

2. Membebaskan ia terdakwa oleh karena itu dari dakwaan Primair tersebut;

3. Menyatakan Terdakwa : Yudi Hasmir Siregar,S.H Terbukti secara sah dan

meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana : Tanpa hak atau melawan

hukum melakukan pemufakatan jahat menguasai Narkotika Golongan I bukan

Tanaman yang beratnya melebihi 5 gram ;

4. Menjatuhkan pidana kepada ia terdakwa oleh karena itu dengan pidana

penjara selama : 18 (delapan belas) Tahun, serta dipidana denda sebesar

Rp.=1.000.000.000,- (satu miliyar Rupiah) dengan ketentuan apabila denda

tersebut tidak dibayar maka harus diganti dengan pidana penjara selama 4

bulan;

5. Menetapkan masa penahanan yang telah dijalani terdakwa dikurangkan

seluruhnya dari pidana yang dijatuhkan;

6. Memerintahkan barang bukti berupa;

1. Narkotika Golongan I bukan Tanaman (shabu-shabu) 34 bungkus yaitu

dengan berat brutto 6.582,3 gram

2. 1 (satu) Surat izin Mengemudi “A”, Surat izin Mengemudi “C” atas nama

Yudi Hasmir Siregar,S.H., 1 Unit handphone merk HTC, 4 Unit

Handphone merk Nokia, 2 Unit handphone merk Blackberry, 1 unit

handphone i-Phone, 2 pucuk Pistol angin, 1 kotak jet CO2 tabung gas, 2


(27)

dikembalikan kepada terdakwa 2 jam tangan, 1kalung beserta Liuntin

jangkar,1 gelang, 2 cincin, 4 anak kunci, 1 unit handphone merk Titan

V65, 2 timbangan digital,3 token BCA, 2 laptop merk VAIO SONY, 3

buah hardisk,2 buah flasdisk, 1buah model 4G SIRSA WIRELESS, 1

kartu CNI atas nama Yudi Hasmir Siregar,S.H dan Elistianingsih, 1 Kartu

Tanda anggota sena Airsoftgun Shootong Club (S.A.S.c)atas Nama Yudi

Hasmir.Siregar,S.H, 1 buku catatan bertuliskan rados finest quality

organizer international standart, 1 buku catatan warna hitam bertuliskan

agenda klasik,1 buku catatan warna hitam .

7. Menetapkan agar Terdakwa dibebani membayar baiaya perkara sebesar

Rp. 5000; (lima ribu rupiah) ;

B.Analisis Putusan

Pada kasus Tindak Pidana Narkotika atas nama Terdakwa Yudi Hasmir

Siregar, dengan No perkara 2091/Pid.Sus/2013/PN. Mdn. Yang telah diputus

Pengadilan Negeri Medan pada tanggal 13 Febuari 2014. Berdasarkan fakta-fakta

dalam persidangan membuktikan bahwa Terdakwa Yudi Hasmir Siregar terbukti

melakukan Tindak Pidana Narkotika yang diatur dalam Undang-undang No 35

Tahun 2009. Dalam kasus tersebut, Jaksa Penuntut Umum dalam surat

Dakwaannya menjatuhkan dakwaan subsider terhadap terhadap Terdakwa,

Dalam Surat Dakwaan yang berbentuk subsider di dalamnya dirumuskan

beberapa tindak pidana secara berlapis dimulai dari delik yang paling berat


(28)

sesungguhnya didakwakan terhadap terdakwa dan yang harus dibuktikan di

depan sidang pengadilan hanya “satu” dakwaan.102

1. Primair : Melanggar pasal 114 ayat (2) Jo pasal 132 ayat (1)

Undang-Undang No 35 Tahun 2009 tentang Narkotika.

Adapun Dakwaan yang

dijatuhkan Jaksa penuntut Umum kepada Terdakwa adalah sebagai berikut :

2. Subsider : Melanggar Pasal 112 ayat (2) Jo pasal 132 ayat (1)

Undang-Undang No 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika

Analisa kasus yang di temukan di dalam surat Tuntutan Jaksa Penuntut

Umum, Nomor : 2091/pid.B/2013/PN.Mdn. Jaksa Penuntut Umum berkesimpulan

bahwa Terdakwa Yudi Hasmir Siregar,S.H telah terbukti secara sah meyakinkan

melakukan atau turut melakukan Tindak Pidana Narkotika, yakni dengan tujuan

memiliki, menyimpan, menguasai, atau menyediakan Narkotika golongan I yang

bukan Tanaman melebihi 5 gram serta percobaan atau pemufakatan jahat,

sebagaimana diatur dalam pasal 112 ayat (2) Jo. Pasal 132 ayat (1) UU RI No. 35

Tahun 2009, dengan unsur-unsur sebagai berikut :

1. Unsur Setiap Orang;

Bahwa kata ‘setiap orang’ ini sepadan dengan kata ‘barang siapa’ yang biasa

tercantum dalam suatu perumusan delik, yakni suatu istilah yang bukan

merupakan unsur tindak pidana, melainkan unsur pasal, yang menunjukkan

kepada siapa saja secara perorangan atau suatu subjek hukum sebagai pendukung

hak dan kewajiban yang melakukan atau telah didakwa melakukan suatu

perbuatan yang dilarang oleh peraturan perundang-undangan yang berlaku. Unsur

102

P.A.F. Lamintang, Theo Lamintang, Pembahasan KUHAP,( Jakarta, Sinar Grafika, 2010), hlm. 323


(29)

‘setiap orang ‘ ini melekat pada setiap unsur tindak pidana dalam delik tersebut

terbukti dan pelakunya dapat dimintai pertanggungjawaban pidana;

Pengertian tersebut dihubungkan dengan surat Dakwaan yang diajukan oleh

Penuntut Umum, Berdasarkan surat Dakwaan Penuntut Umum telah mengajukan

Yudi Hasmir Siregar sebagai terdakwa dipersidangan, dan Yudi Hasmir Siregar

telah mengakui serta membenarkan identitas selengkapnya sebagaimana termuat

dalam berkas Penuntut Umum, maka yang dimaksud ‘Setiap orang’ di sini adalah

Terdakwa Yudi Hasmir Siregar selaku orang perorangan’.

2. Unsur Tanpa Hak atau Melawan Hukum;

Unsur penting yang harus dibuktikan dalam Dakwaan Jaksa Penuntut Umum

ini adalah apakah terdakwa memiliki shabu-shabu tersebut adalah secara tanpa

hak atau melawan hukum. Pengertian “tanpa hak” dalam pasal ini adalah pelaku

tidak mempunyai hak atau tidak mempunyai ijin dalam melakukan perbuatannya,

sedangkan “melawan hukum” adalah apabila perbuatan tersebut bertentangan

dengan Undang-Undang atau norma-norma yang berlaku.

Berdasarkan pasal 8 Undang-Undang No 35 Tahun 2009 tentang Tindak

Pidana Narkotika menjelaskan bahwa (1) Narkotika Golongan I dilarang

digunakan untuk kepentingan pelayanan kesehatan. (2) dalam jumlah terbatas,

Narkotika Golongan I dapat digunakan untuk kepentingan pengembangan ilmu

pengetahuan dan tehnologi dan untuk reagensia diagnostik, serta reagensia

labolatorium serta mendapatkan persetujuan Menteri atas rekomendasi Kepala

Badan Pengawas Obat dan Makanan. Terdakwa Yudi Hasmir dalam pekerjaannya


(30)

serta tidak memiliki ijin dari Menteri Kesehatan RI sehingga dengan demikian

perbuatan Terdakwa Yudi Hasmir Siregar tidak berdasarkan alas hak yang sah

atau tanpa hak atau melawan hukum.

