Peraturan Perundang-Undangan Jaminan Produk Halal

Sjamsul Arifin et.al. Masyarakat Ekonomi ASEAN MEA 2015. Jakarta:PT.Elex Media Komputindo, 2008. Soerjono Soekanto. Pengantar Penelitian Hukum, cet. III. Jakarta:Universitas Indonesia-press, 1986. Sukarni. Cyber Law: Kontrak Elektronik Dalam Bayang-bayang Pelaku Usaha. Jakarta:Pustaka Sutra, 2009. Tim Pengakaji Hukum Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia. Badan Pembinaan Hukum Nasional, Jakarta, Peran serta Masyarakat dalam Pemberian Informasi Produk Halal. Jakarta:Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia RI, Badan Pembinaan Hukum Nasional, 2011. Zulham, Hukum Perlindungan Konsumen. Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2013.

B. Peraturan Perundang-Undangan

Undang - Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945. Undang - Undang Nomor 33 Tahun 2014 tentang Jaminan Produk Halal. Undang - Undang Nomor 7 Tahun 2014 tentang Perdagangan. Undang - Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen. Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2015 tentang Rencana Strategis Badan Pengawas Obat dan Makanan Tahun 2015-2019. Universitas Sumatera Utara

C. Website

ASEAN Economic Community Blue Print 2015 diakses pada tanggal 20 April 2015. Anonim. “Masyarakat Ekonomi ASEAN dan Perekonomian Dunia” , http:www.Kemenkeu.go.idpublikasiartikel150 diakses pada tanggal 25 Februari 2016. Anonim. “Tarif Bea Masuk”, http:www.tarif.depkeu.go.id diakses pada tanggal 25 Februari 2016. Anonim, http:www.halalmui.orgnewMUIPage8308 diakses pada tanggal 6 Maret 2016. Anonim, http:www.ngajikok.blogspot.co.id Produk Halal Thailand diakses pada tanggal 6 Maret 2016. Anonim, “Ketentuan ” http:www.mirajnews.comid diakses pada tanggal 6 Maret 2016. Anonim, http:www.ramadhanosepu.blogspot.co.id201603 . Lembaga Halal di era MEA diakses pada tanggal 7 Maret 2016. Anonim,http:www.academia.edu9966244pasar bebas diakses tanggal 6 Maret 2016. Anonim.”Kebijakan Obat Nasional”, http:seksi kefarmasian sumenep.blogspot. com 201302kebijakan-obat-nasional.html diakses pada tanggal 12 Maret 2016. Anonim. “Sekilas Tentang Masyarakat Ekonomi ASEAN ” http:www.beacukaimedan.net berita44201 diakses pada tanggal 14 Maret 2016. Anonim. “Kebijakan Impor Dalam Perdagangan” http:www.ipapedia.web.id201501 diakses pada tanggal 16 Maret 2016. Anonim. “Pengertian Halal”, http:www.lpommui.or.id diakses pada tanggal 17 Maret 2016. Ismawanto, Perdagangan Internasional. http:belajar.blogspot.com 201203 Perdagangan - Internasional.html diakses tanggal 18 Maret 2016. Universitas Sumatera Utara Abdul Wahid, Makalah Perdagangan Internasional. http:ekonomi ahidogan . blogspot.com201305makalah-perdagangan-internasional.html diakses pada tanggal 18 Maret 2016. Anonim. “Sekilas MUI”, http:mui.or.idsekilas-mui diakses pada tanggal 21 Maret 2016. Anonim. “Tentang LPPOM-MUI” , http:www.halalmui.orgmui14 diakses pada tanggal 22 Maret 2016. Anonim. “Visi dan Misi”, http:www.Halalmui.org mui14 index.php main go_to_section 3 page1 diakses pada tanggal 22 Maret 2016. Anonim, “Tata Cara Sertifikasi Halal”, Jurnal http:riau1.kemenag. Go.id filedokumenpdf, diakses pada tanggal 22 Maret 2016, hlm.1. Anonim. “Badan Pengawas Obat dan Makanan”, http:www.pom.go.id Badan Pengawas Obat dan Makanan diakses tanggal 22 Maret 2016. Anonim. “Pengertian Produk Farmasi”, http:www.Landasanteori.com201510 diakses pada tanggal 25 Maret 2016. Anonim. “Badan Pengawas Obat dan Makanan”, http:id.m.wikipedia.org wiki diakses pada tanggal 27 Maret 2016. Badan Pengawas Obat dan Makanan BPOM kedudukan,Tugas, dan Wewenang Latar Belakang dan Sejarah http:www.LandasanTeori.com201510 Badan-Pengawas-Obat-dan-Makanan diakses pada tanggal 28 Maret 2016. Anonim,http:kaderisasi dan kajian kefarmasian.wordpress.com 2015100241S diakses pada tanggal 29 Maret 2016. International Pharmaceutica Manufactures Group . “Posisi Mengenai Rancangan Undang-Undang Jaminan Produk Halal”, http:www.ipmg-online.com diakses pada tanggal 30 Maret 2016. Anonim, “Berita Industri”, http:www.Kemenperin.go.id diakses pada tanggal 31 Maret 2016. Anonim. “Advokasi dalam Proses Sertifikasi Produk Halal Menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN” Fakultas Hukum UNEJ.ac.id 201512, Compressed.pdf diakses pada tanggal 31 Maret 2016. Universitas Sumatera Utara Anonim. “Menyoal Kehalalan Obat”, http:pmmc.or.id newshealth-news diakses pada tanggal 1 April 2016. Universitas Sumatera Utara

