Pembebasan Bea Masuk atas impor obat-obatan

baru. Surat persetujuan Impor atas Barang dalam keadaan tidak baru sebagaimana dimaksud pada Pasal 47 diserahkan pada saat menyelesaikan kewajiban pabean sesuai dengan ketentuan Peraturan Perundang-Undangan di bidang Kepabeanan. 41

B. Pembebasan Bea Masuk atas impor obat-obatan

Penjelasan lebih lanjut mengenai bidang eskpor dan impor akan dibahas lebih jelas dalam sub bab berikutnya. Pesatnya perkembangan industri dan perdagangan menimbulkan tuntutan masyarakat agar pemerintah dapat memberikan kepastian hukum dalam dunia usaha. Pemerintah khususnya Direktorat Jenderal Bea dan Cukai DJBC yang berfungsi sebagai fasilitator perdagangan harus dapat membuat proses bisnis dan regulasi yang dapat mengantisipasi perkembangan dalam masyarakat dalam rangka memberikan pelayanan dan pengawasan yang lebih cepat, lebih baik, dan lebih murah. 42 Dalam menjalankan tugasnya, DJBC memiliki fungsi, yaitu : 43 1. Melindungi masyarakat dari masuknya barang-barang berbahaya dan memberantas penyelundupan Community Protector ; 2. Melindungi industri di dalam negeri dari masuknya barang-barang impor yang membuat persaingan yang tidak sehat Industrial Assistance ; 3. Memberikan fasilitas perdagangan dan mendorong kelancaran lalu lintas barang Trade Facilitator ; 41 Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2014 tentang Perdagangan Pasal 48 42 Anonim, http:www.beacukaimedan.netberita44201-Sekilas-tentang-masyarakat- ekonomi-asean diakses pada tanggal 14 Maret 2016. 43 Ibid. Universitas Sumatera Utara 4. Memungut bea masuk dan pajak dalam rangka impor secara maksimal untuk kepentingan penerimaan uang negara Revenue Collector. Setelah berlakukanya era MEA terdapat beberapa perubahan pada sistem perdagangan , diantaranya yaitu : 44 1. Prosedur bea cukai lebih sederhana. Salah satu poin utama MEA yaitu free flow of goods, yang berarti tidak ada hambatan tariff barier, selain itu DJBC juga akan melaksanakan ASEAN single window sehingga akan mempermudah segala proses ekspor impor antar negara ASEAN. 2. Adanya sistem Self-Certification. Sistem self certification adalah sistem yang memungkinkan pengekspor menyatakan keaslian produk mereka sendiri dan menikmati tarif preferensial. Hal ini disebutkan dalam Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 178PMK.042013 tanggal 9 Desember 2013 tentang pengenaan Tarif Bea Masuk . 3. Harmonisasi standar produk. ASEAN akan memberlakukan sistem harmonisasi produk industri. Sehingga saat ini terdapat 7 jenis produk yang menjadi prioritas harmonisasi, yaitu : a. Produk karet ; b. Obat Tradisional ; 44 Ibid. Universitas Sumatera Utara c. Kosmetik ; d. Pariwisata ; e. Sayur dan buah segar ; f. Budidaya perikanan ; g. Ternak. Tarif atau bea merupakan kebijakan pembebanan pajak atas barang-barang impor atau barang yang masuk ke Indonesia. Kebijakan ini ditetapkan untuk meningkatkan sumber penerimaan negara dalam bentuk devisa. 45 Menurut Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2006 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1995 tentang Kepabeanan Pasal 1, pengertian Kepabeanan adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan pengawasan atas lalu lintas barang yang masuk atau keluar daerah pabean serta pemungutan bea masuk dan bea keluar. Sedangkan yang dimaksud Daerah pabean adalah wilayah Republik Indonesia yang meliputi wilayah darat, perairan dan ruang udara di Tujuan utama dari pembebanan tarif atau biaya atas barang-barang impor adalah untuk melindungi industri dalam negeri ditengah-tengah serbuan produk impor. Dengan masuknya produk-produk impor menambah persaingan dalam penjualan barang dan jasa. Maka dari itu pemerintah perlu menetapkan kebijakan atas barang impor yaitu dengan kebijakan tarif. Adanya penggenaan tarif ini menyebabkan harga barang impor menjadi lebih mahal. Kondisi ini diharapkan agar masyarakat urung untuk membeli produk-produk impor dan lebih memilih produk dalam negeri. 45 Anonim, http:www.ipapedia.web.id201501KebijakanImporDalamPerdagangan diakses pada tanggal 16 Maret 2016. Universitas Sumatera Utara atasnya, serta tempat-tempat tertentu di Zona Ekonomi Eksklusif dan landas kontinen yang didalamnya berlaku Undang-Undang ini. Pembebasan bea masuk adalah peniadaan pembayaran bea masuk yang diwajibkan sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Kepabeanan Pasal 25. Undang-Undang Kepabeanan mengatur mengenai hal ini, yaitu pembebasan bea masuk yang bersifat mutlak , artinya, jika persyaratan yang diatur dalam pasal ini dipenuhi maka barang yang diimpor tersebut diberi pembebasan. 46 Menurut Pasal 25, Pembebasan bea masuk diberikan atas impor : 47 1. Barang perwakilan negara asing beserta para pejabatnya yang bertugas di Indonesia berdasarkan asas timbal balik ; 2. Barang untuk kepentingan badan internasional beserta pejabatnya yang bertugas di Indonesia ; 3. Buku ilmu pengetahuan ; 4. Barang kiriman hadiahhibah untuk keperluan ibadah untuk umum, amal, sosial, kebudayaan, atau untuk kepentingan penanggulangan bencana alam ; 5. Barang untuk keperluan museum, kebun binatang, dan tempat lain semacam itu yang terbuka untuk umum serta barang untuk konservasi alam. Kemudian, terkait impor produk farmasi berupa obat-obatan diberikan pembebasan atas Bea Masuk Impor Obat-obatan yang dibiayai dengan menggunakan anggaran pemerintah yang diperuntukan bagi 46 Anonim, “Bea dan Cukai ”http:beacukaiku.wordpress.com20100512Ketentuan- Umum 47 Ibid. Universitas Sumatera Utara kepentingan masyarakat 48 . Anggaran pemerintah tersebut meliputi Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara APBN