3. Unsur Memiliki, menyimpan, menguasai, atau menyediakan Narkotika Golongan I bukan tanaman melebihi 5 gram;

Bahwa unsur memiliki, menyimpan, menguasai, atau menyediakan narkotika

Golongan I bukan tanaman beratnya melebihi 5 gram, disusuun secara alternatif

sehingga cukup salah satu perbuatan yang telah terbukti maka unsur pasal tersebut

adalah terpenuhi. Berdasarkan keterangan saksi Matius Kurniawan dan Densi

Susanto pada hari selasa tanggal 29 Mei 2013 dan Tim BNN telah melakukan

penangkapan terhadap salmon alias budi di jalan setia budi Medan, Sumatera

Utara karena kedapatan membawa Narkotika Golongan I jenis shabu-shabu

dengan berat 21 gram setelah diinterogasi salmon alias budi mengatakan bahwa ia

mendapatkan shabu-shabu tersebut dari terdakwa;

Saksi dan Tim BNN Ri berangkat menuju ruko kuning di Jalan Kolonel

Sugiono Medan langsung naik kelantai 2 dan mendobrak kamar dan ditemukan

barang bukti Narkotika jenis shabu-shabu dengan berat brutto 6582,3 gram dan

Tablet/pil berwarna abu-abu dengan logo “kepala kelinci/Playboy” sebanyak 47

butir dan serbuk Warna putih dan merah dengan berat brutto 178,4 gram

dimasukkan didalam kardus diletakkan dibawah kursi yang ada didalam kamar

tersebut, petugas lainnya berhasil melakukan penangkapan terhadap terdakwa dan


(31)

Berdasarkan Berita acara Labolatoris No. 138.F/VI/2013/UPT Lab Uji

tanggal 11 juni 2013 diperoleh hasil bahwa barang bukti berupa :

1. Bentuk Kristal dengan berat brutto 6.582,3 gram telah disisihkan untuk

dimusnahkan seberat brutto 6.512,3 gram dan untuk diuji secara Labolatories

seberat 70 gram adalah benar mengandung metamfetamina dan terdaftar dalam

Golongan I nomor urut 61 Lampiran UU R.I No.35 Tahun 2009 tentang

Narkotika.

2. Tablet warna abu-abu logo kepala kelinci “playboy” sebanyak 47 butir telah

disisihkam untuk dimusnahkan sebanyak 37 butir dan untuk diuji secara

labolatories sebanyak 10 butir, adalah mengandung 3,4

methylenedioxymethcathinone dan tidak terdaftar dalam Lampiran UU

RI.No.35 Tahun 2009 tentang Narkotika.

3. Serbuk merah dengan berat brutto 21,8 gram; 32,7 dan 89,2 gram adalah benar

mengandung metamfetamina dan terdaftar dalam golongan I nomor urut 61

Lampiran UU RI No.35 Tahun 2009 tentang Narkotika.

4. Serbuk warna putih dengan berat brutto 34,7 gram adalah negative

mengandung metamfetamina dan terdaftar dalam Golongan I nomor urut 61

Lampiran UU RI No.35 Tahun 2009 Tentang Narkotika.

Berdasarkan pertimbangan yang diuraikan, bahwa penulis berpendapat, maka

unsur ketiga ini memiliki, menyimpan, menguasai, atau menyediakan Narkotika

Golongan I bukan Tanaman beratnya 5 gram telah terpenuhi dengan perbuatan


(32)

4. Unsur percobaan Atau Pemufakatan Jahat.

Unsur percobaan atau pemufakatan jahat yang dimaksud dari unsur ini yaitu

adanya “sub percobaan” atau “sub pemufakatan jahat” dimana unsur ini bersifat

alternatif artinya jika salah satu sub unsur terpenuhi maka unsur ini telah terbukti.

Berdasarkan fakta-fakta yang terungkap dipersidangan bahwa yang lebih

dahulu ditangkap adalah almarhum Salmon alias Budi, kemudian atas petunjuk

Salmon ternyata ia memperoleh Narkotika jenis Shabu-shabu yang dimilikinya

dari terdakwa Yudi Hasmir, dan dengan demikian sudah sangat jelas bahwa

terdakwa merupakan pengedar /penjual Narkotika terhadap Salmon alias Budi dan

kemungkinan juga kepada orang lain. Berdasarkan kronologis penangkapan

terdakwa dijalan Kolonel Sugiono, bahwa terdakwa pada saat itu dengan rekannya

sedang menghisap shabu-shabu bersama di kamar terdakwa, dengan kronoligis

tersebut jelas bahwa terdakwa memfasilitasi bagi orang lain untuk menghisap

shabu-shabu dan bersama melakukannya. Dan juga dengan ditemukannya barang

bukti shabu shabu dengan berat 6.682,3 gram juga merupakan salah satu bentuk

bukti bahwa terdakwa Yudi Hasmir Siregar memang adalah seorang

pengedar/penjaul Narkotika golongan I, karena tidak mungkin dengan barang

bukti sebanyak itu dikonsumsi untuk pribadi melainkan untuk menjualnya kepada

orang lain. Dengan Demikian sudah sangat jelas unsur telah terpenuhi bahwa

perbuatan Terdakwa adanya Unsur percobaan atau permufakatan Jahat.

Berdasarkan fakta hukum dimulai dari barang bukti, keterangan saksi,

bahwa terhadap putusan Hakim tersebut ditemukan kurang kecocokan terhadap


(33)

pasal 112 ayat (2) Jo pasal 132 ayat (1) UU No 35 Tahun 2009, karena

berdasarkan barang bukti yang ditemukan oleh Tim BNN berupa Narkotika

golongan I bukan tanaman ( shabu-shabu) seberat brutto 6.582,3 gram tersebut

sudah sangat jauh melebihi ketentuan yang tercantum dalam pasal 112 ayat (2)

yaitu melebihi 5 gram, dapat disimpulkan bahwa dengan barang bukti yang

ditemukan begitu banyak sangat tidak masuk akal jika dipakai Terdakwa sendiri,

dan seharusnya juga Majelis Hakim harus mempertimbangkan keadaan atau

hal-hal yang mendasar terdakwa menguasai atau memiliki barang sesuai dengan niat

atau tujuan terdakwa untuk memiliki atau menguasai Narkotika tersebut. Jika

dilihat dari tujuan atau niat terdakwa tidak hanya untuk konsumsi sendiri

melainkan juga untuk diperjualbelikan mengingat banyaknya barang bukti yang

ditemukan tersebut, oleh karena itubahwa penjatuhan pidana yang diberikan

Majelis Hakim terlalu ringan dibandingkan dengan akibat yang ditimbulkan oleh

Terdakwa jika ia nantinya menjual kepada Masyarakat. Berdasarkan informasi

yang beredar di Masyarakat bahwa seorang pengedar paling kecil akan membeli

shabu-shabu seberat 0,5 gram dengan harga Rp.500.000;, kemudian shabu yang

0,5 gram tersebut akan dibuat menjadi 3 paket dengan harga satu paketnya

Rp.200.000, dengan demikian sipengedar akan mendapat untung Rp.100.000;, dan

jika dijual 3 paket, maka korban akan menjadi 3 orang. Dan jika dicermati bila

barang bukti yang ditangkap dari terdakwa sebanyak 6.582,3 gram dijual kepada

masyarakat maka terdapat hasilnya 0,5 gram untuk 3 orang, maka kalau 1 gram

korbannya adalah 6 orang, dan apabila shabu-shabu sebanyak 6.582,3 gram


(34)

6.582,3 gram X 6 orang maka korbannya adalah sebanyak 39493 orang. Maka

agar mengurangi korban Narkotika di Masyarakat sudah sepantasnya terdakwa

dijatuhi hukuman yang lebih tinggi dari putusan Majelis Hakim, Ada baiknya jika

Majelis Hakim menjatuhkan sanksi pidana yang jauh lebih berat lagi dari 18 (

delapan belas ) tahun penjara dan denda 1000.000.000 (satu miliar rupiah)

subsider 4 bulan penjara, dan penjatuhan Pidana seumur hidup adalah sanksi yang

lebih tepat dan nantinya dapat memberikan efek jera tidak hanya kepada

Terdakwa tetapi juga untuk menciptakan rasa takut terhadap Masyarakat agar

tidak melakukan Tindak pidana yang sama dengan Terdakwa Yudi Hasmir

Siregar,S.H., karena titik berat hukum Pidana adalah kepentingan umum dan

Masyarakat, dan berdasarkan teori hukum pidana (teori reltif atau teori tujuan)

berpangkal pada dasar bahwa pidana adalah alat untuk menegakkan tata tertib (hukum) dalam masyarakat. Pidana adalah alat untuk mencegah timbulnya suatu kejahatan dengan tujuan agar tata tertib masyarakat tetap terpelihara. Dalam teori relatif penjatuhan pidana tergantung dari efek yang diharapkan dari penjatuhan pidana itu sendiri, yakni agar seseorang tidak mengulangi perbuatannya. Hukum pidana difungsikan sebagai ancaman sosial dan psikis.