BAB III KEHALALAN SUATU PRODUK BERDASARKAN UNDANG-UNDANG

NOMOR 33 TAHUHN 2014

A. Jaminan Produk Halal

Datangnya era MEA seperti saat ini akan membawa konsekuensi bagi produk-produk yang beredar di Indonesia berupa barang seperti makanan, minuman, obat-obatan, kosmetik, produk kimiawi, produk biologi, produk rekayasa genetika, serta barang gunaan yang dipakai, digunakan, dimanfaatkan oleh masyarakat 60 Jaminan Produk Halal yang selanjutnya disingkat JPH memiliki arti suatu kepastian hukum terhadap kehalalan suatu produk yang dibuktikan dengan yang di impor baik yang jelas ataupun tidak mengenai kehalalannya beredar di tengah-tengah masyarakat. Banyak sekali bahan utama maupun bahan tambahan makanan yang harus diimpor untuk memproduksi bahan pangan olahan di dalam negeri. Pada dasarnya tidak mudah untuk mengenali asal bahan dari produk olahan yang digunakan atau dikonsumsi sehingga konsumen akan mendapat kesulitan untuk memilih produk barang olahan seperti makanan, minuman, obat- obatan dan lain-lain, yang tidak mengandung suatu unsur yang tidak halal. Maka dari itu diperlukan adanya peraturan dan pengaturan yang jelas yang dapat menjamin kehalalan suatu produk baik dari bahan dan juga proses pembuatannya. 60 Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2014 tentang Jaminan Produk Halal Pasal 1 angka 1. Universitas Sumatera Utara sertifikat halal 61 Secara mendasar Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2014 Tentang Jaminan Produk Halal lahir dikarenakan adanya Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen, Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1996 Tentang Pangan, Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun 1999 Tentang Label dan Iklan Pangan, Inpres Tahun 1991 Tentang Peningkatan Pembinaan dan Pengawasan Produksi dan Peredaran Makanan Olahan, Keputusan Bersama Menteri Kesehatan dan Menteri Agama RI Nomor: 427MenkesSKBVIII1985. Nomor 68 Tahun 1985 Tentang pencantuman Tulisan “Halal” Pada Label Makanan, Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor: 82MENKESSKI1996 Tentang Pencantuman Tulisan “Halal” Pada Label Makanan, yang diubah dengan Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor: 924MenkesSKVIII1996 Tentang Perubahan atas Kepmenkes RI No.82MenkesSK1996 Surat Keputusan Bersama SKB Menteri Agama dan Menteri Kesehatan No.427MENKESSKBVIII1985 tentang Pengaturan Tulisan “Halal” pada label makanan. Dalam pasal 4 ayat 1 SKB tersebut, soal “halal-haram” produk ditangani Tim Penilaian Pendaftaran Makanan pada Depkes RI, dalam hal ini Direktorat Pengawasan Obat dan Makanan. . Berdasarkan pengertian tersebut maka dapat diartikan jaminan produk halal merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari serangkaian proses untuk memperoleh sertifikasi halal. Hal tersebut haruslah dilakukan oleh setiap pelaku usaha yang memproduksi suatu produk agar mendapat kepercayaan dari konsumen bahwa produk yang yang dikonsumsi adalah halal. 61 Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 33 tahun 2014 tentang Jaminan produk Halal Pasal 1 angka 5.. Universitas Sumatera Utara Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2014 Tentang Jaminan produk Halal antara lain mengatur mengenai : 1. Untuk menjamin ketersediaaan Produk Halal, baik bahan yang berasal dari bahan baku hewan , tumbuhan, mikroba, maupun bahan yang berasal dari bahan yang dihasilkan melalui proses kimiawi, proses biologi, atau proses rekayasa genetika. Disamping itu, ditentukan pula Proses Produk Halal PPH yang merupakan rangkaian kegiatan untuk menjamin kehalalan produk mencakup penyediaan bahan, pengolahan, penyimpanan, pengemasan, pendistribusian,penjualan, dan penyajian produk. 2. Undang-Undang ini mengantur hak dan kewajiban pelaku usaha dengan memberikan pengecualian terhadap pelaku usaha yang memproduksi produk dari bahan yang berasal dari bahan yang diharamkan dengan kewajiban mencantumkan secara tegas keterangan tidak halal pada kemasan produk atau pada bagian tertentu dari produk yang mudah dilihat, dibaca, tidak mudah terhapus, dan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Produk. 