atau Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah APBD 49 1. Departemen Lembaga pemerintah non departemen yang terkait dengan penanganan program kesehatan ; . Dalam Pasal 3 Peraturan Menteri Keuangan Nomor 102 PMK.04 2007, impor obat yang dibiayai dengan menggunakan anggaran pemerintah yang meliputi anggaran APBN dan ABPD dilaksanakan oleh : 2. Dinas yang menangani bidang kesehatan ; 3. Rumah Sakit ; atau 4. Pihak ketiga berdasarkan perjanjiankontrak kerja antara departemenlembaga pemerintah non departemen dengan pihak ketiga. Sesuai dengan Surat Keputusan Kepala Badan POM No. HK.00.05.1.3459 tentang Pengawasan Pemasukan Obat Impor, yang berhak memasukan obat impor dalam bentuk obat jadi untuk masuk wilayah Indonesia adalah Industri Farmasi atau Pedagang Besar Farmasi sebagai Pendaftar yang telah memiliki izin edar atas Obat Impor dari Kepala BPOM. Kemudian, dalam hal terkait impor obat dalam bentuk bahan baku untuk dapat masuk ke wilayah Indonesia, maka sesuai dengan Surat Keputusan Kepala Badan BPOM No.HK.00.05.1.3460 tentang Pengawasan Bahan Baku Obat, yang berhak untuk memasukkan bahan baku obat kedalam 48 Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor. 102 PMK.042007 Pasal 2 ayat 1. 49 Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia, Nomor. 102 PMK 04 2007 Pasal 2 ayat 2. Universitas Sumatera Utara wilayah Indonesia adalah Industri Farmasi atau Pedagang Besar Bahan Baku Farmasi yang memiliki ijin sesuai dengan ketentuan peraturan Perundang- undangan yang berlaku. Untuk mendapatkan pembebasan bea masuk atas impor obat, maka importir sebagaimana yang telah disebutkan diatas harus mengajukan permohonan pembebasan bea masuk kepada Menteri Keuangan Republik Indonesia melalui Direktur Jenderal Bea dan Cukai 50 1. Undang-Undang RI No.36 Tahun 2009 tentang Kesehatan , yang kemudian memberikan persetujuan atau penolakan. Peraturan atas Impor Produk berupa Obat-obatan diatur juga oleh beberapa Peraturan Perundang-Undangan, yaitu : Undang-Undang ini membahas mengenai upaya kesehatan, sediaan farmasi, pengamanan makanan dan minuman, serta pemberantasan dan penyembuhan penyakit. Sediaan farmasi adalah hal yang terkait dengan ketersediaan obat, bahan obat, obat tradisional, dan juga kosmetika. Terkait dengan impor obat-obatan, dalam hal ini pemerintah bertanggung jawab atas ketersediaan seluruh fasilitas kesehatan baik fisik maupun sosial bagi masyarakat untuk memperoleh derajat kesehatan yang setinggi-tingginya. Seperti yang terdapat dalam Pasal 36 ayat 1 Undang-Undang Kesehatan menyebutkan bahwa ketersediaan, pemerataan, dan keterjangkauan perbekalan kesehatan, terutama obat esensial merupakan tanggung jawab 50 Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia, Nomor. 102 PMK 042007 Pasal 4 ayat 1. Universitas Sumatera Utara pemerintah. Pemerintah menyusun daftar dan jenis obat yang secara esensial harus tersedia bagi kepentingan masyarakat. 51 2. Undang-Undang RI No.8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen. pengelolaan perbekalan kesehatan dilakukan agar kebutuhan dasar masyarakat akan perbekelan kesehatan masyarakat terpenuhi. Pada Undang-Undang ini dijabarkan mengenai perlindungan konsumen yang diberikan oleh negara terhadap konsumen dikarenakan mengkonsumsi obat-obatan serta sanksi-sanksi yang dapat diberikan kepada importer obat yang telah merugikan konsumen. Sesuai dengan Pasal 3 Undang-Undang Perlindungan Konsumen tujuan dari Perlindungan ini adalah : a. Meningkatkan kesadaran, kemampuan dan kemandirian konsumen untuk melindungi diri ; b. Mengangkat harkat dan martabat kosumen dengan cara menghindarkannya dari akses negatif pemakaian barang danatau jasa ; c. Meningkatkan pemberdayaan konsumen dalam memilih, menentukan, dan menuntut hak-haknya sebagai kosumen ; d. Menciptakan sistem perlindungan konsumen yang mengandung unsur kepastian hukum dan keterbukaan informasi serta akses untuk mendapatkan informasi ; 51 Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan Pasal 40 ayat 1. Universitas Sumatera Utara e. Menumbuhkan kesadaran pelaku usaha mengenai pentingnya perlindungan konsumen sehingga tumbuh sikap yang jujur dan bertanggung jawab dalam berusaha ; f. Meningkatkan kualitas barang danatau jasa yang menjamin kelangsunngan usaha produksi barang danatau jasa, kesehatan, kenyamanan, kemanan, dan keselamatan konsumen. Ketentuan untuk pembebasan bea masuk tertuang dalam Peraturan 3. Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan RI No. Hk.00.05.1.3459 tentang Pengawasan Pemasukan Obat Impor. Peraturan ini berisikan ketentuan-ketentuan mengenai cara impor produk obat, izin impor maupun pendaftaran obat. Bahkan pada peraturan ini juga tedapat cara-cara memperoleh izin edar bagi pelaku usaha atau importer obat. Diperjelas didalam Pasal 2, 3, 4 dan 5 bahwa yang berhak memasukkan obat impor kedalam wilayah Indonesia adalah industri farmasi atau pedagang besar farmasi sebagai pendaftar yang telah memiliki izin edar atas obat impor dari kepala BPOM dan pemasukan obat impor oleh industri farmasi atau pedagang besar farmasi. Selain harus mengikuti ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku dibidang impor juga harus mendapatkan persetujuan pemasokan obat impor dari kepala BPOM. Adapun persetujuan untuk memasukan obat impor adalah : Universitas Sumatera Utara 1. Persetujuan pemasukan obat impor diberikan atas dasar permohonan. 2. Setiap permohonan hanya berlaku untuk 1 satu kali pemasukan. 3. Permohonan diajukan secara tertulis kepada kepala BPOM. 4. Proses persetujuan pemasukan obat impor diberikan dalam waktu selambat-lambatnya 1 satu hari kerja.