(35)

BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan diatas,

dapat di simpulkan :

1. Tindak Pidana Narkotika termasuk tindak pidana khusus, dimana ketentuan

yang dipakai termasuk diantaranya hukum acaranya menggunakan ketentuan

khusus. Disebut dengan Tindak Pidana Khusus, karena tindak pidana Narkotika

tidak menggunakan KUHPidana sebagai dasar pengaturan, akan tetapi

menggunakan Undang No 35 Tahun 2009. Berdasarkan

Undang-undang No. 35 Tahun 2009 tentang Tindak Pidana Narkotika untuk “pengedar”

dan “pengguna” dikenal ada dua jenis sistem perumusan jenis sanksi pidana (

strafsoort) yaitu sistem perumusan kumulatif-alternatif(campuran-gabungan) antara mati, pidana seumur hidup atau pidana penjara, pidana denda ( pasal

114, 115, 118, 119 UU Narkotika). Kemudian untuk sistem perumusan

lamanya sanksi pidana (strafmaat) dalam UU Narkotika juga terdapat dua perumusan yaitu fixed/ indefinite sentence system atau sistem maksimum dan

determinate sentence sistem.Dalam UU Narkotika No 35 Tahun 2009 sanksi-sanksi yang diberikan pada tindak pidana Narkotika antara lain: Tindak Pidana

Orang Tua/ Wali dari pecandu Narkotika yang belum cukup umur (pasal 128),

Tindak Pidana Dilakukan oleh Korporasi (pasal 130), Tindak Pidana bagi

orang yang tidak melaporkan adanya tindak pidana Narkotika (pasal 131),

Tindak pidana terhadap percobaan atau pemufakatan jahat melakukan tindak


(36)

memberi, membujuk, memaksa dengan kekerasan (pasal 133), tindak pidana

Narkotika yang tidak melaporkan diri (pasal 134), tindak pidana Narkotika bagi

pengurus Industri Farmasi tidak melakukan kewajiban. (pasal 135), Tindak

pidana terhadap hasil-hasil Tindak pidana Narkotika (pasal 137), Tindak pidana

terhadap orang yang menghalangi atau mempersulit penyidikan, penuntutan,

dan pemeriksaan (pasal 138), Tindak Pidana bagi Nahkoda atau kapten

penerbang yang tidak melaksanakan ketentuan pasal 27 dan 28 (pasal 139),

Tindak pidana bagi PNS, Penyidik BNN yang tidak melaksanakan ketentuan

barang bukti (pasal 140), Tindak Pidana bagi kepala kejaksaan Negeri yang

tidak melaksanakan ketentuan pasal 91 ayat 1 (pasal 141), Tindak pidana bagi

petugas labolatorium yang memalsukan hasil penguji (pasal 142), Tindak

pidana bagi saksi yang memberikan keterangan tidak benar (pasal 143), tindak

pidana bagi setiap orang yang melakukan pengulangan tindak pidana (pasal

144), tindak pidana yang dilakukan Pimpinan Rumah Sakit,dll (pasal 147), dan

pasal 136 bagi prekursor Narkotika serta hasil-hasil yang diperoleh dari tindak

pidana Narkotika.

2. Kasus tindak pidana Narkotika berdasarkan putusan Pengadilan Negeri Medan

dengan perkara No Reg. 2091/Pid.Sus/2013/PN. Mdn atas nama Terdakwa

Yudi Hasmir Siregar,S.H dimana majelis hakim Menjatuhkan putusan

berdasarkan pasal 112 ayat (2) Jo pasal 132 ayat (1) UU RI No.35 Tahun 2009

dengan sanksi pidana penjara selama 18 (delapan belas) Tahun dan denda

sebanyak Rp.1000.000.000 (satu miliar rupiah) subsider 4 bulan penjara.


(37)

akal jika dipakai Terdakwa sendiri, dan seharusnya juga Majelis Hakim

mempertimbangkan keadaan atau hal-hal yang mendasar Terdakwa menguasai

atau memiliki barang tersebut sesuai dengan niat atau tujuan terdakwa untuk

memiliki atau menguasai Narkotika tersebut. Dapat disimpulkan bahwa tujuan

atau niat terdakwa tidak hanya untuk konsumsi sendiri melainkan juga untuk

diperjualbelikan mengingat banyaknya barang bukti yang ditemukan

tersebut,oleh karena itu bahwa penjatuhan pidana tersebut terlalu ringan

diberikan kepada Teradakwa Yudi Hasmir Siregar dibandingkan dengan akibat

yang ditimbulkan oleh terdakwa jika ia nantinya menjual kepada masyarakat.

Ada baiknya jika Majelis Hakim menjatuhkan sanksi pidana yang jauh lebih

berat lagi dari 18 ( delapan belas ) tahun penjara dan denda 1000.000.000 (satu

miliar rupiah) subsider 4 bulan penjara, penjatuhan pidana seumur hidup adalah

sanksi yang lebih tepat dan nantinya dapat memberikan efek jera tidak hanya

kepada Terdakwa tetapi juga untuk menciptakan rasa takut terhadap

masyarakat agar tidak melakukan Tindak pidana yang sama dengan Terdakwa

Yudi Hasmir Siregar,S.H.

3. SARAN

1. Perlunya pengkajian lebih dalam terhadap dakwaan, tuntutan, pertimbangan

hakim dan putusan Hakim serta unsur-unsur yang terkandung dalam suatu

perbuatan yang dilakukan oleh terdakwa dalam suatu perkara agar tidak terjadi

penyalahgunaan wewenang oleh Hakim dan Jaksa Penuntut Umum demi


(38)

2. Majelis Hakim sebelum menjatuhkan putusan seharusnya terlebih dahulu

melihat tujuan dan Niat dari Terdakwa dalam melakukan tindak pidana

Narkotika yang terungkap dipersidangan, agar penjatuhan sanksi pidananya


(39)

BAB II

FORMULASI PERBUATAN DAN PERTANGGUNG JAWABAN PIDANA DALAM TINDAK PIDANA NARKOTIKA MENURUT UU

NOMOR 35 TAHUN 2009

A. Sejarah Tindak Pidana Narkotika

1. Sejarah Narkotika Secara Umum

Pada dasarnya mengubah perasaan dan pikiran. Pada tahun 2000 SM (sebelum masehi), dikenal

sebuah tanaman bernama Papavor somniveritum(candu), dan tumbuhan tersebut

juga tumbuh di berbagai wilayah seperti China, India dan beberapa Negara lainnya. Kemudian pada tahun 330 SM (sebelum masehi) seseorang bernama Alexander The Great mulai mengenalkan candu di India dan Persia, pada saat itu orang India dan Persia menggunakan candu tersebut saat jamuan makan dan saat santai.37

Pada sejarah Mesir kuno bahwa orang Romawi dan Mesir pada tahun 1700-an, telah menggunakan Narkotika sejenis daun poppy dengan cara dikunyah yang bertujuan untuk menghilangkan rasa sakit pada saat melahirkan anak. Kalau sebelumnya candu digunakan dengan cara dikunyah maka pada tahun 1805 Morphin mulai dikenalkan untuk menggantikan candu (opium), morphin tersebut ditemukan oleh seorang dokter bernama Friedrich Wilhelim Sertuner. Dokter tersebut menemukan morphin yang bahan dasarnya modifikasi candu ditambah

37

Abdul Rozak & Wahdi Sayuti, Remaja dan Bahaya Narkoba, (Jakarta: Prenada Media group, 2006 ), hal.30


