Hasil Penelitian 1. Deskripsi Lokasi Penelitian

ada sebanyak 1 orang. Untuk tingkat pendidikan terakhir SMA dan Perguruan tinggi pada responden yang mempunyai peran buruk tidak ada. Responden yang mempunyai peran baik pendidikan terakhir SD sebanyak 0 orang, yang mempunyai tingkat pendidikan SMP sebanyak 1 orang, yang mempunyai tingkat pendidikan SMA ada sebanyak 19 orang dan yang mempunyai tingkat pendidikan Perguruan tinggi ada sebanyak 2 orang. Berdasarkan hasil uji statistik diperoleh bahwa terdapat pengaruh Tingkat Pendidikan terhadap peran PMO di Kecamatan Medan Maimun p=0,001 Tabel 5.5. Hasil distribusi peran Pengawas Menelan Obat PMO berdasarkan Pekerjaan terhadap keberhasilan pengobatan TB Paru di kecamatan Medan Maimun Peran PMO Pekerjaan Total P Tidak bekerja Pelajar Wiraswasta Peran buruk 2 2 0,275 Peran baik 9 1 12 22 Total 11 1 12 24 Berdasarkan distribusi tabel diatas didapatkan peran PMO buruk dan tidak bekerja ada sebanyak 2 orang, sedangkan pada peran PMO baik tidak bekerja ada sebanyak 9 orang, Pelajar ada sebanyak 1 orang dan wiraswasta ada sebanyak 12 orang. Berdasarkan hasil uji statistik diperoleh bahwa tidak terdapat pengaruh Pekerjaan terhadap peran PMO di Kecamatan Medan Maimun p=0,275 Tabel 5.6. Tabel tingkat keberhasilan pengobatan TB paru di Kecamatan Medan Maimun Kesembuhan TB paru Frekuensi Persentase Sembuh 20 83,3 Tidak sembuh 4 16,6 Total 24 100 Berdasarkan tabel diatas didapatkan bahwasannya pasien TB paru yang sembuh ada sebanyak 20 orang 83,3 sedangkan pasien yang tidak sembuh ada sebanyak 4 orang 16,6. Tabel 5.7. Tabel Peranan PMO terhadap kesembuhan TB paru di Kecamatan Medan Maimun Peranan PMO Frekuensi Persentase Baik 22 91,6 Buruk 2 8,3 Total 24 100 Berdasarkan tabel diatas didapatkan bahwa peranan PMO baik ada sebanyak 22 orang 91,6 dan Peranan PMO buruk ada sebanyak 2 orang 8,3 Tabel 5.8. Hasil statistik peran Pengawas Menelan Obat PMO terhadap keberhasilan pengobatan TB Paru di Kecamatan Medan Maimun Hasil PMO Peran buruk Peran baik Total p Sembuh 0 0,0 20 100 20 100 Tidak sembuh 2 50,0 2 50,0 4 100 0,022 Total 2 8,3 22 91,7 24 100 Berdasarkan tabel diatas, didapati hasil sembuh dengan peran buruk yaitu 0 orang 0,0, hasil sembuh dengan peran baik yaitu 20 orang 100, sedangkan hasil tidak sembuh dengan peran buruk yaitu 2 orang 50,0, dan hasil tidak sembuh dengan peran baik yaitu 2 orang 50,0. Jadi total sembuh yaitu 20 orang 100, tidak sembuh yaitu 4 orang 100, sedangkan total peran buruk yaitu 2 orang 8,3, dan peran baik yaitu 22 orang 91,7.

