19 dengan cara diangin-anginkan terlebih dahulu, kemudian dikeringkan didalam
lemari pengering sampai simplisia rapuh. Sampel diserbukkan menggunakan blender sampai halus dan disimpan dalam wadah plastik yang tertutup rapat.
3.4 Pembuatan Pereaksi
3.4.1 Pereaksi Bouchardat
Sebanyak 4 g kalium iodida dilarutkan dalam air suling secukupnya kemudian ditambahkan 2 g iodida sedikit demi sedikit, cukupkan dengan air
suling sampai 100 ml Depkes RI, 1989.
3.4.2 Pereaksi Dragendorff
Sebanyak 0,8g bismut III nitrat dilarutkan dalam asam nitrat pekat 20 ml kemudian dicampurkan dengan larutan kalium iodida sebanyak 27,2g dalam 50ml
air suling, didiamkan sampai memisah sempurna. Larutan jernih diambil dan diencerkan dengan air suling secukupnya hingga 100 ml Depkes RI, 1989.
3.4.3 Pereaksi Mayer
Sebanyak 1,36g raksa II klorida dilarutkan dengan air suling hingga sebanyak 60 ml, pada wadah lain kalium iodida sebanyak 5g dilarutkan dalam
20ml air suling. Kedua larutan dicampurkan dan ditambahkan air suling hingga diperoleh larutan 100 ml Depkes RI, 1989.
3.4.4 Pereaksi Besi III Klorida 1
Sebanyak 1 g besi III klorida dilarutkan dalam air suling sampai 100 ml Ditjen POM, 1979.
3.4.5 Perekasi Molisch
Sebanyak 3 g α-naftol dilarutkan dalam asam nitrat 0,5 N hingga 100 ml Depkes RI, 1989.
3.4.6 Pereaksi Timbal II Asetat 0,4 M
Universitas Sumatera Utara
20 Timbal II asetat sebanyak 15,17g dilarutkan dalam air suling bebas CO
2
hingga 100 ml Depkes RI, 1989.
3.4.7 Pereaksi Asam Klorida 2 N
Sebanyak 17 ml asam klorida pekat diencerkan dengan air suling sampai 100 ml Depkes RI, 1989.
3.4.8 Pereaksi Natrium Hidroksida 2 N
Sebanyak 8 g pellet natrium hidroksida ditimbang, kemudian dilarutkan dalam air suling hingga 100 ml Depkes RI, 1989.
3.4.9 Pereaksi Liebermann-Burchard
Campur secara perlahan 5 ml asam asetat anhidrida dengan 5 ml asam sulfat pekat tambahkan etanol hingga 50 ml Depkes RI, 1989.
3.4.10 Kloralhidrat
Sebanyak 50 g kloralhidrat ditimbang lalu dilarutkan dalam 20 ml air suling Depkes RI, 1989.
3.5 Pemeriksaan Karakteristik Simplisia
Pemeriksaan karakteristik simplisia meliputi pemeriksaan makroskopik, mikroskopik, penetapan kadar air, penetapan kadar sari larut dalam air, penetapan
kadar sari larut dalam etanol, penetapan kadar abu total, penetapan kadar abu yang tidak larut dalam asam.
3.5.1 Pemeriksaan Makroskopik
Pemerikasaan makroskopik dilakukan terhadap simplisia dan daun sembung rambat segardengan mengamati bentuk, rasa dan warna.
3.5.2 Pemerikasaan Mikroskopik
Universitas Sumatera Utara
21 Pemeriksaan mikroskopik dilakukan terhadap serbuk simplisia daun
sembung rambat.Serbuk simplisia ditaburkan diatas objek glass yang telahditetesi dengan larutan kloralhidrat dan ditutup dengan kaca penutup, kemudian diamati di
bawah mikroskop.