(40)

amoniak. Dan saat terjadinya perang morphin tersebut sangat banyak digunakan untuk mengobati tentara yang terluka disaat perang.38

Pada tahun 1874 seorang ahli kimia dari Inggris bernama Alder Wright melakukan penelitian dengan cara merebus cairan morphin dan dicampur dengan asam anhidrat, kemudian hasil campuran tersebut dilakukan percobaan kepada seekor anjing dan hasilnya anjing tersebut tiarap, ketakutan, mabuk dan muntah-muntah, kemudian pada tahun 1898 pabrik obat Bayern memproduksi obat tersebut dengan nama heroin yang dijadikan sebagai obat penghilang rasa sakit. Selain morphin & heroin adalagi jenis lain yaitu kokain (ery throxylor coca)

berasal dari tumbuhan coca yang tumbuh di Peru dan Bolavia. Biasanya

digunakan untuk penyembuhan Asma dan TBC.39

Pada tahun 1853 seorang dokter bernama Alexander Wood Edinburg menemukan jarum suntik, morphin menjadi sangat banyak disalahgunakan untuk

Tahun 60-70-an pusat penyebaran candu dunia berada pada daerah "Golden Triangle" yaitu Myanmar, Thailand & Laos. Dengan produksi: 700 ribu ton setiap tahun. Juga pada daerah "Golden Crescent" yaitu Pakistan, Iran dan Afganistan dari Golden Crescent menuju Afrika danAmerika. Di akhir tahun 70-an ketika tingkat tek70-an70-an hidup m70-anusia semakin meningkat serta tekhnologi mendukung maka diberilah campuran-campuran khusus agar candu tersebut dapat juga dalam bentuk obat-obatan.

pukul 12;40 Wib 39

.


(41)

menggunakan Narkoba tersebut. Kemudian pada tahun 1874 para ahli kimia mulai mengubah struktur morphin membuat morphin menjadi obat yang tidak menyebabkan ketagihan. Seorang ahli kimia bernama CR.Wright menemukan sintesis heroin dengan cara memanaskan morphin. Pada tahun 1939 dilakukan penelitian Narkotika sintetis dan semi sintetis dan sintetis pertama diproduksi di Jerman dan diberi nama Petidine.

Pada tahun 1923 Badan Obat Amerika (FDA) melarang melarang semua bahan narkotika terutama heroin, tetapi walaupun hal tersebut sudah dilarang, para pengguna kemudian mulai mencari bahan tersebut di pasar gelap Narkoba, dan pasar gelap tersebut adalah Chinatown, New york. Narkoba tersebut umumnya disalahgunakan yang kemudian dapat menimbulkan berbagai tindak kriminal seperti pencurian, perampokan, karena pengguna akan selalu membutuhkan uang

untuk memenuhi kebutuhannya demi membeli Narkoba.40

2. Sejarah Tindak Pidana Narkotika di Indonesia

Pada tahun 1960 an, penyebaran candu dunia berada pada daerah segitiga emas yaitu meliputi negara Myanmar, Thailand dan Laos dan kemudian dikenal istilah Bulan sabit emas meliputi negara Pakistan, Iran, Afganistan.

Di Indonesia sendiri Narkoba jenis opium sudah ada pada jaman penjajahan belanda yaitu sebelum terjadinya perang dunia II dan sebagian besar pemakai

candu (opium) saat itu adalah orang China, pemerintah Belanda memberikan

tempat untuk menggunakan candu tersebut dan juga mengatur peredarannya dan pengadaannya. Pada saat itu orang China menggunakan candu dengan cara

40 ibid


(42)

tradisional yaitu dengan cara menghisap dengan menggunakan Pipa panjang, penggunaan candu tersebut legal dan dilindungi oleh Undang-undang, kemudian setelah Jepang tiba dan kemudian melakukan penjajahan di Indonesia, pemerintah

Jepang menghapuskan Undang-Undang tersebut (Brisbane ordinance). Kemudian

setelah Indonesia merdeka, pemerintah membuat Undang-Undang yang menyangkut produksi, penggunaan dan distribusi obat berbahaya dan saat itu diberikan wewenang kepada menteri kesehatan untuk mengatur ( State gaette No

419 ,1949).41

Sejarah narkotika cukup panjang, sekarang ini Narkotika digunakan untuk keperluan medis di Rumah Sakit, misalnya saat akan melakukan operasi, Tetapi disisi lain ada juga yang menggunakan hanya untuk kesenangan maka disebut sebagai peredaran gelap. Karena penggunaan Narkotika akan dapat menyebabkan ketergantungan, dan efek samping yang paling serius sebagai akibat dari

Pada tahun 1976 pemerintah Indonesia mengeluarkan Undang-undang Nomor 9 tahun 1976 tentang Narkotika, Undang-Undang tersebut mengatur tentang peredaran gelap, terapi dan rehabilitasi korban pecandu Narkotika, karena semakin maraknya peredaran gelap narkotika Undang-Undang tersebut direvisi dan dibuat Undang-undang Nomor 22 tahun 1997 Tentang Narkotika, dan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1997, kemudian dibuat lagi Undang-Undang Nomor 35 tahun 2009 Tentang Narkotika dan berlaku sampai dengan sekarang.

41


(43)

penyalahgunaan Narkotika adalah kematian, tentu tidak satupun diantara kita yang menginginkannya, oleh karena itu jauhi Narkotika sekarang juga.

3. Sejarah Pengaturan Undang-Undang Narkotika di Indonesia

Dalam sejarah Perundang-Undangan yang mengatur tentang Narkotika,

dapat dibagi menjadi beberapa tahap,yakni :

a. Masa berlakunya berbagai Ordonantie Regie;

b. Masa berlakunya Verdovende midellen Ordonantie stbl 1972 Nomor: 278 jo

No. 536 (yang diterjemaahkan dengan UU Obat Bius);

c. Masa berlakunya Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1976 tentang Narkotika;

d. Masa berlakunya Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1997 tentang Narkotika.

Jadi pengaturan Narkotika dalam Perundang-Undangan sudah sejak Zaman

Hindia Belanda, yaitu yang tertua adalah pada Tahun 1972, berikut mengenai

tahapan-tahapan dalam UU tersebut :

a. Masa berlakunya berbagai Ordonantie Regie

Pada masa ini, pegaturan Narkotika tidak seragam setiap wilayah mempunyai

Ordonantie sendiri-sendiri. Misalnya :

1. Bali Regie Ordonantie;

2. Jawa Regie Ordonantie;

3. Riau Regie Ordonantie;

4. Aceh Ordonantie Regie;

5. Borneo Regie Ordonantie;


(44)

7. Tapanuli Regie Ordonantie;

8. Ambon Regie Ordonantie;

9. Timor Regie Ordonantie.

Dari berbagai macam Regie ordonantie tersebut yang paling tua adalah Bali

Regie Ordonantie termuat Stbl 1872 Nomor 76. Disamping itu masalah

Narkotika juga diatur dalam:

10. Morphine Regie Ordonantie (stbl 1911 Nomor 373,stbl 1911 Nomor 484 dan

Stbl 1911 Nomor 485);

11. Ooskust Regie Ordonantie (Stbl 1911 Nomor 494 dan 644, Stbl 1912 Nomor

255);

12. Westkust Regie Ordonantie (Stbl 1914 Nomor 562,Stbl 1915 Nomor 425);

13. Bepalingen Opium Premien( Stbl 1916 Nomor 630) dan sebagainya.

Jumlah semua peraturan yang tersebar tersebut adalah 44 buah.42

Undang-undang tanggal 12 Mei 1972 Stb.27-278 Jo.536 diberlakukan Tahun

1928.Disempurnakan dengan lembaran Tambahan tanggal 22 Juli dan 3 Februari

1928.Dalam seminar kriminologi II (28-30 September 1972) dibahas

kelemahan-kelemahan yang terdapat dalam UU obat bius ini. Dari situlah mulai diberlakukan

perombakan dengan pembaharuan dan penyempurnaan Perundang-Undangan

Narkotika agar lebih efektif dalam penanggulangan penyalahgunaan Narkotika. b. Masa berlakunya Verdovende Midellen Ordonantie stbl 1972 Nomor: 278 jo

