Kesepakatan Masyarakat Ekonomi ASEAN Mengenai Bidang

A. Kesepakatan Masyarakat Ekonomi ASEAN Mengenai Bidang

Farmasi Masyarakat Ekonomi ASEAN MEA atau ASEAN Economic Community AEC merupakan konsep yang mulai digunakan dalam Declaration of ASEAN Concord II Bali Concord II , Bali, Oktober 2003. 118 MEA adalah salah satu pilar perwujudan ASEAN Vision , bersama-sama dengan ASEAN Security Community ASC dan ASEAN Socio-Cultural community ASCC. 119 Mengingat pentingnya perdagangan eksternal bagi kawasan ASEAN dan strategi pembangunan ekonomi di Negara ASEAN yang outward looking, cetak biru MEA memuat empat kerangaka kerja atau pilar MEA, yaitu : Pembentukan MEA dilakukan melalui empat kerangka strategis, yaitu pencapaian pasar tunggal dan kesatuan basis produksi, kawasan ekonomi yang berdaya saing , pertumbuhan ekonomi yang merata dan terintegrasi dengan perekonomian global. 120 1. ASEAN sebagai pasar tunggal dan basis produksi internasional dengan elemen aliran bebas barang, jasa, investasi, tenaga kerja terampil,dan aliran modal yang lebih bebas. 2. ASEAN sebagai kawasan dengan daya saing ekonomi yang tinggi dengan elemen peraturan kompetisi, perlindungan konsumen, hak atas kekayaan intelektual, pengembangan infrastruktur, perpajakan dan e-commerce. 3. ASEAN sebagai kawasan dengan perkembangan ekonomi yang merata dengan elemen pengembangan usaha kecil dan menengah , dan prakarsa 118 Sjamsul Arifin et.al I, Op. Cit.hlm 9. 119 Ibid. 120 Ibid hlm 16. Universitas Sumatera Utara integrasi ASEAN untuk negara-negara CLMV yang termuat dalam Initiative for ASEAN Integration. 4. ASEAN sebagai kawasan yang terintegrasi secara penuh dengan perekonomian global dengan elemen pendekatan koheren dengan ekonomi di luar kawasan, dan meningkatkan peran serta dalam jejaring produksi global. Keempat pilar tersebut saling berkaitan dan mendukung satu sama lain. Keterkaitan keempat pilar MEA tersebut membutuhkan koordinasi, konsistensi dan kesatuan arah elemen-elemen dari setiap pilar, dimulai dari perencanaan sampai dengan tahap implementasi. Untuk menjamin hal tersebut maka keempat pilar perlu didukung oleh riset, capacity building dan efektivitas kelembagaan ASEAN, serta komitmen kuat tiap negara. Era Masyarakat Ekonomi ASEAN MEA yang berlangsung seperti saat ini bukanlah suatu hal yang tiba-tiba terjadi melainkan telah dirancang dan dipersiapkan bertahun-tahun sejak awal tahun 2003. Berbagai langkah persiapan telah dilakukan namum pada kenyataannya kesiapan suatu negara anggota MEA bergantung pada usaha dari masing-masing negara. Saat ini terdapat 12 sektor prioritas yang diintegrasikan dalam perdagangan di ASEAN yakni : 121 1. Produk berbasis kayu wood based products 2. Otomotif Automotives 3. Produk berbasis karet Rubber based products 4. Tekstil dan pakaian Textiles and Apparels 121 Anonim, http:www.pom.go.id badan pengawas obat dan makanan,diakses tanggal 22 Maret 2016. Universitas Sumatera Utara 5. Produk berbasis pertanian Agro based products 6. Perikanan Fisheries 7. Elektronik Electronics and Electricity 8. e-ASEAN 9. Produk terkait dengan pelayanan kesehatan Healthcare 10. Transportasi udara Air travel 11. Pariwisata Tourism 12. Logistik Logistics Didalam ASEAN Economic Community BluePrint 2015 terdapat hal-hal yang menjadi fokus utama dan pembagian-pembagiannya pada era MEA. Mengenai bidang farmasi sendiri memang tidak diatur secara rinci didalam ASEAN Economic Community BluePrint 2015 melainkan masuk dalam bidang Healthcare. Didalam kesepakatan tersebut berisikan “ASEAN will continue to promote the development of a strong healthcare industry that will contribute to better healthcare facilities, product and serviceto meet the growing demand of affordable and quality healthcare in the region. The development of the healthcare industry in the region will include traditional knowledge and medicine, taking into account the importance of effective and genetic resourch, traditional knowledge, and traditional cultural expressions. Strategic measures include the following: 122 122 ASEAN Economic Community Blue Print 2015 . Universitas Sumatera Utara 1. Continue opening up of private healthcare market dan Public-Privat Partnership PPP investement inprovision of Universal healthcare in the region ; 2. Further harmonization of standards and conformance in healthcare product and service, such as common technical document required for registration processes and nutrition labeling ; 3. Promote sector with high-growth potential such as health tourism and e-healthcare system of each ASEAN member state ; 4. Promote strong health insurance system in the region ; 5. Futher facilitate the mobility of healthcare professionals in the region 6. Enhance further the development of ASEAN regulatory framework on traditional medicines and health supplements, thourgh the setting of appropriate guidelines of framework ; and 7. Continue to develop and issue new healthcare product derictives to further facilitate trade in healthcare product in the region”. Dari kesepakatan tersebut, fokus MEA pada bidang farmasi atau pada produk obat-obatan dapat dilihat pada poin 6 yang bertujuan untuk lebih meningkatkan pengaturan mengenai pengembangan terkait obat tradisional dan obat-obatan lainnya. Perkembangan kondisi jasa pelayanan kesehatan atau Healthcare dari masing-masing negara anggota ASEAN, terdapat 4 indikator yang dapat dipergunakan untuk melihat kondisi pelayanan kesehatan, yaitu : 123 123 Ibid. Universitas Sumatera Utara 1. Akses terhadap pelayanan kesehatan dasar ; 2. peranan sektor publik, sektor swasta, dan lembaga swadaya masyarakat dalam penyediaan jasa kesehatan ; 3. sumber pembiayaan bagi pelayanan kesehatan ; 4. kualitas jasa kesehatan. Pada dasarnya perdagangan jasa kesehatan bertujuan mendukung tercapainya tujuan kebijakan kesehatan masyarakat, yaitu tersedianya akses yang merata Equitable access, adanya kualitas pelayanan Efficient use of resource. Disamping itu untuk perbaikan sistem pelayanan kesehatan nasional, peningkatan perdagangan jasa kesehatan juga dapat berpengaruh positif pada peningkatan pendapatan, seiring dengan peningkatan produktivitas tenaga kerja yang sehat. 124 Menghadapi era MEA, industri farmasi di Indonesia sudah sedemikian rupa mempersiapkan diri. Bahkan sejauh ini industri farmasi di Indonesia optimis dalam menghadapi persaingan di era pasar bebas, rasa optimis inilah yaang membuat industri farmasi melihat banyak peluang yang akan tercipta pada era MEA seperti yang saat ini sedang berlangsung yaitu lapangan pekerjaan yang semakin luas, terjalinnya hubungan kerjasama dengan berbagai negara, serta dapat menaikkan jumlah ekspor obat-obatan ke berbagai negara merupakan beberapa keuntungan yang dapat diambil dari era MEA terkhusus pada bidang farmasi. 125 Adanya kebebasan pasar produk dalam ruang lingkup ASEAN akan membuat bersaingnya industri dalam menghasilkan produk dan menekan harga jual. Produk yang memiliki daya saing yang tinggi tentu akan lebih diminati pasar. 124 Sjamsul Arifin et.al,op.cit. hlm 143. 125 Anonim,http:kaderisasi dan kajian kefarmasian.wordpress.com 2015100241S diakses pada tanggal 29 Maret 2016. Universitas Sumatera Utara Perkembangan dan penelitian menuju arah pengembangan produk menjadi suatu poin penting di era MEA seperti saat ini. Demikian pula dengan industri farmasi, bidang farmasi di Indonesia merupakan salah satu sektor industri potensial dalam negeri yang juga harus terus mempersiapkan diri. Dengan bebasnya persaingan di era MEA, maka persaingan dalam industri farmasi dalam negeri tidak hanya akan bersaing dengan industri yang ada di dalam negeri saja melainkan juga dengan industri farmasi dari negara anggota ASEAN lainnya. Secara umum, dapat disimpulkan bahwa di kawasan ASEAN, pemerintah berperan penting dalam memaksimalkan sumber daya untuk pelayanan kesehatan dan menjamin penggunaan sumber daya tersebut secara efektif.