3. Dalam rangka memberikan pelayanan publik, pemerintah bertanggung jawab dalam menyelenggarakan JPH yang pelaksanaannya dilakukan oleh BPJPH. Dalam menjalankan kewenangannya, BPJH bekerja sama dengan kementerian danatau lembaga terkait, MUI, dan LPH. 62 Berdasarkan Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2014 tentang Jaminan Produk Halal memang tidak mengatur secara terperinci terkait dengan kewajiban 62 Baca Selanjutnya dalam Penjelasan Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2014 Tentang Jaminan produk Halal. Universitas Sumatera Utara pelaku usaha untuk menjaga kehalalan produknya karena pengaturan tersebut diatur didalam peraturan pemerintah, namun apabila dibandingkan dengan sistem jaminan halal, maka dapat dijelaskan disini bahwa sistem jaminan halal adalah suatu sistem yang dipakai oleh perusahaan produsen makanan dan minuman halal untuk memelihara dan menjamin kehalalan produk mereka. Perusahaan yang akan meminta sertifikat halal dan yang sudah mendapatkan sertifikasi halal tersebut harus menyusun, mengembangkan dan menerapkan Sistem Jaminan Halal SJH untuk melengkapi sertifikasi halal yang diminta atau dimiliki. 63 Pengertian jaminan produk halal tidak jauh berbeda dengan pengertian sistem jaminan halal yang memiliki pengertian yaitu suatu sistem manajemen yang disusun, diterapkan, dan dipelihara oleh perusahaan pemegang sertifikat halal untuk menjaga keseimbangan proses produksi halal sesuai dengan ketentuan LPPOM MUI. 64 Sistem jaminan halal adalah sebuah ketentuan yang harus dibuat dalam bentuk tertulis dan didukung pelaksanaannya oleh kebijakan perusahaan. Sistem jaminan halal adalah sebuah aturan yang dibuat oleh Majelis Ulama Indonesia MUI sebagai petunjuk untuk menjamin proses produksi dan produk yang dihasilkan adalah halal. Dengan kata lain sistem jaminan halal adalah aturan tersendiri yang dibuat oleh MUI sebagai Lembaga Swadaya Masyarakat yang bertujuan untuk memberikan bimbingan dan tuntunan kepada umat Islam. 63 Tim Pengakaji Hukum Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia RI, Badan Pembinaan Hukum Nasional, Jakarta, Peran serta Masyarakat dalam Pemberian Informasi Produk Halal Jakarta:Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia RI, Badan Pembinaan Hukum Nasional,2011,hlm.84. 64 Lembaga Pengkaji Pangan ,Obat-obatan dan Kosmetika Majelis Ulama Indonesia,Panduan Umum Sistem Jaminan Halal LPPOM-MUI Jakarta:LPPOM-MUI,2008,hlm 7. Universitas Sumatera Utara Sistem ini dibangun, diatur dan dievaluasi oleh Tim Manajemen Halal yang dibuat oleh Pimpinan Perusahaan. Sistem ini adalah salah satu bentuk partisipasi perusahaan dalam bertanggung jawab terhadap kehalalan produk mereka. Tim terdiri dari semua bagian yang terlibat dalam aktivitas yang kritis bagi kehalalan produk. Perusahaan juga harus memiliki internal halal auditor, yaitu staf perusahaan yang bertanggung jawab langsung memlihara kehalalan produk mereka yang sudah bersertifikat halal. Salah satu persyaratan seorang auditor internal adalah beragama Islam di Indonesia dan memiliki kewanangan untuk menghentikan proses produksi apabila ada yang menyimpang dari persyaratan halal. 65 Sistem jaminan halal memiliki beberapa komponen, yaitu : 66 1. Kebijakan Halal Kebijakan Halal merupakan pernyataan tertulis tentang komitmen perusahaan untuk memproduksi produk halal secara konsisten, mencakup konsistensi dalam penggunaan dan pengadaan bahan baku, bahan tambahan dan bahan penolong serta konsistensi dalam proses produksi halal. 2. Panduan Halal Panduan Halal adalah panduan perusahaan dalam melaksanakan kegiatan untuk menjamin produk halal. 