C. Pengawasan Pemasukan Obat Impor Oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan

Dokumen yang terkait

Pemberian Jaminan Produk Halal Terhadap Konsumen Muslim Ditinjau Dari Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2014 Tentang Jaminan Produk Halal

1 79 111

Perlindungan hukum bagi konsumen Muslim terkait penyelesaian sengketa sebelum dan sesudah disahkannya undang-undang nomor 33 tahun 2014 tentang janinan produk halal

2 76 0

HAK CIPTA SEBAGAI JAMINAN FIDUSIA DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG NOMOR 28 TAHUN 2014 TENTANG HAK CIPTA DAN UNDANG-UNDANG NOMOR 49 TAHUN 1999 TENTANG JAMINAN FIDUSIA.

0 0 10

UNDANG- UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2 014 TENTANG JAMINAN PRODUK HALAL

0 0 40

Perlindungan Hukun Terhadap Produsen Farmasi Pada Era Pasar Tunggal ASEAN Ditinjau Dari Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2014 Tentang Jaminan Produk Halal

0 0 7

Perlindungan Hukun Terhadap Produsen Farmasi Pada Era Pasar Tunggal ASEAN Ditinjau Dari Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2014 Tentang Jaminan Produk Halal

0 1 23

Perlindungan Hukun Terhadap Produsen Farmasi Pada Era Pasar Tunggal ASEAN Ditinjau Dari Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2014 Tentang Jaminan Produk Halal

0 1 6

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - Perlindungan Hukun Terhadap Produsen Farmasi Pada Era Pasar Tunggal ASEAN Ditinjau Dari Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2014 Tentang Jaminan Produk Halal

0 0 19

BAB II PENGATURAN PEMBERIAN JAMINAN PRODUK HALAL BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 33 TAHUN 2014 TENTANG JAMINAN PRODUK HALAL A. Kewajiban Muslim untuk Mengkonsumsi Produk Halal berdasarkan Al- quran dan Hadist - Pemberian Jaminan Produk Halal Terhadap Kons

1 1 37

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - Pemberian Jaminan Produk Halal Terhadap Konsumen Muslim Ditinjau Dari Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2014 Tentang Jaminan Produk Halal

0 0 15