No. 536 (yang diterjemaahkan dengan UU Obat Bius);

42

Hari Sasangka, Narkotika dan Psikotropika Dalam Hukum Pidana, (Bandung : Mandar maju, 2003), hal.162


(45)

Dalam seminar tersebut berpendapat tentang kekurangan-kekurangan dan

ketidakserasian Undang-Undang Obat Bius yang dimaksud, diantaranya :

a. Belum adanya badan yang bertingkat Nasional dan tetap dengan

kewenangan dalam menangani masalah penyalahgunaan narkotika.

b. Belum adanya ketentuan khusus tentang wajib lapor penyalahgunaan

Narkotika.

c. Belum adanya pernyataan, persistimatisan dalam ketentuan hukum.

d. Tidak adanya keseragaman dalam pengertian tentang narkotika.

e. Ringannya sanksi jika dilihat dari akibat penyalahgunaan Narkotika.

f. Tidak ada ketegasan di antara ketentuan hukum pidana dan acaranya

g. Tidak adanya ketegasan pembatasan pertanggungjawaban pidana terhadap

pemakai, pemilik, penjual atau pengedar dan penyimpan Narkotika.43 c. Masa berlakunya Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1976 tentang Narkotika;

Lahirnya Undang-Undang ini menandakan bahwa pemerintah begitu

memperhatikan terhadap penyalahgunaan Narkotika. Pada dasarnya

undang-undang ini tidak mampu mengatasi masalah yang terjadi baik yang berkaitan

dengan penggunaan maupun dengan cara penindakan yang harus dilakukan.

Mengingat perkembangan kualitas kejahatan Narkotika ini sudah menjadi

ancaman yang sangat serius bagi kehidupan manusia yang mana modus operandi

dari peredaran Narkotika mampu mengguncang dunia, maka diadakan kembali

suatu perubahan.44

d. Masa berlakunya Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1997 tentang Narkotika

43

Susi Adisti, Belenggu Hitam Pergaulan (Hancurnya Generasi Akibat Narkoba) (Jakarta: Restu agung, 2007), hal.104

44


(46)

Konteks penyelesaian dan penanggulangan penyalahgunaan Narkotika,

pemerintah Indonesia juga melakukan kerja sama dengan lembaga-lembaga

internasional untuk secara serius memerangi peredaran gelap Narkotika, seperti

tercantum dalam rangkaian penjelasan Undang-Undang yang meratifikasi

(menandatangani dan mengesahkan ) United Nation Convention Against Lllicit Traffic in Narcotic Drugs and Psychotropic Substances, hasil konvensi PBB yang disahkan oleh DPR pada tanggal 31 Januari 1997 dan dijadikan acuan

terbentuknya UU No 22 Tahun 1997. Dalam UU No 22 Tahun 1997 tentang

Narkotika pada Bab XII memuat ketentuan tentang tindak pidana (sanksi pidana)

penyalahgunaan Narkotika. Ketentuan tindak pidana dikenakan pada pelaku yang

secara umum dikelompokkan dalam tiga bentuk, yakni penyalahgunaan

Narkotika, Peredaran Narkotika, dan penjualan Narkotika.45

Maka untuk mencegah dan memberantas penyalahgunaan dan peredaran gelap

Narkotika yang sangat merugikan dan membahayakan kehidupan masyarakat, e. Masa berlakunya Undang-Undang No 35 Tahun 2009.

Tindak pidana Narkotika di dalam masyarakat menunjukkan kecenderungan

yang semakin meningkat baik secara kuantitatif maupun kualitatif dengan korban

yang meluas, terutama di kalangan anak-anak, remaja, dan generasi muda

umumnya. Tindak pidana Narkotika tidak lagi dilakukan secara perorangan,

melainkan melibatkan banyak orang yang secara bersana-sama, bahkan

merupakan suatu sindikat yang terorganisasi dengan jaringan yang luas yang

bekerja secara rapi dan sangat rahasia baik ditingkat Nasional.

45


(47)

bangsa, dan Negara, pada sidang umum Mejelis Permusyawaratan Rakyat

Republik Indonesia Tahun 2002 melalui ketetapan Majelis Permusyawaratan

Rakyat Republik Indonesia Nomor VI/MPR/2002 telah merekomendasi kepada

Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia dan Presiden Republik Indonesia

untuk melakukan perubahan atas Undang-undang No 22 Tahun 1997 Tentang

Narkotika. Selain itu untuk melindungi masyarakat dari bahaya penyalahgunaan

Narkotika dan mencegah serta memberantas peredaran gelap Narkotika, dalam

Undang-Undang ini diatur juga mengenai prekursor Narkotika kerena Prekursor

Narkotika merupakan zat atau bahan pemula atau bahan kimia yang dapat

digunakan dalam pembuatan Narkotika. Dalam Undang-Undang ini dilampirkan

mengenai Prekursor Narkotika dengan melakukan penggolongan terhadap

jenis-jenis prekursor Narkotika serta sanksi pidana bagi penyalahgunaan Prekursor

Narkotika untuk pembuatan Narkotika. Bahkan, demi mengefektikan pencegahan

dan pemberantasan penyalahgunaan dan peredaran gelap Narkotika dan prekursor

Narkotika, diatur mengenai penguatan Lembaga yang sudah ada yaitu Badan

Narkotika Nasional (BNN).

B. Perbuatan Pidana Narkotika Dan Jenis-Jenisnya.

a. Perbuatan Pidana Narkotika Berdasarkan Undang-undang No 35 Tahun 2009

Adapun pengaturan tindak pidana Narkotika berdasarkan Undang-undang No

35 Tahun 2009 adalah sebagai berikut :

1. Sama seperti Undang-undang sebelumnya, Narkotika Undang-undang No 35


(48)

berdasarkan kegunaan serta potensi ketergantungan. Dengan penggolongan ini

tindak pidana serta berat ringannya sanksi disesuaikan dengan masing-masing

golongan ;

2. Mayoritas tindak pidana Narkotika dirumuskan dengan konsep delik formil.

Tidak ditemukan akibat konstitusif yang dilarang dalam undang-undang No 35

Tahun 2009 tentang Narkotika. Hanya pasal 116, pasal 121 dan pasal 126 yang

dirumuskan dengan rumusan delik dengan akibat yang dikualifisir. Pasal-pasal

tersebut mengatur tentang larangan pemberian Narkotika golongan I, golongan

II , maupun golongan III secara tanpa hak dan melawan hukum kepada orang

lain untuk digunakan. Dalam pasal-pasal tersebut terdapat akibat yang dilarang

yaitu mati ataupun cacat permanennya orang lain mati. Apabila akibat yang

dilarang terjadi maka akan dikenakan pemberatan;

3. Tidak ada kualifikasi tindak pidana dalam Undang-Undang ini apakah

tergolong pada kejahatan ataupun pelanggaran;

4. Berlakunya hukum pidana Indonesia menurut tempat diperluas dengan adanya

pasal 145 Undang-undang 35 Tahun 2009. Pasal tersebut mengatur bahwa

ketentuan pidana dalam undang-undang ini berlaku bagi setiap orang yang

melakukan tindak pidana Narkotika dan / atau tindak pidana precursor

narkotika sebagaimana dimaksud dalam pasal 111, pasal 112,pasal 113,pasal

114,pasal 115,pasal 116,pasal 117, pasal 118, pasal 119, pasal 120, pasal 121,

pasal 122, pasal 123, pasal 124, pasal 125, pasal 126, pasal 127(1) pasal 128

ayat (1) dan pasal 129 diluar wilayah Negara Republik Indonesia. Ketentuan ini


(49)

Indonesia berlaku terhadap tindak pidana yang menyerang kepentingan hukum

Negara Indonesia, baik itu dilakukan oleh warga Negara Indonesia atau bukan,

yang dilakuakn di luar Indonesia,

5. Perbuatan tanpa hak dan melawan hukum menanam, memelihara, memiliki,

menyimpan, menguasai, menyediakan Narkotika Golongan I dalam bentuk

tanaman, dan bukan tanaman, Narkotika Golongan II,golongan III ( pasal

11,112,117,122);