3. Organisasi Manajeman Halal 65 Tim Pengakaji Hukum Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia RI, Badan Pembinaan Hukum Nasional, op.cit. hlm 84-85 66 Ibid, hlm. 18-29 Universitas Sumatera Utara Manajemen Halal merupakan organisasi internal perusahaan yang mengelola seluruh fungsi dan aktivitas manajemen dalam menghasilkan produk halal. 4. Standard Operating Procedures SOP Standard Operating Procedures SOP adalah suatu perangkat instruksi yang dibakukan untuk menyelesaikan suatu proses kerja rutin tertentu. SOP dibuat agar perusahaan mempunyai prosedur baku untuk mencapai tujuan penerapan SJH yang mengacu kepada kebijakan halal perusahaan. 5. Acuan Teknis Pelaksanaan SJH dilakukan oleh bidang-bidang yang terkait dalam organisasi manajemen halal. 6. Sistem Administrasi Perusahaan harus mendisain suatu sistem administrasi terintegrasi yang dapat ditelusuri dari pemebelian bahan sampai dengan distribusi produk. 7. Sistem Dokumentasi Pelaksanaan SJH diperusahaan harus didukung oleh dokumentasi yang baik dan mudah diakses oleh pihak yang terlibat dalam proses produksi halal termasuk LPPOM MUI. 8. Sosialisasi SJH yang dibuat dan diimplementasikan oleh perusahaan harus disosialisasikan ke seluruh pemangku kepentingan perusahaan termasuk kepada pihak ketiga. 9. Pelatihan Universitas Sumatera Utara Perusahaan perlu melakukan pelatihan bagi seluruh jajaran pelaksana SJH. Untuk itu perusahaan harus mengidentifikasi kebutuhan pelatihan dalam periode waktu tertentu. 10. Komunikasi Eksternal dan Internal Perusahaan dalam melakukan SJH perlu melakukan komunikasi dengan berbagai pihak yang terkait baik secara internal maupun eksternal 11. Audit Internal Pemantauan dan evaluasi SJH pelaksanaanya diwujudkan dalam bentuk audit internal. 12. Tindakan Perbaikan Tindakan perbaikan atas pelaksanaan SJH dilakukan jika pada saat dilakukan audit halal internal ditemukan ketidaksesuaian pelaksanaanya. 13. Kaji Ulang Manajemen Kaji ulang manajemen atas SJH secara menyeluruh harus dilakukan dalam kurun waktu tertentu misalnya minimal 1 tahun sekali. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2014 tentang Jaminan Produk Halal seperti yang saat ini diakui belum sepenuhnya mengatur mengenai produk halal seperti halnya yang diatur dalam sistem jaminan produk halal tersebut. Penyelenggaraan JPH dilakukan dengan berasaskan : 67 1. Perlindungan ; 2. Keadilan ; 3. Kepastian hukum ; 67 Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2014 tentang Jaminan Produk Halal Pasal 2. Universitas Sumatera Utara 4. Akuntabilitas dan transparansi ; 5. Efektivitas dan efisiensi; dan 6. Profesionalitas Pengaturan mengenai jaminan produk halal apabila dibandingkan dengan sistem jaminan produk halal dapat dikatakan belum terlalu luas, hal tersebut sangat beralasan karena peraturan mengenai jaminan produk halal merupakan peraturan baru dan badan-badan yang diberikan kewenangan untuk menyelenggarakan jaminan produk halal seperti BPJPH belum dibentuk. Sedangkan dalam sistem jaminan produk halal, badan yang berhak menyelenggarakan sertifikasi halal dilakukan oleh Lembaga Pengkajian Obat-obatan dan Kosmetik Majelis Ulama Indonesia LPPOM MUI yang sekaligus adalah pencetus sistem ini. Selain itu, peraturan yang tidak kalah penting terkait Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2014 tentang Jaminan Produk Halal yaitu Peraturan Pemerintah, oleh karenanya kekurangan dari jaminan produk halal adalah dalam hal pengaturan jika dibandingkan dengan sistem jaminan halal. Akan tetapi pada sistem jaminan halal, sertifikasi halal atas produk yang diproduksi oleh suatu perusahaan dilakukan dengan cara sukarela. Sehingga ketika berlakunya sistem jaminan halal menyebabkan tidak semua perusahaan mau untuk mendaftarkan produk yang mereka produksi karna peraturan tersebut bersifat sukarela. Sementara setelah keluarnya Undang-Undang Jaminan Produk Halal, maka hal mengenai sertifikasi halal adalah wajib untuk dilakukan oleh setiap pelaku usaha termasuk produsen produk farmasi. Universitas Sumatera Utara

