hukum yang diaturnya dalam Undang-Undang Jaminan Produk Halal dan Undang-Undang Perlindungan Konsumen. Selain hak-hak yang terlindungi,
produk yang diproduksi juga mendapat perlindungan dengan adanya sertifikasi halal tersebut yang membuat konsumen mau menggunakan produk tersebut serta
merasa aman sehingga produk tersebut dapat bersaing dengan produk dari negara- negara lain terkait era MEA.
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan uraian-uraian pembahasan pada bab-bab sebelumnya yang dikaitkan dengan permasalahan, maka dirumuskan kesimpulan sebagai berikut :
1. Pengaturan mengenai perdagangan di Indonesia diatur dalam Undang-
Undang Nomor 7 Tahun 20014 tentang Perdagangan. Kegiatan perdagangan merupakan penggerak utama dalam pembangunan
Universitas Sumatera Utara
perekonomian nasional yang dapat memberikan daya dukung dalam meningkatkan produksi dan memeratakan pendapatan serta memperkuat
daya saing produk dalam negeri. Sistem perdagangan di Indonesia bersifat terbuka. Dengan sistem perdagangan yang terbuka membuat kerjasama
perdagangan Indonesia dengan negara lain juga semakin terbuka. Dengan berlakunya era MEA membawa perubahan seperti pada prosedur bea cukai
yang lebih sederhana dalam hal ekspor dan impor. Impor produk farmasi seperti obat-obatan diberikan pembebasan atas bea masuk atas impor obat-
obatan yang dibiayai dengan menggunakan anggaran pemerintah untuk kepentingan masyarakat dan Badan Pengawas Obat dan Makanan atau
BPOM betugas mengawasi peredaran obat-obatan, kosmetik dan makanan yang beredar di wilayah Indonesia.
2. Pengaturan mengenai Jaminan Produk Halal berdasarkan Undang-Undang
Nomor 33 Tahun 2014 tentang Jaminan Produk Halal memiliki dua hal yang saling berkaitan yaitu mengenai Sertifikasi Halal dan Labelisasi.
Dimana hal tersebut adalah kewajiban yang harus dilakukan oleh setiap pelaku usaha. Dengan lahirnya Undang-Undang Jaminan Produk Halal
maka peran MUI dalam mengeluarkan Sertifikasi Halal dan Labelisasi akan berakhir setelah Undang-Undang Jaminan Produk Halal berjalan efektif dan
kewenangan mengenai pemberian jaminan produk halal dilaksanakan oleh Badan Penyelenggara Jaminan Produk Halal atau disingkat BPJPH sesuai
dengan ketentuan Pasal 6 Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2014 tentang Jaminan Produk Halal. Bahan-bahan yang diharamkan dalam Undang-
Universitas Sumatera Utara
Undang Jaminan Produk Halal antara lain penggunaan bangkai, darah, babi, dan juga hewan yang disembelih tidak sesuai dengan Syariat Islam. Lokasi
dan tempat penyembelihan, penyimpanan, dan pengemasan produk halal dan tidak halal dilakukan ditempat yang berbeda.
3. Dengan keluarnya Undang-Undang Jaminan Produk Halal yang
mewajibkan bagi setiap pelaku usaha untuk melakukan sertifikasi halal, maka hal tersebut akan memberikan dampak yang buruk bagi produsen
farmasi karena pada kenyataannya obat-obatan yang beredar berpeluang mengandung bahan yang diharamkan atau najis. Berdasarkan hal tersebut
perlindungan bagi para produsen farmasi diperlukan. Perlindungan tersebut berupa pengecualian bagi produsen farmasi yang memproduksi obat dari
bahan yang berasal dari hewan yang diharamkan, diberikan pengecualian dari pengajuan sertifikasi halal seperti terdapat dalam Pasal 26 Undang-
Undang Jaminan Produk Halal.
B. Saran