Pembahasan Peran Pengawas Menelan Obat (PMO) Terhadap Keberhasilan Pengobatan TB Paru di Kecamatan Medan Maimun

dalam pengobatan TB paru dan 2 responden dengan peran PMO baik namun tidak mengalami keberhasilan dalam pengobatan TB paru. Hal ini dikarenakan pada penelitian Kholifatul 2012 lebih banyak responden yaitu 32 responden sedangkan penelitian ini 24 responden. Seperti halnya dengan penelitian Nomi yang menggunakan 50 responden, didapatkan kelompok sembuh dengan kelompok kinerja PMO baik sebanyak 29 orang dan kinerja PMO buruk ada 6 orang, pada kelompok gagal dengan kinerja PMO baik 8 orang dan kinerja PMO buruk 7 orang. Pada penelitian nomi terdapat hubungan yang kuat dan bermakna antara kinerja PMO dengan kesembuhan TB paru, pasien TB paru yang diawasi dengan baik dengan PMO memiliki kemungkinan untuk sembuh memiliki kemungkinan untuk sembuh empat kali lebih besar daripada yang tidak diawasi oleh PMO. Kesembuhan penderita TB dipengaruhi oleh beberapa faktor diantarannya keberadaan pengawas menelan obat. jarak tempat tinggal dengan pelayanan kesehatan terkadang menjadi suatu penghalang untuk berobat seperti jauhnya jarak tempat tinggal dengan pelayanan kesehatan, didukung dengan sarana transportasi yang sulit Pratiwi,2012. BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

1. Dari hasil penelitian yang dilakukan didapati bahwa Pengawas Menelan Obat PMO berpengaruh besar dalam keberhasilan pengobatan TB paru di Kecamatan Medan Maimun. Hal ini dibuktikan dengan hasil uji Fisher yang signifikan dengan p value 0,05 p=0,022. 2. Peranan PMO pada penderita TB Paru di Kecamatan Medan Maimun sudah baik 91.7 3. Tingkat keberhasilan pengobatan TB Paru di Kecamatan Medan Maimun adalah sebesar 83.3

6.2. Saran

1. Perlu diberikan Motivasi dan Pelatihan kepada PMO agar peran PMO terhadap kesembuhan pasien TB paru dikecamatan Medan Maimun semakin baik. 2. Perlu dilakukan penelitian tentang peran PMO dari sudut pandang penderita TB, untuk mengetahui bagaimana kinerja dan peran PMO terhadap kesembuhan TB dikecamatan Medan Maimun 3. Penderita TB harus diberikan pengetahuan tentang penyakit yang diderita agar penderita lebih menghargai PMO 4. Perlu dilakukan penelitian dengan sample yang lebih banyak dengan tekhnik yang berbeda untuk mendapatkan hasil yang lebih akurat BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tuberkulosis Paru 2.1.1 Definisi Tuberkulosis adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi Mycobacterium tuberulosis complex PDPI, 2006. Tuberkulosis paru TB paru adalah penyakit infeksius, yang terutama menyerang penyakit parenkim paru. Nama tuberkulosis berasal dari tuberkel yang berarti tonjolan kecil dan keras yang terbentuk waktu sistem kekebalan membangun tembok mengelilingi bakteri dalam paru. TB paru ini bersifat menahun dan secara khas ditandai oleh pembentukan granuloma dan menimbulkan nekrosis jaringan. TB paru dapat menular melalui udara, waktu seseorang dengan TB aktif pada paru batuk, bersin atau bicara Wahyuningsih, 2014. Tuberkulosis paru TB paru adalah suatu penyakit infeksi kronik yang sudah lama dikenal pada manusia, misalnya dia dihubungkan dengan tempat tinggal di daerah urban, lingkungan yang padat, dibuktikan dengan adannya penemuan kerusakan tulang vertebra torak yang khas TB dari kerangka yang digali di Heidelberg dari kuburan zaman neolitikum IPD Edisi V, 2009. Tuberkulosis adalah suatu penyakit granulomatosa kronis menular yang disebabkan oleh Mycobaterium Tuberculosis. Penyakit ini biasannya mengenai paru, tetapi mungkin menyerang semua organ atau jaringan ditubuh Buku Ajar Patologi Edisi 7,2012.