6. Perbuatan tanpa hak dan melawan hukum memproduksi, mengimpor,

mengekspor, atau menyalurkan Narkotika golongan I, narkotika golongan II,

narkotika golongan III (pasal 113,118,123)

7. Perbuatan tanpa hak dan melawan hukum menawarkan untuk dijual, menjual,

membeli, menerima, menjadi perantara, dalam jual beli, menukar, atau

menyerahkan narkotika golongan I, narkotika golongan II, narkotika golongan

III (pasal 114,119,124);

8. Perbuatan tanpa hak dan melawan hukum membawa, mengirim, mengangkut,

atau mentransito narkotika golongan I, golongan II, golongan III (pasal

115,120,125)

9. Perbutan tanpa hak atau melawan hukum menggunakan narkotika golongan I

terhadap orang lain atau memberikan narkotika golongan I untuk digunakan

orang lain narkotika golongan II , narkotika golongan III (pasal 116,121,126)

10.Setiap penyalah guna narkotika golongan I untuk digunakan orang lain


(50)

11.Perbuatan orang tua atau wali dari pecandu yang belum cukup umur,

sebagaimana dimaksud dalam pasal 55 ayat (1) yang sengaja tidak melapor (

pasal 128);

12.Memiliki, menyimpan, menguasai, atau menyediakan, memproduksi,

mengimpor, mengekspor, atau menyalurkan , menawarkan untuk dijual.

Menjual, membeli, menerima, menhjadi perantara, dalam jual beli, menukar,

atau menyerahkan precursor narkotika untuk perbuatan narkotika membawa,

mengirim, mengangkut, atau mentransito precursor Narkotika untuk perbuatan

Narkotika 9pasal 129);

13.Perbuatan dengan sengaja tidak melaporkan adanya tindak pidana yang diatur

dalam pasal 111-119 (pasal 131);

14.Perbuatan melibatkan anak yang belum cukup umur untuk melakukan tindak

pidana narkotika yang diatur dalam pasal 11-126, dan pasal 129. (pasal 133);

15.Pecandu Narkotika yang sudah cukup umur , keluarga pecandu Narkotika

yang sudah cukup umur dengan sengaja tidak melaporkan hal tersebut (pasal

134);

16.Pengurus industry Farmasi yang tidak melaksanakan kewajiban menurut pasal

45 (pasal 1350;

17.Pencucian uang terkait Tindak Pidana Narkotika pasal (137);

18.Perbuatan menghalang-halangi atau mempersulit penyidikan serta penuntutan

dan pemeriksaan perkara tindak pidana Narkotika dan / atau tindak pidana


(51)

19.Nahkoda atau kapten penerbang yang secara melawan hukum tidak

melaksanakan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam pasal 27 atau pasal 28

(pasal 139);

20.Perbuatan pejabat penegak hukum yang tidak sesuai dengan ketentuan

undang-undang No 35 tahun 2009 (pasal 140-142);

21.Sanksi yang memberi keterangan tidak benar dalam pemeriksaan perkara

tindak pidana Narkotika dalam precursor Narkotika di muka siding pengadilan

(pasal 143);

22.Perbuatan pimpinan Rumah Sakit, Pusat Kesehatan Masyarakat, Balai

Pengobatan, Sarana Penyimpanan Sediaan Farmasi Milik Pemerintah, dan

Apotek yang mengedarkan Narkotika golongan II, golongan III bukan untuk

kepentingan pelayanan kesehatan ( pasal 147 huruf (a);

23.Perbuatan pimpinan lembaga ilmu pengetahuan yang menanam, membeli,

menyimpan, atau menguasai tanaman Narkotika bukan untuk kepentingan

ilmu pengetahuan (pasal 147 huruf (b)

24.Perbuatan pimpinan Industri Farmasi tertentu yng memproduksi Narkotika

golongan I bukan untuk kepentingan pengembangan ilmu pengetahuan (pasal

147 huruf (c)

25.Pimpinanan pedagang besar farmasi yang mengedarkan Narkotika golongan I

bukan untuk kepentingan ilmu pengetahuan atau mengedarkan Narkotika

golongan II dan III bukan untuk kepentingan pelayanan kesehatan dan /atau

bukan untuk kepentingan pengembangan ilmu pengetahuan. (pasal 147


(52)

b. Jenis-Jenis Narkotika.

Berdasarkan Undang-Undang No.35 Tahun 2009 Tentang Narkotika, jenis

narkotika di bagi ke dalalm 3 (tiga) kelompok, yaitu narkotika golongan I,

golongan II, dan golongan III. Setiap golongan narkotika memiliki fungsi yang

berbeda-beda, yaitu:

Golongan I : Narkotika yang hanya dapat digunakan untuk tujuan

pengembangan ilmu pengetahuan dan tidak digunakan dalam terapi, serta

mempunyai potensi sangat tinggi mengakibatkan ketergantungan. Adapun yang

termasuk golongan I adalah:46

1. Tanaman Papaver Somniferum L dan semua bagian-bagiannya termasuk buah dan jeraminya, kecuali bijinya.

2. Opium mentah, yaitu getah yang membeku sendiri, diperoleh dari buah

tanaman Papaver Somniferum L dengan atau tanpa mengalami pengolahan sekedarnya untuk pembungkus dan pengangkutan tanpa memperhatikan kadar

morfinnya.

3. Opium masak terdiri dari :

a. candu, hasil yang diperoleh dari opium mentah melalui suatu rentetan

pengolahan khususnya dengan pelarutan, pemanasan dan peragian dengan

atau tanpa penambahan bahan-bahan lain, dengan maksud mengubahnya

menjadi suatu ekstrak yang cocok untuk pemadatan.

b. jicing, sisa-sisa dari candu setelah dihisap, tanpa memperhatikan apakah

candu itu dicampur dengan daun atau bahan lain.

46

Lampiran Peraturan Menteri Kesehatan No. 13 Tahun 2014 Tentang Perubahan Penggolongan Narkotika.


(53)

c.jicingko, hasil yang diperoleh dari pengolahan jicing.

4. Tanaman koka, tanaman dari semua genus Erythroxylon dari keluarga

Erythroxylaceae termasuk buah dan bijinya.

5. Daun koka, daun yang belum atau sudah dikeringkan atau dalam bentuk

serbuk dari semua tanaman genus Erythroxylon dari keluarga Erythroxylaceae

yang menghasilkan kokain secara langsung atau melalui perubahan kimia.

6. Kokain mentah, semua hasil-hasil yang diperoleh dari daun koka yang dapat

diolah secara langsung untuk mendapatkan kokaina.

7. Kokaina, metil ester-1-bensoil ekgonina.

8. Tanaman ganja, semua tanaman genus genus cannabis dan semua bagian dari tanaman termasuk biji, buah, jerami, hasil olahan tanaman ganja atau bagian

tanaman ganja termasuk damar ganja dan hasis.

9. Tetrahydrocannabinol, dan semua isomer serta semua bentuk stereo kimianya. 10.Delta 9 tetrahydrocannabinol, dan semua bentuk stereo kimianya.

11.Asetorfina : 3-0-Acetiltetrahidro-7α-(1-hidroksi-1-metilbutil)-6, 14- endoeteno-oripavina.

