pada seluruh kegiatan proyek yang berdampak pada peningkatan total biaya proyek.
Apabila faktor-faktor penyebab keterlambatan pada lintasan kritis telah ditemukan, maka dapat dinyatakan bahwa faktor -faktor penyebab keterlambatan
pada lintasan kritis itu, juga merupakan faktor -faktor penyebab keterlambata n pada aktivitas proyek yang lain. Jalur kritis memerlukan perhatian maksimal dari
pengelola proyek, terutama pada periode perencanaan dan implementasi pekerjaankegiatan yang bersangkutan, dengan memberikan prioritas utama dalam
alokasi sumber daya.
3.6 Identifikasi dan Operasional Variabel Penelitian
Penelitian ini menggunakan 5 variabel, di mana variabel – variabel tersebutadalah tenaga kerja, material, peralatan, efektivitas waktu dan efektivitas
biaya. Berikut adalah penjelasan dari setiap variabel yaitu sebagai berikut:
1. Variabel tenaga kerja
Variabel tenaga kerja didefinisikan sebagai sumber daya manusia di proyek, yang digunakan dalam proses penyelesaian kegiatan proyek . Terjadinya
kekurangan tenaga kerja akan menimbulkan keterlambatan pekerjaa n dalam penyelesaian proyek Assaf, Al -Khalil dan Al-Hazmi, 1995.
Variabel ini diukur dengan melihat berapa banyak tenaga kerja tersedia dengan tenaga kerja yang dibutuhkan, rumus yang digunakan untuk melihat
ketersediaan tenaga kerja tersebut adalah: KTK =
x 100 Keterangan :
KTK : Tingkat ketersediaan tenaga kerja
TK
1
: Tenaga kerja tersedia
Universitas Sumatera Utara
TK : Tenaga kerja yang dibutuhkan
2. Variabel material
Variabel material didefinisikan sebagai bahan bangunan yang tersedia untuk konstruksi yang digunakan dalam proses penyelesaian kegiatan proyek.
Kecepatan dalam pengiriman material, kondisi material, pemasanan material akan menjadi faktor penyebab tercapainya efektivitas waktu. Jika terjadi keterlambatan
dalam pengiriman material, rusakny a material, terlambatnya pemesanan material dan terjadi perubahan spesifikasi material akan membuat keterlambatan pekerjaan,
sehingga efektivitas waktu tidak tercapai Assaf dan Al -Hejji, 2006. Variabel ini diukur dengan menghitung antara material yang te rsedia
dengan material yang dibutuhkan, rumus yang digunakan untuk melihat ketersediaan material tersebut adalah sebagai berikut:
KMTRL = x 100
Keterangan: KMTRL
: Tingkat Ketersediaan material MTRL
1
: Material yang tersedia MTRL
: Material yang dibutuhkan
3. Variabel peralatan
Variabel peralatan didefinisikan sebagai sumber daya yang harus disediakan bagi pelaksanaan proyek selain pekerja, metode, uang dan material
yang digunakan dalam proses penyelesaian kegiatan proyek. Proyek dapat
menjadi tepat waktu apabila pemakaian peralatan pada kegiatan yang sesuai, yakni peralatan tidak kurang, keterampilan operator baik, produktivitas peralatan
tinggi, peralatan berteknologi canggih Assaf dan Al -Hejji, 2006
Universitas Sumatera Utara
Variabel ini diukur dengan m enghitung antara peralatan yang tersedia dengan peralatan yang dibutuhkan, rumus yang digunakan untuk melihat
ketersediaan peralatan tersebut adalah sebagai berikut: KPRL =
x 100 Keterangan:
KPRL : Tingkat ketersediaan peralatan PRL
1
: Peralatan yang tersedia PRL
: Peralatan yang dibutuhkan
4. Variabel efektivitas waktu
Variabel efektivitas waktu didefinisikan sebagai waktu pelaksanaan proyek harus dikerjakan sesuai dengan kurun waktu dan tanggal akhir yang telah
ditentukan Soeharto, 2001.Variabel ini diukur dengan menghitung antara kurun waktu dan tanggal akhir yang direncanakan dengan kurun waktu yang terjadi di
proyek, dengan ketetapan: a. Apabila kurun waktu penyelesaian proyek sama dengan kurun waktu yang
direncanakan atau sesuai dengan jadwal maka efektivitas waktu proyek sama dengan 100.
