Latar Belakang Perlindungan Hukun Terhadap Produsen Farmasi Pada Era Pasar Tunggal ASEAN Ditinjau Dari Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2014 Tentang Jaminan Produk Halal

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Masyarakat Ekonomi ASEAN MEA merupakan realisasi pasar bebas di Asia Tenggara yang telah dilakukan secara bertahap bermula KTT ASEAN di Singapura pada tahun 1992. 1 Para pemimpin ASEAN telah mendeklarasikan Masyarakat Ekonomi ASEAN MEA sebagai tujuan akhir integrasi ekonomi regional ASEAN sebagai bentuk tindaklanjut dari visi ASEAN 2020. 2 Indonesia saat ini berada pada era Masyarakat Ekonomi ASEAN MEA atau ASEAN Economic Community AEC yang sebelumnya telah disebutkan dalam Framework Agreement on Enhancing ASEAN Economic Cooperation pada tahun 1992 . Pada pertemuan tingkat Kepala Negara mengumumkan pembentukan suatu kawasan perdagangan bebas di ASEAN AFTA dalam jangka waktu 15 tahun. Kemudian dalam perkembangannya dipercepat menjadi tahun 2003 dan pada akhirnya dipercepat kembali menjadi tahun 2002, 3 yang ditandai dengan pergerakan arus barang , jasa , investasi dan modal yang bebas tanpa hambatan 4 1 . http:www.Kemenkeu.go.idpublikasiartikel150-artikel-keuangan-umum20545- masyarakat-ekonomi-ASEAN-dan-perekonomian-Indonesia. diakses pada tanggal 25 Februari 2016. 2 Sjamsul Arifin et.al I, Masyarakat Ekonomi ASEAN MEA2015, Jakarta:PT.Elex Media Komputindo,2008,hlm. 37. 3 http:www.tarif.depkeu.go.id diakses pada tanggal 25 Februari 2016. 4 Sjamsul Arifin et.al II, Kerja Sama Perdagangan Internasional , Jakarta:PT.Elex Media Komputindo,2004, hlm 174. Universitas Sumatera Utara MEA merupakan suatu bentuk integrasi masyarakat ASEAN dimana adanya perdagangan bebas diantara anggota - anggota ASEAN yang telah disepakati bersama negara - negara ASEAN seperti Indonesia, Malaysia, Filipina, Singapura, Thailand, Brunai Darussalam, Kamboja, Vietnam, Laos, dan Myanmar, untuk mengubah ASEAN menjadi kawasan yang stabil, makmur dan kompetitif. Tujuan dibentuknya MEA yaitu untuk meningkatkan stabilitas perekonomian dikawasan ASEAN, serta diharapkan mampu mengatasi masalah- masalah dibidang ekonomi antar negara-negara ASEAN. 5 Di samping itu era MEA juga diharapkan juga akan terjadi pembangunan ekonomi yang setara serta pengurangan kemiskinan dan kesenjangan sosial ekonomi 6 Perdagangan bebas adalah sebuah konsep ekonomi yang mengacu kepada penjualan produk antar negara tanpa tarif ekspor-impor atau hambatan perdagangan lainnya. Perdagangan bebas dapat didefinisikan sebagai tidak adanya hambatan buatan hambatan yang diterapkan pemerintah dalam perdagangan antara individual-individual dan perusahaan-perusahaan yang berada di negara berbeda. Dengan berlakunya era MEA maka persaingan usaha akan semakin ketat , maka dari itu negara - negara anggota MEA tersebut telah sepakat untuk mengubah wilayah ASEAN menjadi kawasan bebas aliran barang, jasa, investasi, permodalan, dan juga tenaga kerja. Untuk mengahadapi era perdagangan bebas seperti saat ini , salah satu cara untuk mampu bersaing adalah dengan mengahasilkan produk berupa barang dan jasa yang berkualitas agar produk yang dihasilkan dapat bersaing dengan barang yang diproduksi oleh negara lain. 5 http:www.tarif.depkeu.go.id, Op. Cit. 6 Ibid., hlm. 174. Universitas Sumatera Utara sehingga para pelaku usaha harus mampu bersaing dengan sesama pelaku usaha dari negara anggota MEA lainnya. Pelaku usaha adalah setiap orang perseorangan atau badan usaha , baik yang berbentuk badan hukum maupun yang bukan badan hukum yang didirikan dan berkedudukan atau melakukan kegiatan dalam wilayah hukum Negara Republik Indonesia, baik sendiri maupun bersama-sama melalui perjanjian menyelenggarakan kegiatan usaha dalam berbagai bidang ekonomi 7 . Pada dasarnya para pelaku usaha memproduksi produk yang dapat diklasifikasikan kedalam dua kelompok yaitu berupa barang dan jasa. Produk ialah segala sesuatu yang dapat ditawarkan ke pasar untuk diperhatikan , dimimliki ,digunakan, atau dikonsumsi yang dapat memuaskan keinginan dan kebutuhan konsumen. Menurut Fandy Tjiptono produk diklasifikasikan kedalam dua kelompok : 8 1. Barang Barang merupakan produk yang berwujud fisik, sehingga bisa dilihat, diraba, disentuh, dipegang, dan perlakuan fisik lainnya. a Barang yang terpakai habis atau tidak tahan lama adalah barang berwujud , biasanya habis dikonsumsi dalam satu atau beberapa kali pemakaian normal kurang dari satu tahun. b Barang tahan lama merupakan barang berwujud yang tidak bias bertahan sesuai umur ekonomisnya. Umumnya barang seperti ini membutuhkan jaminan garansi tertentu dari penjualnya. 2. Jasa 7 Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen, Pasal 1 Angka 3. 