5.2. Pembahasan

Pada penelitian ini hasil analisa peran PMO terhadap keberhasilan pengobatan TB paru menunjukkan hasil uji Fisher yang signifikan dengan p value 0,05 p=0,022. Dapat disimpulkan bahwa Ho ditolak. Berdasarkan analisis tersebut maka disimpulkan terdapat pengaruh peran PMO terhadap kebehasilan pengobatan TB Paru di Kecamatan Medan Maimun. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pasien Tb Paru yang sembuh dengan peran PMO baik sebanyak 20 orang. Data ini menunjukkan bahwa PMO yang mempunyai tugas antara lain; mengawasi penderita agar minum obat setiap hari, mengingatkan untuk pengambilan obat bagi penderita di pelayanan kesehatan, dan mengingatkan penderita untuk periksa ulang dahak telah memiliki peran yang cukup baik. Keberhasilan ini dipengaruhi oleh beberapa hal yaitu, pengetahuan, aktivitas PMO, dan usia. Tingkat pengetahuan PMO yang tinggi akan meningkatkan kesadaran PMO. Hal ini menunjang sikap PMO dalam membantu pengobatan TB paru. Selain itu, aktivitas PMO juga berperan. Aktivitas harian yang padat seperti bekerja seharian, mempengaruhi jadwal PMO dalam mengingatkan pasien untuk minum obat. Hal terakhir, semakin tua usia PMO maka semakin buruk peran PMO tersebut, hal ini dikarenakan orang yang berusia lanjut cenderung memiliki masalah fisik dan psikologis. Pasien TB paru yang tidak sembuh dengan peran PMO baik dalam penelitian ini sebanyak 2 orang. Hal ini disebabkan adannya faktor-faktor lain yang turut mempengaruhi ketidakberhasilan PMO. Ketidakpatuhan pasien terhadap PMO berperan besar terhadap hasil ini. Ketidakpatuhan ini bisa disebabkan oleh timbulnya rasa bosan pasien terhadap pengobatan. Peran PMO sangat penting dalam kesembuhan TB dapat dibuktikan dengan tidak didapatkan pasien yang sembuh dengan peran PMO yang buruk. Penelitian ini juga menunjukkan bahwa terdapat 2 orang pasien TB yang tidak sembuh dengan peran buruk. Hasil ini menunjang hipotesa bahwa Pengawas Minum ObatPMO berpengaruh besar dalam keberhasilan pengobatan TB paru di Kecamatan Medan Maimun. Berdasarkan tabel 5.2. didapatkan bahwa PMO dengan jenis kelamin perempuan lebih banyak jumlahnya daripada PMO dengan jenis kelamin laki-laki. Jumlah PMO dengan peran baik terbanyak ialah dengan jenis kelamin perempuan 19 orang. Hal ini dikarenakan mayoritas responden yang ada di Kecamatan Medan Maimun ialah perempuan. Selain itu perempuan lebih teliti dan peduli terhadap kesembuhan pasien TB. Namun hal ini tidak terbukti pada penelitian ini dengan nilai p =0,761, yang berarti tidak terdapat pengaruh jenis kelamin terhadap peran PMO di Kecamatan Medan Maimun. Responden peneliti yang jumlah 24 orang berpengaruh dalam hasil nilai p. Penelitian saya sejalan dengan Rapsari,2010 yang mayoritas responden pada penelitiannya memiliki PMO berjenis kelamin wanita. Rapsari menyebutkan wanita lebih mampu menjalankan tugas sebagai seorang PMO daripada Pria. Berdasarkan tabel 5.3. didapatkan bahwa jumlah PMO dengan umur 36-50 tahun memiliki mayoritas tertinggi yaitu 13 orang. Kemudian PMO umur muda 18-35 tahun ialah minoritas sebanyak 3 responden. Dari tabel 5.3. dapat disimpulkan bahwasannya PMO yang berusia tua lebih banyak dikarenakan lebih disegani dan dipatuhi sama penderita TB paru. Selain itu pasien lebih respon terhadap PMO usia tua. Tetapi hal ini tidak terbukti pada penelitian ini dengan nilai p =0,148, yang berarti