b. Apabila kurun waktu proyek tidak sama dengan kurun waktu yang direncanakan atau tidak sesuai dengan jadwal maka rumus yang digunakan
untuk melihat tingkat efektivitas waktu proyek tersebut adalah sebagai berikut:
EW = 100 - Δ WKT Δ WKT =
x 100
Universitas Sumatera Utara
Keterangan :
EW : Efektivitas waktu
WKT
1
: Waktu berakhirnya proyek aktual WKT
: Waktu berakhirnya proyek yang direncana kan Δ WKT
: Persentase pencapaian waktu penyelesaian proyek
5. Variabel efektivitas biaya
Variabel efektivitas biaya didefinisikan sebagai biaya pelaksanaan proyek sejak awal proyek hingga akhir proyek sesuai dengan anggaran yang telah
ditentukan Soeharto, 2001.Variabel ini diukur dengan menghitung antara anggaran direncanakan dengan biaya pelaksanaan proyek sejak awal proyek
hingga akhir proyek, dengan ketetapan: a. Apabila biaya penyelesaian proyek sama dengan biaya yang direncanakan
maka efektivitas biaya proyek sama dengan 100. b. Apabila biaya penyelesaian proyek tidak sama dengan biayayang
direncanakan atau tidak sesuai dengan anggaran maka rumus yang digunakan untuk melihat tingkat efektivitas biaya proyek tersebut adalah
sebagai berikut: KEB = 100 - Δ By
Δ By = x 100
Keterangan :
EB : Efektivitas biaya B
1
: Biaya penyelesaian proyek aktual B
: Biaya penyelesaian proyek yang direncanakan Δ By : Persentase kesesuaian biaya antara rencana dengan aktual
Universitas Sumatera Utara
Sampel kegiatan dalam penelitian ini terdiri dari 6 kegiatan yang berada pada jalur kiritis ditunjukkan pada Tabel 3.1 di bawah ini
Tabel 3.1 Daftar Kegiatan Proyek
No Kegiatan
Tenaga Kerja Material
Peralatan Evektifitas
Waktu Evektifitas
Biaya Keterangan
1 A Mobilization
100 97
98 100
97 Tenaga kerja
2 100
97 100
100 98
Alat berat 3
98 99
90 100
97 Dump truck
4 B site preparation
98 96
100 100
97 Gudang
5 90
97 98
100 99
Kantor 6
100 98
97 100
97 Bedeng
7 100
99 97
100 98
Listrik dan air 8
D canteen 72
65 89
69 78
Plate foundation 9
70 70
86 73
70 Stone masonry foundation
10 78
76 87
82 80
Ground beam 11
71 70
87 71
70 Steel structure
12 86
81 89
89 87
Roofing 13
76 69
98 76
70 Floor work
14 79
69 96
72 70
Wall work 15
81 83
89 85
80 Sanitary work
16 75
78 98
79 81
Finishingwork 17
E Mess building work
74 89
85 78
80 Plate foundation
18 83
77 87
79 83
Stone masonry 19
76 79
86 83
80 Ground beam work
20 83
83 89
81 78
Main beam work 21
76 78
89 76
79 1 st floor
22 76
87 86
74 70
2 nd floor 23
81 81
85 85
82 Wall work
24 83
87 78
80 81
Column practice ring balk
25 79
81 86
78 75
Door and window 26
82 85
89 87
90 Ceilling work
27 83
78 89
83 80
Sanitary work 28
76 75
81 77
80 Rabat work
29 69
61 89
65 67
Roofing work 30
83 85
82 89
90 Others work
31 84
84 89
89 91
Finishing work 32
H electrical work 76
89 88
89 87
Factory building 33
86 86
87 89
86 Others building
34 76
75 89
78 78
Outdoor lighting 35
J Infrastructure 75
75 88
79 79
Road work 36
83 73
98 77
80 Fence work
37 81
69 87
72 75
Reatining wall 38
86 80
86 83
80 Concrete pipe
39 67
75 87
78 80
Garbage work 40
72 70
96 72
72 Front face factory
41 76
72 89
76 79
Water system 42
69 72
85 72
75 Motor parking
43 86
80 83
78 83
Drainage system
Sumber : Data diolah, 2013
Universitas Sumatera Utara
3.7 Definisi Operasional Variabel
Definisi operasional variabel dalam penelitian ini adalah sebagaimana diberikan pada Tabel 3.2.