8 Fandy Tjiptono, Manajemen Pemasaran Yogyakarta:Andi,2002, hlm.98. Universitas Sumatera Utara Jasa merupakan aktivitas, manfaat, atas kepuasan yang ditawarkan untuk dijual. Contohnya bengkel reparasi, salon kecantikan, hotel, dan lain-lain. Menurut Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen, pelaku usaha dilarang memproduksi danatau memperdagangkan barang danatau jasa yang tidak mengikuti ketentuan berproduksi secara halal 9 Kehalalan suatu produk menjadi kebutuhan yang wajib di Indonesia karena sebagian besar masyarakat di Indonesia didominasi oleh umat Muslim, maka dari itu kehalalan suatu produk menjadi kebutuhan yang penting untuk mendapatkan perhatian dari pemerintah. Dalam era MEA negara-negara ASEAN telah mempersiapkan strateginya. Tak dapat dipungkiri bahwa arus ekonomi memiliki peluang yang besar terjadi di era ini. Salah satu hal yang penting adalah , sebagaimana pernyataan halal yang dicantumkan pada label produk yang dipasarkan. Hal ini bertujuan agar konsumen lebih merasa aman dalam mengkonsumsi dan menggunakan produk tersebut. Selain itu, konsumen juga mendapatkan jaminan bahwa produk tersebut tidak mengandung sesuatu yang tidak halal dan diproduksi dengan bahan dan melalui proses yang halal serta beretika. Karena bahan dan proses merupakan hal terpenting dalam suatu produk halal, maka produk halal tidak dapat dipisahkan dari bahan-bahan yang halal juga, namum bahan halal saja tidak cukup, harus pula diikuti dengan proses pembuatannya. Proses pembuatan produk halal harus benar-benar jauh dari hal- hal yang bersifat haram dalam arti kata proses pengelolaannya harus dibuat benar- benar bersih dari zat-zat yang mengandung unsur haram. 9 Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindunagn Konsumen Pasal 8. Universitas Sumatera Utara mengenai ketersedianya produk halal. Untuk itu dibutuhkan kesiapan badan sertifikat halal dalam memberikan jaminan produk halal kepada masyarakat. Pembentukan lembaga ini adalah tanggung jawab pemerintah terhadap masyarakat muslim dalam mentaati ajaran agamanya. Seperti pada Negara Malaysia, Jabatan Kemajuan Islam Malaysia JAKIM diputuskan menjadi satu- satunya lembaga halal di Malaysia. Hal ini dilakukan demi mengefektifkan standard halal dan mencegah kebingungan diantara kaum muslimin pada logo halal. Dewan Agama Islam dan JAKIM akan menjadi satu-satunya lembaga yang bertanggung jawab dalam mengeluarkan sertifikasi halal. 10 Perihal kehalalan produk juga diatur di Negara Thailand. Untuk menjamin kelancaran dan efisiensi urusan Halal Manajemen, dan untuk mengatur ukuran dan kontrol kualitas produk halal dan penggunaan logo halal, Komite Pusat Thailand telah mengeluarkan sebuah peraturan berupa Regulation of the Central Islamic Committee of Thailand Concering Halal Affair Operation of B.E 2552. Di Negara Singapura, perihal kehalalan adalah sesuatu yang penting untuk diterapkan, salah satu alasannya adalah dikarenakan kejelian masyarakat yang semakin peka terhadap kehalalan suatu produk. Majelis Ugama Islam Singapura MUIS adalah lembaga yang berwenang mengeluarkan sertifikat halal yang memegang penuh otoritas beragama Islam di Singapura. 11 10 Anonim, Kemudian, Negara Brunai Darussalam juga merupakan negara di kawasan ASEAN yang serius dalam pengaturan mengenai produk halal. Negara yang http:www.halalmui.orgnewMUIPage8308 diakses pada tanggal 6 Maret 2016. 11 Anonim, http:www.ngajikok.blogspot.co.id Produk Halal Thailand diakses pada tanggal 6 Maret 2016. Universitas Sumatera Utara terletak di pantai utara Pulau Kalimantan tersebut saat ini sedang membangun konsentrasi terbesar perusahaan yang memproduksi produk halal di dunia melalui Brunei Biolnnovation Corridor BIC yang dibentuk untuk mempromosikan perkembangan industri halal bersertifikat di Brunei dan berfokus pada produk makanan, kosmetik, farmasi, biotekologi dan logistik halal. 12 Hal serupa juga diatur pada negara anggota ASEAN lainnya seperti Kamboja. Sertifikasi dan pelayanan halal diterbitkan oleh Dewan Tertinggi Untuk Agama Islam Negeri Kamboja Mufti Kamboja. Lembaga ini bertujuan untuk memastikan bahwa umat Islam mengonsumsi produk halal dan sesuai dengan standar Islam. Di Vietnam, lembaga halal bernama Halal Vietnam HVN yang menawarkan sertifikat halal pada produk makanan. HVN memiliki tugas utama untuk memberikan merek halal pada produk dan jasa dari perusahaan publik. Negara Laos tidak memiliki lembaga sertifikat halal, akan tetapi dalam pengaturan tentang label dan kemasan pangan disebutkan bahwa simbol atau logo yang diakui oleh agama seperti halal dapat digunakan. Kemudian Negara Myanmar, negara ini merupakan negara yang minoritas penduduk muslim. Akan tetapi untuk melindungi masyarakat muslim, pengaturan mengenai kehalalan pada produk terkhusus makanan, Negara Myanmar banyak memiliki rumah makan halal. 13 Sebagaimana yang tercantum dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 UUD 1945 bahwa Negara berkewajiban melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan 12 Anonim, http:www.mirajnews.comid diakses pada tanggal 6 Maret 2016. 