3.5.3 Penetapan Kadar Air
Penetapan kadar air dilakukan dengan metode Azeotropi destilasi toluen. Alat terdiri dari labu alas bulat 500 ml, alat penampung, pendingin, tabung
penyambung dan tabung penerima. Cara penetapannya, yaitu: Pada labu bulat dimasukkan 200 ml toluena dan 2 ml air suling, didestilasi selama
2 jam. Destilasi dihentikan dan dibiarkan dingin selama 30 menit, kemudian volume air di dalam tabung penerima dibaca dengan ketelitian 0,05 ml. Kemudian
kedalam labu yang berisis toluen jenuh tersebut dimasukkan 5 g serbuk simplisia yang telah ditimbang saksama, lalu dipanaskan hati-hati selama 15 menit. Setelah
toluen mulai mendidih, kecepatan tetesan diatur lebih kurang 2 tetes per detik hingga sebagian air tersuling.Kemudian kecepatan dinaikkan hingga 4 tetes per
detik.Kemudian setelah semua air tersuling, bagian dalam pendingin dibilas dengan toluen.Destilasi dilanjutkan selama 5 menit, kemudian tabung penerima
dibiarkan mendingin sampai suhu kamar. Setelah air dan toluen memisah sempurna, volume air dibaca dengan ketelitian 0,05 ml. Selisih kedua volume air
yang dibaca sesuai dengan kandungan air yang terdapat dalam bahan yang diperiksa WHO, 1992. Kadar air dihitung dalam persen.
3.5.4 Penetapan Kadar Sari Larut dalam Air
Sebanyak 5 g serbuk simplisia, dimaserasi selama 24 jam dalam 100 ml air-kloroform 2,5 ml kloroform dalam air suling 1000 ml dalam labu bersumbat
sambil sesekali dikocok selama 6 jam pertama, dibiarkan selama 18 jam,
Universitas Sumatera Utara
22 kemudian disaring. Diuapkan 20 ml filtrat sampai kering dalam cawan penguap
yang berdasar rata yang telah dipanaskan dan ditara.Sisa dipanaskan pada suhu 105
⁰
C sampai bobot tetap.Kadar dalam air dihitung terhadap bahan yang telah
dikeringkan diudara Depkes RI, 1995. 3.5.5 Penetapan Kadar Sari Larut dalam Etanol
Sebanyak 5 g serbuk simplisia, dimaserasi selam 24 jam dalam etanol 96 dalam labu bersumbat sambil sesekali dikocok selama 6 jam pertama,
dibiarkan selama 18 jam, kemudian disaring. Diuapkan 20 ml filtrat sampai kering dalam cawan penguap yang berdasar rata yang telah dipanaskan dan ditara.Sisa
dipanaskan pada suhu 105
⁰
C sampai bobot tetap.Kadar sari larut dalam etanol dihitung terhadap bahan yang telah dikeringkan Depkes RI, 1995.
3.5.6 Penetapan Kadar Abu Total
Sebanyak 2 g serbuk simplisia yang telah digerus dan ditimbang seksama dimasukkan dalam krus porcelin yang telah dipijar dan ditara, kemudian
diratakan. Krus dipijar perlahan-lahan sampai arang habis, pemijaran dilakukan pada suhu 600
o
C selama 3 jam. Kemudian didinginkan dan ditimbang sampai diperoleh bobot tetap.Kadar abu dihitung terhadap bahan yang telah dikeringkan
diudara Depkes RI, 1995.
3.5.7 Penetapan Abu Tidak Larut dalam Asam
Abu yang telah diperoleh dalam penetapan kadar abu total dididihkan dengan 25 ml asam klorida encer selama 5 menit, bagian yang tidak larut dalam
asam dikumpulkan, disaring dengan kertas saring, dipijarkan, kemudian didinginkan dan ditimbang sampai bobot tetap. Kadar abu yang tidak larut dalam
asam dihitung terhadap bobot yang dikeringkan Depkes RI, 1995.
Universitas Sumatera Utara
23
3.6 Skrining Fitokimia