tidak terdapat pengaruh umur terhadap peran PMO di Kecamatan Medan Maimun Berdasarkan tabel 5.4.Responden di kecamatan medan maimun pendidikan terakhir yang terbanyak ialah lulusan SMA 19 orang. PMO dengan peran baik rata- rata pendidikan terakhirnya SMA 19 orang , Perguruan tinggi 2 orang. Peran PMO buruk pendidikan terakhir yaitu SD 1 orang dan SMP 1 orang. Pendidikan yang semakin baik akan mempengaruhi peran PMO itu sendiri. Karena untuk menjadi PMO membutuhkan pengetahuan dan wawasan yang baik. Hal ini terbukti dengan nilai p =0,001, yang berarti terdapat pengaruh pendidikan terakhir terhadap peran PMO di Kecamatan Medan Maimun. Hal sesuai dengan teori yang mengatakan bahwa pendidikan PMO sangat berpengaruh terhadap baik buruknya penyuluhan dan cara memotivasi penderita, makin baik cara memotivasi dan memberikan materi penyuluhan akan makin baik pula hasil yang didapat yaitu kepatuhan penderita Becher, 1997 dalam Rapsari 2010 Berdasarkan tabel 5.5 Pekerjaan yang terbanyak ialah wiraswasta 12 orang dan tidak bekerja 9 orang. PMO yang tidak terlalu sibuk dan tidak terikat dengan pekerjaan diharapkan memiliki peran yang baik. Ini terbukti PMO yang bekerja tidak terlalu sibuk dan tidak terikat dengan pekerjaan seperti berwiraswasta memiliki peran yang baik, tetapi dari tabel 5.6. ada PMO yang tidak bekerja tetapi masih memiliki peran buruk. Hal ini dikarenakan ada kesibukan-kesibukan lain yang membuat peran PMO ini buruk. Tidak ada pengaruh pekerjaan terhadap kesembuhan pasien TB paru di Kecamatan Medan Maimun dengan nilai p=0,275. Hasil penelitian ini sejalan dengan apa yang didapatkan pada penelitian Kholifatul 2012 yaitu, keberhasilan pengobatan TB Paru menunjukkan sebagian besar responden berhasil dalam pengobatan TB Paru yaitu sebanyak 24 responden 75. Hasil ini menunjukkan bahwa semakin baik peran PMO maka semakin tinggi keberhasilan pengobatan TB Paru. Pada penelitian Kholifatul 2012 terdapat 6 responden yang tidak mendapatkan peran PMO dengan baik tapi berhasil dalam pengobatan TB paru dan 1 responden dengan peran PMO baik namun tidak mengalami keberhasilan dalam pengobatan TB paru sedangkan pada penelitian ini terdapat 0 responden yang tidak mendapatkan peran PMO dengan baik tapi berhasil dalam pengobatan TB paru dan 2 responden dengan peran PMO baik namun tidak mengalami keberhasilan dalam pengobatan TB paru. Hal ini dikarenakan pada penelitian Kholifatul 2012 lebih banyak responden yaitu 32 responden sedangkan penelitian ini 24 responden. Seperti halnya dengan penelitian Nomi yang menggunakan 50 responden, didapatkan kelompok sembuh dengan kelompok kinerja PMO baik sebanyak 29 orang dan kinerja PMO buruk ada 6 orang, pada kelompok gagal dengan kinerja PMO baik 8 orang dan kinerja PMO buruk 7 orang. Pada penelitian nomi terdapat hubungan yang kuat dan bermakna antara kinerja PMO dengan kesembuhan TB paru, pasien TB paru yang diawasi dengan baik dengan PMO memiliki kemungkinan untuk sembuh memiliki kemungkinan untuk sembuh empat kali lebih besar daripada yang tidak diawasi oleh PMO. Kesembuhan penderita TB dipengaruhi oleh beberapa faktor diantarannya keberadaan pengawas menelan obat. jarak tempat tinggal dengan pelayanan kesehatan terkadang menjadi suatu penghalang untuk berobat seperti jauhnya jarak tempat tinggal dengan pelayanan kesehatan, didukung dengan sarana transportasi yang sulit Pratiwi,2012.