B. Bahan dan Proses Produk Halal

Dokumen yang terkait

Pemberian Jaminan Produk Halal Terhadap Konsumen Muslim Ditinjau Dari Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2014 Tentang Jaminan Produk Halal

1 79 111

Perlindungan hukum bagi konsumen Muslim terkait penyelesaian sengketa sebelum dan sesudah disahkannya undang-undang nomor 33 tahun 2014 tentang janinan produk halal

2 76 0

HAK CIPTA SEBAGAI JAMINAN FIDUSIA DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG NOMOR 28 TAHUN 2014 TENTANG HAK CIPTA DAN UNDANG-UNDANG NOMOR 49 TAHUN 1999 TENTANG JAMINAN FIDUSIA.

0 0 10

UNDANG- UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2 014 TENTANG JAMINAN PRODUK HALAL

0 0 40

Perlindungan Hukun Terhadap Produsen Farmasi Pada Era Pasar Tunggal ASEAN Ditinjau Dari Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2014 Tentang Jaminan Produk Halal

0 0 7

Perlindungan Hukun Terhadap Produsen Farmasi Pada Era Pasar Tunggal ASEAN Ditinjau Dari Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2014 Tentang Jaminan Produk Halal

0 1 23

Perlindungan Hukun Terhadap Produsen Farmasi Pada Era Pasar Tunggal ASEAN Ditinjau Dari Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2014 Tentang Jaminan Produk Halal

0 1 6

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - Perlindungan Hukun Terhadap Produsen Farmasi Pada Era Pasar Tunggal ASEAN Ditinjau Dari Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2014 Tentang Jaminan Produk Halal

0 0 19

BAB II PENGATURAN PEMBERIAN JAMINAN PRODUK HALAL BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 33 TAHUN 2014 TENTANG JAMINAN PRODUK HALAL A. Kewajiban Muslim untuk Mengkonsumsi Produk Halal berdasarkan Al- quran dan Hadist - Pemberian Jaminan Produk Halal Terhadap Kons

1 1 37

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - Pemberian Jaminan Produk Halal Terhadap Konsumen Muslim Ditinjau Dari Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2014 Tentang Jaminan Produk Halal

0 0 15