13 Anonim, http:www.ramadhanosepu.blogspot.co.id201603 . Lembaga Halal di era MEA diakses pada tanggal 7 Maret 2016. Universitas Sumatera Utara untuk mewujudkan kesejahteraan umum 14 Seiring dengan semakin mudahnya produk-produk asing masuk ke wilayah Indonesia terkait era MEA, namun tidak juga membuat segala jenis produk-produk tersebut bebas beredar dikarenakan kehalalan suatu produk menjadi kebutuhan yang wajib bagi umat muslim baik itu makanan, obat-obatan maupun barang-barang konsumsi lainnya. Maka dari itu diperlukan jaminan produk halal untuk mendapatkan jaminan bahwa produk tersebut tidak mengandung sesuatu unsur yang tidak halal dan di proses dengan cara yang halal juga. Oleh karena itu untuk melindungi konsumen muslim tersebut, dibentuklah suatu Undang-Undang untuk sebagai dasar legalitas atas produk halal yaitu Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2014 tentang Jaminan Produk Halal. Dalam Undang-Undang Jaminan Produk halal, yang dikatakan sebagai produk adalah Barang danatau Jasa yang terkait dengan makanan, minuman, obat, kosmetik, produk kimiawi, produk biologi, produk rekayasa genetika, serta barang gunaan yang dipakai, digunakan, dimanfaatkan oleh masyarakat. . Landasan ini juga dipertegas dalam Pasal 29 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 UUD 1945 yakni pada Pasal 2 yang menyatakan bahwa Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya masing-masing dan untuk beribadat menurut agamanya dan kepercayaannya itu. 15 14 Undang-Undang Dasar Republik Indonesia 1945,Pasal 29. 15 Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2014 Tentang Jaminan Produk Halal Pasal 1,angka 1. Universitas Sumatera Utara Pencantuman label halal adalah tanda kehalalan suatu produk. 16 Industri Farmasi adalah industri obat jadi dan industri baku obat . Obat merupakan suatu bahan atau paduan bahan-bahan yang dimaksudkan untuk digunakan dalam menetapkan diagnosis, mencegah, mengurangkan, menghilangkan, menyembuhkan penyakit atau gejala penyakit, luka atau kelainan badaniah dan rohaniah pada manusia atau hewan dan untuk memperelok atau Hal ini bertujuan agar konsumen lebih merasa aman dalam mengkonsumsi dan menggunakan produk tersebut. Sedangkan bagi produsen atau pelaku usaha, pencantuman label halal dapat membangun kepercayaan dan loyalitas konsumen terhadap produk tersebut karena produk yang bersertifikat halal lebih memiliki keunggulan kompetitif dibandingkan dengan produk yang tidak mencantumkan label halal tersebut. Tujuan dari Jaminan Produk Halal tersebut pada dasarnya untuk memberikan kenyamanan, keamanan, keselamatan, dan kepastian ketersediaan produk halal bagi masyarakat dalam mengkonsumsi dan menggunakan produk, dan meningkatkan nilai tambah bagi pelaku usaha untuk memproduksi dan menjual produk halal, oleh karena itu untuk menjamin dikonsumsinya produk halal bagi masyarakat di Indonesia, maka produk yang masuk, beredar, dan diperdagangkan di wilayah Indonesia wajib bersertifikasi halal termasuk juga dalam perdagangan produk-produk farmasi yang sebagian besar produk berupa obat-obatan yang masuk di wilayah Indonesia banyak yang di produksi oleh negara-negara lain. 16 Undang-Undang No.33 Tahun 2014 Tentang Jaminan Produk Halal Pasal 1 angka 11. Universitas Sumatera Utara memperindah badan atau bagian badan manusia. 17 Akan tetapi dalam dunia farmasi, banyak pelaku usaha yang memproduksi produk berupa obat yang mengandung bahan danatau dilakukan dengan proses yang tidak sesuai dengan standar kehalalan berdasarkan Undang-Undang Jaminan Produk Halal seperti penggunaan bahan yang berasal dari hewan yang pada dasarnya halal, kecuali yang diharamkan menurut syariat seperti penggunaan bangkai, darah, babi, dan hewan yang disembelih tidak sesuai dengan syariat. 18 Namun, apabila produsen obat tersebut harus menghilangkan bahan yang mengandung unsur haram dalam produk obat yang diproduksinya, maka hal tersebut akan mengurangi kualitas dari produk obat yang dihasilkan. Dengan demikian hal tersebut akan menyebabkan produsen obat menjadi enggan untuk memproduksi dan memasarkan produk tersebut karena kualitas dari produk yang dihasilkan tidak maksimal. Namun mengingat saat ini Indonesia telah memasuki era perdagangan bebas, dimana pergerakan arus barang, jasa, investasi dan modal yang bebas tanpa hambatan maka perlindungan hukum bagi pelaku usaha yang memproduksi produk farmasi pada era MEA dirasa diperlukan. Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan diatas maka penulis tertarik untuk membahas mengenai bagaimana pengaturan mengenai perdagangan di Indonesia serta perlindungan terhadap produsen farmasi di era Masyarakat ASEAN dan pengaturan mengenai produk halal berdasarkan Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2014 Tentang Jaminan Produk Halal. 17 Definisi Obat,http:WWW.academia.edu5429948FENISINI-OBAT diakses tanggal 6 Maret 2016 18 Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2014 tentang Jaminan Produk Halal Pasal 18 ayat 1. Universitas Sumatera Utara