2.1.2 Etiologi

Penyakit Tuberkulosis disebabkan oleh infeksi bakteri Mycobacterium tuberculosis M. tuberculosis . M. tuberculosis berbentuk batang lurus tidak berspora dan juga tidak berkapsul. Bakteri ini berukuran lebar 0,3 – 0,6 mm dan panjang 1 – 4 mm. Dinding M. tuberculosis sangat kompleks dan terdiri dari lapisan lemak yang cukup tinggi 60. Penyusun utama dinding sel M. tuberculosis ialah asam mikolat, lilin kompleks complex-waxes, trehalosa dimikolat yang disebut cord factor dan mycobacterial sulfolipids yang berperan dalam virulensi. Asam mikolat merupakan asam lemak berantai panjang C60 – C90 yang dihubungkan dengan arabinogalaktan oleh ikatan glikolipid dan dengan peptidoglikan oleh jembatan fosfodiester. Unsur lain yang terdapat pada dinding sel bakteri tersebut adalah polisakarida seperti arabinogalaktan dan arabinomanan. Struktur dinding sel yang kompleks tersebut menyebabkan bakteri M. tuberculosis bersifat tahan asam, yaitu apabila sekali diwarnai akan tetap tahan terhadap upaya penghilangan zat warna tersebut dengan larutan asam-alkohol. Komponen antigen ditemukan di dinding sel dan sitoplasma yaitu komponen lipid, polisakarida dan protein. Karakteristik antigen M. tuberculosis dapat diidentifikasi dengan menggunakan antibodi monoklonal PDPI, 2002. Sumber penularan adalah penderita TB BTA positif pada waktu batuk atau bersin, penderita menyebarkan kuman ke udara dalam bentuk droplet percikan dahak. Droplet yang mengandung kuman dapat bertahan di udara pada suhu kamar selama be berapa jam. Orang dapat terinfeksi kalau droplet tersebut terhirup kedalam saluran pernafasan. Jadi penularan TB tidak terjadi melalui perlengkapan makan,baju, dan perlengkapan tidur. Setelah kuman TB masuk kedalam tubuh manusia melalui pernafasan, kuman TB tersebut dapat menyebar dari paru kebagian tubuh lainnya,melalui sistem peredaran darah, sistem saluran limfe, saluran nafas, atau penyebaran langsung ke bagian-bagian tubuh lainnya. Daya penularan dari seorang penderita ditentukan oleh banyaknya kuman yang dikeluarkan dari parunya. Makin tinggi derajat positif hasil pemeriksaan dahak, makin menular penderita tersebut. Bila hasil pemeriksaan dahak negatif tidak terlihat kuman, maka penderita tersebut dianggap tidak menularDepkes RI,2005. Mikobakteri adalah organisme berbentuk batang langsing yang tahan asamyaitu mengandung banyak lemak kompleks dan mudah mengikat pewarna Ziehl-Neelsen dan kemudian sulit didekolorisasi. M.tuberculosis hominis merupakan penyebab sebagian besar kasus tuberkulosis. Penularan biasannya langsung melalui inhalasi organisme di udara dalam aerosol yang dihasilkan oleh ekspektorasi atau oleh pajanan ke sekresi pasien yang tercemar Buku Ajar Patologi Edisi 7,2012.

2.1.3 Epidemiologi

Tuberkulosis TB merupakan masalah kesehatan masyarakat yang penting di dunia ini. Pada tahun 1992 world health organization WHO telah mencanangkan tuberkulosis sebagai Global Emergency. Laporan WHO tahun 2004 menyatakan bahwa terdapat 8,8 juta kasus baru tuberkulosis pada tahun 2002, dimana 3,9 juta adalah kasus BTA Basil Tahan Asam positif sepertiga penduduk dunia telah terinfeksi kuman tuberkulosis. jumlah terbesar kasus TB ada di Asia Tenggara yaitu 33 dari seluruh kasus TB di dunia, namun bila dilihat dari jumlah penduduk, terdapat 182 kasus per 100.000 penduduk. Di Afrika hampir 2 kali lebih besar dari Asia tenggara yaitu 350 per 100.000 penduduk PDPI, 2006. Setiap tahun didapatkan 250.000 kasus TB baru di Indonesia dan kira-kira 100.000 kematian karena TB. Tuberkulosis merupakan penyebab kematian nomor satu diantara penyakit infeksi dan menduduki tempat ketiga sebagai penyebab kematian pada semua umur setelah penyakit kardiovaskuler dan penyakit infeksi saluran napas akut. Pasien TB di Indonesia terutama berusia antara 15-5 tahun, merupakan kelompok usia produktif. Menurut perkiraan WHO pada tahun 1999, jumlah kasus TB baru di Indonesia 583.000 orang per tahun dan menyebabkan kematian sekitar 140.000 orang per tahun PDPI, 2006. Di Indonesia tahun 2001 diperkirakan 582 ribu penderita baru atau 271 per 100 ribu penduduk, sedangkan yang ditemukan BTA positif sebanyak 261 ribu penduduk atau 122 per 100 ribu penduduk, dengan keberhasilan pengobatan diatas 86 dan kematian sebanyak 140 ribu. Masalah lain yang muncul dalam pengobatan TB adalah adanya resistensi dari kuman yang disebabkan oleh obat multidrugresistent organism. Kuman yang resisten terhadap banyak obat tersebut