12.Acetil–alfa–metil fentanil :N-[1-(α-Metilfenetil)-4-piperidil] asetanilida. 13.Alfa-metilfentanil : N-[1 (α-Metilfenetil)-4-piperidil] propionanilida

14.Alfa-metiltiofentanil : N-[1-] 1-Metil-2-(2-tienil) etil]-4-piperidil] priopionanilida

15.Beta-hidroksifentanil:N-[1-(beta-Hidroksifenetil)-4-piperidil propionanilida 16.Beta-hidroksi-3-metil-fentanil :N-[1-(beta-Hidroksifenetil)-3-metil-4


(54)

17.Desmorfina : Dihidrodeoksimorfina

18.Etorfina: Tetrahidro-7α-(1-hidroksi-1-metilbutil)-6,14-endoeteno-oripavina 19.Heroina : Diacetilmorfina

20.Ketobemidona: 4-Meta-hidroksifenil-1-metil-4-propionilpiperidina

21.3-Metilfentanil: N-(3-Metil-1-fenetil-4-piperidil) propionanilida

22.3-Metiltiofentanil: N-[3-Metil-1-[2-(2-tienil) etil]-4-piperidil] propionanilida 23.MPPP : 1-Metil-4-fenil-4-piperidinol propianat (ester)

24.Para-fluorofentanil : 4‘-Fluoro-N-(1-fenetil-4-piperidil) propionanilida 25.PEPAP : 1-Fenetil-4-fenil-4-piperidinolasetat (ester)

26.Tiofentanil : N-[1-[2-(2-Tienil)etil]-4-piperidil] propionanilida

27.BROLAMFETAMINA, nama lain DOB : (±)-4-Bromo-2,5-dimetoksi- α – metilfenetilamina

28.DET : 3-[2-(Dietilamino )etil] indol

29.DMA : ( + )-2,5-Dimetoksi- α –metilfenetilamina

30.DMHP : 3-(1,2-Dimetilheptil)-7,8,9,10-tetrahidro-6,6,9-trimetil-6H-dibenzo[

b,d]piran-1-ol

31.DMT : 3-[2-( Dimetilamino )etil] indol

32.DOET : (±)-4-Etil-2,5-dimetoksi- α –metilfenetilamina

33.ETISIKLIDINA, nama lain PCE : N-Etil-1-fenilsikloheksilamina 34.ETRIPTAMINA. : 3-(2-Aminobutil) indol

35.KATINONA : (-)-(S)- 2-Aminopropiofenon

36.( + )-LISERGIDA, nama lain LSD, LSD-25 : 9,10-Didehidro-N,N-dietil-6- metilergolina-8 β–karboksamida


(55)

37.MDMA : (±)-N, α-Dimetil-3,4-(metilendioksi)fenetilamina 38.Meskalina : 3,4,5-Trimetoksifenetilamina

39.METKATINONA : 2-(Metilamino )-1- fenilpropan-1-on

40. 4- Metilaminoreks : (±)-sis- 2-Amino-4-metil- 5- fenil- 2-oksazolina

41.MMDA : 5-Metoksi- α-metil-3,4-(metilendioksi)fenetilamina 42.N-etil MDA : (±)-N-Etil- α -metil-3,4-(metilendioksi)fenetilamina

43.N-hidroksi MDA : (±)-N-[α-Metil-3,4-(metilendioksi)fenetil] hidroksil amina 44.Paraheksil : 3-Heksil-7,8,9,10-tetrahidro-6,6, 9-trimetil-6H-dibenzo[b,d]

piran-1-ol

45.PMA : p-Metoksi-α–metilfenetilamina

46.psilosina, psilotsin : 3-[2-(Dimetilamino )etil]indol-4-ol

47.PSILOSIBINA : 3-[2-(Dimetilamino)etil]indol-4-il dihidrogen fosfat

48.ROLISIKLIDINA, nama lain PHP, PCPY: 1-( 1- Fenilsikloheksil)pirolidina

49.STP, DOM : 2,5-Dimetoksi- α ,4-dimetilfenetilamina

50. TENAMFETAMINA, nama lain MDA : α -Metil-3,4-(metilendioksi)

fenetilamina

51.TENOSIKLIDINA, nama lain TCP : 1-[1-(2-Tensil] piperidina

52.TMA : (±)-3,4,5-Trimetoksi- α –metilfenetilamina 53.AMFETAMINA : (±)- α–Metilfenetilamina

54.DEKSAMFETAMINA : ( + )- α–Metilfenetilamina 55.FENETILINA : 7-[2-[(α-Metilfenetil)amino]etil]teofilina 56.FENMETRAZINA : 3-Metil-2-fenilmorfolin


(56)

58.LEVAMFETAMINA, nama lain levamfetamina: (- )-(R)- α–Metilfenetil amina

59.Levometamfetamina : ( -)-N, α–Dimetilfenetilamina

60.MEKLOKUALON: 3-(o-klorofenil)-2-metil-4(3H)- kuinazolinon 61.METAMFETAMINA : (+ )-(S)-N, α–Dimetilfenetilamina

62.METAKUALON : 2-Metil-3-o-tolil-4(3H)-kuinazolinon

63.ZIPEPPROL:α-(α-Metoksibenzil)-4-(β-metoksifenetil)-1-piperazinetano 64. Sediaan opium dan/atau campuran dengan bahan lain bukan Narkotika

65.5-APB: 5-(2-Aminopropil)benzofuran; 1-benzofuran-5-ilpropan amina

66.6-APB : 6-(2-Aminopropil)benzofuran ; 1-benzofuran-6-ilpropan-2- amina

67.25B-NBOMe:2-(4-Bromo-2,5-dimetoksifenil)-N-[(2-metoksifenil) metil]etanamina

68.2-CB:2-(4-Bromo-2,5-dimetoksifenil)etanamina;4-Bromo-2,5-

dimetoksimetamfetamina

69.25C-NBOMe, nama lain 2C-c-NBOMe: 1-(4-Kloro-2,5-dimetoksifenil)-N-

[(2-metoksifenil)metal]-2-etanamia

70. Dimetilamfetamina, nama lain DMA : N,N-Dimetil-1-fenilpropan-2- amina 71.DOC : 1-(4-Kloro-2,5-dimetoksi-fenil)propan-2-amina

72.ETKATINONA: 2-etilamino-1-fenilpropan-1-on

73.JWH-018 : (1-Pentil-1H-indol-3-il)-1-naftalenil-metanon

74.MDPV: 3,4-Metilendioksipirovaleron, nama lain : 1-(3,4-

metilendioksifenil)-2-(1-pirolidinil)pentan-1-on;


(1)

3. Bapak Syafruddin Hasibuan S.H.,M.H.,DFM, selaku Wakil Dekan II Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara;

4. Bapak Dr.OK Saidin S.H.,M.H, selaku Wakil Dekan III Fakultas HukumUniversitas Sumatera Utara

5. Bapak Dr.M. Hamdan S.H.,M.H selaku Ketua Departemen Hukum Pidana Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara;

6. Ibu Liza Erwina, S.H.,M.Hum selaku Sekretaris Departemen Hukum Pidana Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara;

7. Bapak Ramli Siregar,SH.,M.H selaku Dosen Pembimbing Akademik penulis selama perkuliahan di Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara;

8. Bapak Dr.Edi Yunara,S.H.,M.Hum selaku Dosen Pembimbing I. Teriama kasih atas waktu dan bimbingan yang telah diberikan kepada penulis selama proses penyusunan dan penyelesaian skripsi ini;

9. Bapak Dr.Mahmud Mulyadi,S.H.,M.Hum selaku Dosen Pembimbing II. Terima kasih atas waktu dan bimbingan yang telah diberikan kepada penulis selama proses penyusunan dan penyelesaian skripsi ini. Beliau juga memberikan berbagai masukan yang sangat berharga berkaitan dengan materi guna penyelesaian skripsi ini;

10.Para Dosen, Asisten Dosen, dan seluruh staf administrasi di Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara yang telah berjasa mendidik dan membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini;

11.Kepada Saudara/abang-abang tersayang Ridwan Dhani, Riduan Bukhori, Alias Suyadi, Jojor Singkadulsin, Adi Syahputra, yang selalu membantu segala


(2)

kesusahan dan rintangan yang penulis hadapi dengan dukungan dan doa yang diberikan;

12.Kepada keluarga besar lainnya puhun, Nampuhun, Tante, Panguda, Namberru, Opung, Marina, Nurhasanah, Raisa, Ikhsan, Putra, Amirul, dan sepupu Lainnya yang selalu memberikan semangat kepada penulis;