B. Rumusan Masalah

Dokumen yang terkait

Pemberian Jaminan Produk Halal Terhadap Konsumen Muslim Ditinjau Dari Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2014 Tentang Jaminan Produk Halal

1 79 111

Perlindungan hukum bagi konsumen Muslim terkait penyelesaian sengketa sebelum dan sesudah disahkannya undang-undang nomor 33 tahun 2014 tentang janinan produk halal

2 76 0

HAK CIPTA SEBAGAI JAMINAN FIDUSIA DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG NOMOR 28 TAHUN 2014 TENTANG HAK CIPTA DAN UNDANG-UNDANG NOMOR 49 TAHUN 1999 TENTANG JAMINAN FIDUSIA.

0 0 10

UNDANG- UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2 014 TENTANG JAMINAN PRODUK HALAL

0 0 40

Perlindungan Hukun Terhadap Produsen Farmasi Pada Era Pasar Tunggal ASEAN Ditinjau Dari Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2014 Tentang Jaminan Produk Halal

0 0 7

Perlindungan Hukun Terhadap Produsen Farmasi Pada Era Pasar Tunggal ASEAN Ditinjau Dari Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2014 Tentang Jaminan Produk Halal

0 1 23

Perlindungan Hukun Terhadap Produsen Farmasi Pada Era Pasar Tunggal ASEAN Ditinjau Dari Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2014 Tentang Jaminan Produk Halal

0 1 6

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - Perlindungan Hukun Terhadap Produsen Farmasi Pada Era Pasar Tunggal ASEAN Ditinjau Dari Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2014 Tentang Jaminan Produk Halal

0 0 19

BAB II PENGATURAN PEMBERIAN JAMINAN PRODUK HALAL BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 33 TAHUN 2014 TENTANG JAMINAN PRODUK HALAL A. Kewajiban Muslim untuk Mengkonsumsi Produk Halal berdasarkan Al- quran dan Hadist - Pemberian Jaminan Produk Halal Terhadap Kons

1 1 37

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - Pemberian Jaminan Produk Halal Terhadap Konsumen Muslim Ditinjau Dari Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2014 Tentang Jaminan Produk Halal

0 0 15