B. Kewajiban Produsen Farmasi Atas Kehalalan Produk Ditinjau Dari

Dokumen yang terkait

Pemberian Jaminan Produk Halal Terhadap Konsumen Muslim Ditinjau Dari Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2014 Tentang Jaminan Produk Halal

1 79 111

Perlindungan hukum bagi konsumen Muslim terkait penyelesaian sengketa sebelum dan sesudah disahkannya undang-undang nomor 33 tahun 2014 tentang janinan produk halal

2 76 0

HAK CIPTA SEBAGAI JAMINAN FIDUSIA DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG NOMOR 28 TAHUN 2014 TENTANG HAK CIPTA DAN UNDANG-UNDANG NOMOR 49 TAHUN 1999 TENTANG JAMINAN FIDUSIA.

0 0 10

UNDANG- UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2 014 TENTANG JAMINAN PRODUK HALAL

0 0 40

Perlindungan Hukun Terhadap Produsen Farmasi Pada Era Pasar Tunggal ASEAN Ditinjau Dari Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2014 Tentang Jaminan Produk Halal

0 0 7

Perlindungan Hukun Terhadap Produsen Farmasi Pada Era Pasar Tunggal ASEAN Ditinjau Dari Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2014 Tentang Jaminan Produk Halal

0 1 23

Perlindungan Hukun Terhadap Produsen Farmasi Pada Era Pasar Tunggal ASEAN Ditinjau Dari Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2014 Tentang Jaminan Produk Halal

0 1 6

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - Perlindungan Hukun Terhadap Produsen Farmasi Pada Era Pasar Tunggal ASEAN Ditinjau Dari Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2014 Tentang Jaminan Produk Halal

0 0 19

BAB II PENGATURAN PEMBERIAN JAMINAN PRODUK HALAL BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 33 TAHUN 2014 TENTANG JAMINAN PRODUK HALAL A. Kewajiban Muslim untuk Mengkonsumsi Produk Halal berdasarkan Al- quran dan Hadist - Pemberian Jaminan Produk Halal Terhadap Kons

1 1 37

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - Pemberian Jaminan Produk Halal Terhadap Konsumen Muslim Ditinjau Dari Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2014 Tentang Jaminan Produk Halal

0 0 15