Tabel 3.2 Operasionalisasi Variabel Variabel
Definisi Indikator
Skala pengukuran
Tenaga kerja Sumber daya
manusia di proyek, yang
digunakan dalam proses
penyelesaian kegiatan proyek
Perbandingan antara jumlah
tenaga kerja aktual dengan rencana
Skala rasio
Material Bahan baku yang
tersedia untuk konstruksi yang
digunakan dalam proses
penyelesaian kegiatan proyek
Perbandingan antara material
aktual dengan rencana
Skala rasio
Peralatan Sumber daya yang
harus disediakan bagi pelaksanaan
proyek selain pekerja, metode,
selain uang dan material
Perbandingan antara peralatan
aktual dengan peralatan yang
direncanakan Skala rasio
Efektivitas Biaya Biaya yang
dikeluarkan pada saat pelaksanaan
proyek sesuai dengan anggaran
yang telah ditetapkan
Perbandingan antara biaya yang
direncanakan dengan biaya yang
dikeluarkan Skala rasio
Efektivitas waktu Waktu
pelaksanaan proyek sama
dengan waktu yang dijadwalkan
Perbandingan waktu pelaksanaan
proyek dengan jadwal
Skala rasio
Sumber : Data Diolah, 2013
Universitas Sumatera Utara
3.8 Teknik Analisis
Pada penelitian ini dilakukan berbagai teknik analisis. Metoda Gantt Chart digunakan untuk menentukan waktu pelaksanaan proyek. CPM Critical Path
Method digunakan untuk menghitung waktu penyelesaian proyek, penyimpangan waktu proyek, dan kegiatan kritis, yaitu jalur yang memiliki rangkaian komponen -
komponen kegiatan dengan total jumlah waktu terlama dan menunjukkan kurun waktu penyelesaian proyek yang tercepat Soeharto, 2001.
Penelitian ini juga menggunakan path analysis yang dikembangkan oleh Sewal Wright di tahun 1934. Lebih lanjut, analisis jalur mempunyai kedekatan
dengan regresi berganda , atau dengan kata lain, regresi berganda merupakan bentuk khusus dari analisis jalur.
Asumsi dasar model ini ialah beberapa variabel sebenarnya mempunyai hubungan yang sangat dekat satu dengan lainnya. Path analysis dapat diklasifikasikan
kedalam teknik analisis multivariat dependensi karena dalam path analysis terdapat lebih dari satuvariabelbebas independent exogenous dan satu atau lebih variabel
tergantung dependent endogenous. Untuk mendapatkan nilai pengaruh langsung dan tidak langsung digunakan
analisis regresi dengan variabel intervening Sarwono,2012.Variabel intervening merupakan variabel antara atau mediating, yang berfungsi memediasi hubungan
antara variabel independen dengan variabel dependen. Pengolahan data dalam penelitian ini menggunakan bantuan perangkat
lunak SPSS. Koefisien determinasi digunakan untuk melihat seberapa besar variabel -
variabel independen secara bersama mampu memberikan penjelasan mengenai
Universitas Sumatera Utara
variabel dependen dimana nilai R
2
berkisar antara 0 sampai 1 0 ≤ R
2
≤ 1. Semakin besar nilai R
2
, maka akan semakin besar variasi variabel depende n yang dapat dijelaskan oleh variable independen.
Uji t-statistik
Uji t-statistik merupakan pengujian untuk mengetahui apakah masingmasing koefisien regresi signifikan atau tidak terhadap dependen variabel
dengan menganggap variabel independen lainnya ko nstan. Nilai t-hitung diperoleh dengan rumus:
t-hitung = dimana:
bi = koefisienvariabelke i
Se bi =simpangan baku dari variabel independen ke i Dalam uji t ini digunakan perumusan bentuk hipotesis sebagai berikut :
Ho : bi = 0 Ha : bi ≠ 0
Dimana bila bi adalah koefisien variabel ke I nilai parameter hipotesis dan biasanya dianggap = 0 nol. Artinya tidak ada pengaruh variabel X terhadap Y.
Pengujian ini dilakukan dengan menggunakan uji t dengan membandingkan tstatistik dengan t-tabel. Apabila hasil perhitungan menunjukkan:
a. Ho diterima dan Ha ditolak apabila t -hitung t-tabel dengan tingkat kepercayaansebesar α.
Artinya varibel-variabel bebas tidak dapat menerangkan variabel terikat, dimana tidak terdapat pengaruh variabel bebas
terhadap variabel terikat. Pengujian ini dilaukan dengan tingkat kepercayaan sebesar α.