13.Kepada sahabat Terbaik Nanda kalo, Sofia Simbolon, Dwi Wira, Dian Ekawati, Albert Fernando, Arnita, Bima, Agung, Roni, Irin Azrina, Ririn Ardhila, Amvita, Imam Haidar, Daniel Siregar, Terimakasih buat waktu dan kebersamaannya selama 4 tahun di Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara yang tak akan terlupakan dan semoga selalu menjadi sahabat walaupun nantinya kita berbeda kota, berbeda Negara;

14.Kepada sahabat Terkasih Emma Sinaga, Intan Elisabeth, Imelda Sinurat, Ari Pareme, Dyah ayu, Citra Tarigan, Rika Anggita, Elvira Fransiska, Raymond S, Husna Anwar, Regina Tobing, Pamela T, Melva S, Dede Kaparang, Novi Sihaloho, Kartika Mnurung, Terimakasih untuk motivasi yang selalu diberikan; 15.Kepada sahabat-sahabat penulis Raras Dwi, Sartika Maha, Yosih Bintang, Sura

Bancin, Hemmi Nasti, Khafifah Manik, Saleha, Nurul Banurea, Lina lingga, Fauji Sijabat, Syawaluddin, dan seluruh sahabat SMA yang tidak bias disebutkan satu per satu terimakasih buat persahabatannya yang tidak pernah putus silaturahminya sampai sekarang;

16.Kepada adik-adik terbaik penulis Ade Fajar, Benni Marlin, Daniel Manullang, Galuh, Rani, Tatan Dwi, Khaidir, Irsa Nst, Riski Syahputra, Elmas catur, Whikye, Johannes siboro, Rizky DP, Reza, Adi P, Titi Rahma, Rafif Adib, Iqbal, Odi,


(3)

Pramu, Sheila M, Putri Nirina, Fadli Imran, Christina S, semoga cepat menyusul mendapatkan Gelar Sarjana Hukum;

17.Seluruh Keluarga Besar Gemar Belajar (GEMBEL) Fakultas Hukum USU;

18.Seluruh Keluarga Besar Perhimpunan Mahasiswa Hukum Indonesia (PERMAHI) DPC Medan;

19.Lembaga Penyuluhan dan Penangulangan Anti Narkotika (LPPAN) DPC PERMAHI Medan;

20.Keluarga Besar IMADANA (Ikatan Mahasiswa Depertemen Hukum Pidana) Fakultas Hukum USU;

21.Keluarga Besar Grup F Fakultas Hukum USU yang menemani penulis dari semester I sampai dengan mendapat gelar S.H;

22.Keluarga Besar Klinik Hukum Fakultas Hukum USU, terutama Klinik Hukum Pidana pada periode 2014/2015;

23.Kepada seluruh Rekan-rekan kepanitiaan yang Pernah penulis ikuti, Panitia Baksos PEMA FH USU 2013, Panitia Gembel Fair, Panitia Konfercab DPC Permahi Medan 2014, Panitia Maperca Permahi DPC Medan 2014, Panitia PMB 2014 Fakultas Hukum USU terimaksih telah mengajarkan saya arti dari pengorbanan Waktu, Perasaan, Dan Materi selama kepanitiaan;

24.Untuk seluruh teman-teman terbaik selama di Fakultas Hukum USU yang tidak bias disebutkan satu per satu. Terimakasih telah memberikan dukungan dan semangat serta membuat hari-hari selama di perkuliahan menjadi lebih berarti.

Penulis sadar bahwa hasil penulisan skripsi ini tidaklah sempurna. Penulis berharap pada semua pihak agar dapat memberikan kritik dan saran yang


(4)

membangun untuk kedepannya. Akhirnya, semoga Allah SWT membalas segala kebaikan dan jasa semua pihak yang telah membantu penulis secara tulus dan ikhlas. Semoga karya ini dapat bermanfaat bagi setiap orang yang membacanya.

Medan,……..Februari 2016

Nim: 110200036 Gabetta Solin


(5)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR………...…….………… i

DAFTAR ISI……….….………... vi

ABSTRAK………..…………...………... viii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang……… 1

B. Rumusan Masalah……… ……... 8

C. Tujuan Penelitian Dan Manfaat Penelitian………. 9

D. Keaslian Penulisan…...………..…. 10

E.Tinjauan Kepustakaan………..……… 10

E.1 Pengertian Pidana dan Tindak Pidana……... 10

E.2 Pengertian Pertanggungjawaban Pidana.…...……... 13

E.3 Pengertian Narkotika dan Tindak Pidana Narkotika... 15

F.Metode Penulisan………..……….. 20

G. Sistematika Penulisan…..………... 23

BAB II : FORMULASI PERBUATAN DAN PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA DALAM TINDAK PIDANA NARKOTIKA MENURUT UU NO.35 TAHUN 2009 A. Sejarah Tindak pidana Narkotika ………. 25

1. Sejarah Tindak Pidana Narkotika Secara umum ……….. 25

2. Sejarah Tindak Pidana Narkotika Di Indonesia…………. 27

3. Sejarah pengaturan Undang-undang di Indonesia…... 29

B. Perbuatan Pidana Narkotika dan Jenis-Jenisnya……….. 33


(6)

D. Jenis Sanksi Pidana dalam UU No 35 tahun 2009 Tentang

Narkotika ………... 62

BAB III : ANALISIS PADA PUTUSAN NO.2091/PID.SUS.2013/PN.MDN A.Kasus Reg.No.2091/Pid.Sus.2013/PN.Mdn…………... 71

1. Kronologis kasus………..……… 71

2. Dakwaan ………..……… 72

3. Tuntutan………..……….. 75

4. Fakta-fakta hukum ……….……… 76

5. Pertimbangan Hakim ………...………… 78

6. Putusan……….………..……….. 91

B.Analisis Putusan………. . 93

BAB V: PENUTUP A. Kesimpulan………. 101

B. Saran……….….. 103 DAFTAR PUSTAKA


Dokumen yang terkait

Penerapan Sanksi Terhadap Anak Pelaku Tindak Pidana Pencurian (Studi Kasus Putusan No 2.235./Pid.B/2012/PN.Mdn.)

10 234 98

Pertanggungjawaban Pidana Bagi Terdakwa Anak Pelaku Tindak Pidana Pembunuhan Sesuai Dengan PASAL 340 KUHP(Studi Kasus Putusan No. 3.682 / Pid.B / 2009 / PN. Mdn)

5 97 123

Tindak Pidana Mengedarkan Sediaan Farmasi Tanpa Izin Edar Menurut Undang-Undang No. 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan (Studi Putusan No. 1902/PID B/2004/PN Medan)

8 97 79

Analisa Kasus Tindak Pidana Memberikan Ijazah Tanpa Hak (Studi Putusan PN Medan Reg. NO. 1932/Pid.B/2005/PN.MDN)

4 52 94

Analisis Kasus Tindak Pidana Penggelapan Dengan Menggunakan Jabatan Dalam Menggandakan Rekening Bank (Studi Kasus : No.1945 / Pid.B / 2005 / PN-MDN)

2 61 120

Pertanggung Jawaban Pidana Terhadap Pelaku Tindak Pidana Narkotika Sesuai UU No. 35 Tahun 2009. (Studi Putusan No. 2091 Pid. Sus. 2013 Pn. Mdn).

0 0 9

Pertanggung Jawaban Pidana Terhadap Pelaku Tindak Pidana Narkotika Sesuai UU No. 35 Tahun 2009. (Studi Putusan No. 2091 Pid. Sus. 2013 Pn. Mdn).

0 0 1

Pertanggung Jawaban Pidana Terhadap Pelaku Tindak Pidana Narkotika Sesuai UU No. 35 Tahun 2009. (Studi Putusan No. 2091 Pid. Sus. 2013 Pn. Mdn).

0 0 24

Pertanggung Jawaban Pidana Terhadap Pelaku Tindak Pidana Narkotika Sesuai UU No. 35 Tahun 2009. (Studi Putusan No. 2091 Pid. Sus. 2013 Pn. Mdn).

0 0 46

Pertanggung Jawaban Pidana Terhadap Pelaku Tindak Pidana Narkotika Sesuai UU No. 35 Tahun 2009. (Studi Putusan No. 2091 Pid. Sus. 2013 Pn. Mdn).

0 0 4