Universitas Sumatera Utara
b. Ho ditolak dan Ha diterima apabila t -hitung t-tabel dengan tingkat kepercayaansebesar α. Artinya variasi variabel bebas dapat menerangkan
variabel terikat, dimana terdapat pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat. Pengujian ini dilakukan dengan tingkat kepercayaan sebesar α.
Uji F-Statistik
Uji F-statistik ini adalah pengujian yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh antara seluruh variabel independ en secara bersama-sama terhadap
variabel dependen. Untuk pengujian digunakan hipotesa sebagai berikut: 1. Ho : b1 = b2 = …….= bk = 0, artinya secara bersama -sama tidak ada
pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen. 2. Ho : b1 ≠ b2 ≠ ……. ≠ bk = 0, artinya secara bersama -sama ada
pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen. Pengujian ini dilakukan untuk membandingkan nilai F -hitung dengan F-
tabel jika F-hitung F-tabel, maka Hoditolak artinya variabel independen secara bersama-sama mempengaruhi variabel independen. Dan jika F -hitung F-tabel,
maka Ho diterima artinya variabel independen secara bersama -sama tidak mempengaruhi variabel dependen.
Nilai F-statistik dapat diperoleh dengan rumus: F-hitung =
Dimana: R
2
= koefisien determinasi K = jumlah variabel independen ditambah intercept dari suatu model estimasi.
n = jumlah sampel Kriteria pengambilan keputusan:
Universitas Sumatera Utara
Ho : b1 = b2 =……= bk = 0, Ho diterima F-hitung F-tabel artinya variabel independen secara
bersama-sama tidak berpengaruh nyata terhadap variabel dependen. Ha : b1 ≠ b2 ≠ ……≠ bk ≠ 0,
Ha diterima F-hitung F-tabel artinya variabel independen secara bersama-sama berpengaruh nyata terhadap variabe l dependen.
Uji Asumsi Klasik Uji Multikolinearitas
Uji multikolinieritas ini digunakan untuk mengetahui apakah dalam model regresi ditemukan adanya korelasi yang kuat antar variabel bebas independen.
Jika terjadi korelasi, maka terdapat masalah multikol inieritas. Dalam model regresi yang baik, seharusnya tidak terjadi multikolinieritas. Ada tidaknya
masalah multikolinieritas di dalam model regressi, dapat dilihat dari nilai Variance Inflation Factor VIF dan nilai Tolerance. Pedoman suatu model
regresi yang bebas multikoliniertas adalah mempunyai nilai VIF di sekitar angka 1, angka tolerance mendekati 1 Santoso: 2002.
Autokorelasi
Autokorelasi didefenisikan sebagai korelasi antar anggota serangkain observasi yang diurutkan menurut waktu atau ruang. M odel regresi linear klasik
mengasumsikan autokolerasi tidak terdapat di dalamnya distribusi atau pengganggu µi dilambangkan dengan:
E µi : µj = 0 i ≠ j
Universitas Sumatera Utara
Ada beberapa cara 2 autokorelasi, yaitu: 1. Dengan menggunakan atau memplot grafik
2. Dengan D-W Test Uji Durbin-Watson Uji D-W ini dirumuskan sebagai berikut:
DW=
∑ ∑
Dengan hipotesis sebagai berikut: Ho : ρ = 0, artinya tidak ada autokorelasi
Ha : ρ ≠ 0, artinya ada autokorelasi
Heterokedastisitas
Uji ini dilakukan untuk melihat apakah dalam suatu model regresi itu terjadi perbedaan varians dari residual satu pengamatan dengan pengamatan lain.
Sebuah model analisis regresi yang baik adalah homokedastisitas atau tidak terjadi heteroskedastisitas, yang artinya varians dari residual satu pengamatan ke
pengamatan lainnya tidak tetap atau berbeda. Menurut Santoso 2002, untuk mendeteksi ada atau tidaknya heteroskedastisitas adalah dengan melihat gejala
yang dapat dilihat pada Scatterplot yang dihasilkan oleh program SPSS dengan ciri-ciri:
1. Titik-titik data menyebar di atas dan dibawah atau disekitar angka 0 2. Titik-titik data tidak mengumpul hanya diatas atau dibawah saja
3. Penyebaran titik-titik tidak boleh membentuk pola bergelombang melebar kemudian menyempit dan melebar kembali
4. Penyebaran titik-titik data sebaiknya tidak berpola
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN