Pembuatan Stok Kultur Penyiapan Inokulum Pembuatan Larutan Uji Ekstrak n- Heksana, Etilasetat dan Etanol Hasil Identifikasi Tumbuhan Karakterisasi Simplisia

26

3.9 Pembuatan Media

3.9.1 Media Nutrien Agar NA

Komposisi: Bacto beef extract 3,0 g Bacto Peptone 5,0 g Bacto agar 15,0 g Sebanyak 28 g nutrien agar NA dimasukkan ke dalam erlemenyer tambahkan air suling 1000 ml, lalu dipanaskan sampai larut kemudian disterilkan di dalam autoklaf pada suhu 121 o C selama 15 menit Oxoid, 1998.

3.9.2 Media Nutrient Broth NB

Komposisi: Bacto beef extract 3,0 g Bacto peptone 5,0 g Sebanyak 8 g nutrien agar NA dimasukkan ke dalam erlemenyer tambahkan air suling 1000 ml, lalu dipanaskan sampai larut kemudian disterilkan di dalam autoklaf pada suhu 121 o C selama 15 menit Oxoid, 1998.

3.9.3 Pembuatan Media Agar Miring

Sebanyak 10 ml media nutrient agar yang sudah dicairkan dimasukkan ke dalam tabung reaksi steril, didiamkan pada temperatur kamar sampai memadat pada posisi miring membentuk sudut 30-45 o C. Kemudian disimpan dalam lemari pendingin pada suhu 5 o C Lay, 1994.

3.10 Pembuatan Stok Kultur

Biakan bakteriStaphylococcus aureus dari strain utama diambil dengan jarum ose lalu diinokulasikan pada permukaan media nutrient agar miring dengan cara menggores, kemudian diinkubasi dalam inkubator pada suhu 35±2 o C selama Universitas Sumatera Utara 27 18-24 jam. Hal yang sama dilakukan pada biakan bakteri Escherichia coliDitjen POM, 1995.

3.11 Penyiapan Inokulum

Koloni bakteri Staphylococcus aureus diambil dari stok kultur menggunakan jarum ose steril kemudian disuspensikan ke dalam 10 ml nutrient broth steril, lalu diinkubasikan pada suhu 35 ± 2 o C sampai didapat kekeruhan dengan transmitan 25 menggunakan spektrofotometer UV panjang gelombang 580 nm. Hal yang sama dilakukan untuk koloni bakteri Escherichia coliDitjen POM, 1995.

3.12 Pembuatan Larutan Uji Ekstrak n- Heksana, Etilasetat dan Etanol

dengan Berbagai Konsentrasi Ekstrak n-heksana daun sembung rambat ditimbang sebanyak 1g kemudian dilarutkan dengan dimetilsulfoksida DMSO dicukupkan sampai 2ml dan diperoleh konsentrasi ekstrak 500 mgmL.Selanjutnya dibuat pengenceran sampai diperoleh ekstrak dengan konsentrasi 400 mgmL, 300 mgmL, 200 mgml, 100 mgmL, 75 mgmL, 50 mgmL, dan 25 mgmL. Dilakukan prosedur yang sama terhadap ekstrak etilasetat dan ekstrak etanol.

3.13 Pengujian Aktivitas Antibakteri

Sebanyak 0,1 ml inokulum 10 6 CFUml dimasukkan ke dalam cawan petri steril, setelah itu dituang media NA yang telah dicairkan sebanyak 20 ml dengan suhu 45-50 o C dihomogenkan dan dibiarkan sampai media memadat. Pada media yang telah padat di letakkan kertas cakram yang telah direndam terlebih Universitas Sumatera Utara 28 dahulu di dalam larutan bahan uji ekstrak n-heksana dan blanko DMSO.Kemudian diinkubasi pada suhu 35±2 o C selama 18-24 jam.Selanjutnya diukur diameter daerah hambat disekitar larutan bahan uji dengan menggunakan jangka sorong. Dilakukan hal yang sama terhadap larutan bahan uji ekstrak etil asetat dan etanol. Percobaan ini dilakukan sebanyak tiga kali pengulangan Ditjen POM, 1995. Universitas Sumatera Utara 29

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil Identifikasi Tumbuhan

Identifikasi tumbuhan yang dilakukan di Pusat Penelitian Biologi-LIPI, Bogor, menyatakan bahwa tumbuhan yang digunakan dalam penelitian iniadalah Sembung Rambat Mikania micrantha Kunth. Hasil identifikasi tumbuhan dapat dilihat pada lampiran 1 halaman 38.

4.2. Karakterisasi Simplisia

Hasil pemeriksaan makroskopik terhadap simplisia daun sembung rambat yaitu diperoleh panjang 10-12cm dan lebar 5-7cm, berwarna hijau tua dan tidak berasa. Hasil pemeriksaan makroskopik dari daun sembung rambat segar yaitu daunnya merupakan daun tunggal, helaian daun berbentuk hati, ujung runcing, tepi bergerigi, pertulangan menyirip, panjang 10-13cm dan lebar 5-8cm, warna hijau, tidak berbau dan rasa pahit. Gambar daun segar dan simplisia sembung rambat dapat dilihat pada lampiran 2 dan 3 halaman 39-40. Hasil pemeriksaan mikroskopik memperlihatkan adanya stomata tipe anomositik, rambut penutup uniseluler, berkas pembuluhbentuk spiral, epidermis dan palisade. Hasil pemeriksaan mikroskopik dapat dilihat pada lampiran 4 halaman 41. Hasil pemeriksaan kadar air, kadar sari larut dalam air, kadar sari larut dalam etanol, kadar abu total dan kadar abu yang tidak larut dalam asam dapat dilihat pada Tabel 4.1 berikut ini dan untuk perhitungan karakterisasi simplisia dapat dilihat pada lampiran 8 halaman 49. Universitas Sumatera Utara 30 Tabel 4.1. Hasil pemeriksaan karakterisasi serbuk simplisia daun sembung rambat No Uraian Hasil 1 Kadar air 5,93 2 Kadar sari larut dalam air 33,38 3 Kadar sari larut dalam etanol 27,78 4 Kadar abu total 7,73 5 Kadar abu yang tidak larut dalam asam 0,98 Kadar air yang diperoleh telah memenuhi persyaratan MMI, yakni tidak lebih dari 10. Apabila kadar air simplisia lebih besar dari 10 maka simplisia tersebut akan lebih mudah ditumbuhi kapang pada saat penyimpanan sehingga mutu simplisia akan menurun. Hasil penetapan kadar sari menunjukkan bahwa simplisia daun sembung rambat lebih banyak mengandung senyawa yang larut dalam air dari pada yang larut dalam etanol. Penetapan kadar sari larut air dilakukan untuk mengetahui senyawa yang bersifat polar sedangkan kadar sari larut dalam etanol untuk mengetahui senyawa yang larut dalam etanol baik polar maupun non polar. Kadar sari larut dalam air lebih besar dari kadar sari larut dalam etanol karena senyawa yang bersifat polar lebih banyak larut dalam pelarut air dibandingkan pelarut etanol dan senyawa yang tidak larut didalam pelarut air akan larut didalam pelarut etanol. Air dapat melarutkan zat lain yang tidak diperlukan seperti gom, pati, protein dan lain-lain, hal ini yang menyebabkan tingginya kadar sari yang larut dalam air Depkes RI, 1989. Penetapan kadar abu dimaksudkan untuk mengetahui kandungan mineral internal dan eksternal yang merupakan residu dari luar seperti pasir dan tanah yang terdapat didalam sampel. Kadar abu tidak larut asam untuk menunjukkan jumlah silikat, khususnya pasir yang ada pada simplisia dengan cara melarutkan abu total dalam asam klorida WHO, 1992. Universitas Sumatera Utara 31

4.3. Hasil Penentuan Golongan Senyawa Kimia

Dokumen yang terkait

Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol, Fraksi n-Heksana dan Etilasetat Daun Mindi (Melia azedarach L.) terhadap Bakteri Staphylococcus aureus dan Escherichia coli

7 21 82

Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak n-Heksana, Etilasetat dan Etanol Daun Sembung Rambat (Mikania micrantha Kunth) Terhadap Bakteri Staphylococcus aureus Dan Escherichia coli

0 0 13

Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak n-Heksana, Etilasetat dan Etanol Daun Sembung Rambat (Mikania micrantha Kunth) Terhadap Bakteri Staphylococcus aureus Dan Escherichia coli

0 0 2

Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak n-Heksana, Etilasetat dan Etanol Daun Sembung Rambat (Mikania micrantha Kunth) Terhadap Bakteri Staphylococcus aureus Dan Escherichia coli

0 1 4

Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak n-Heksana, Etilasetat dan Etanol Daun Sembung Rambat (Mikania micrantha Kunth) Terhadap Bakteri Staphylococcus aureus Dan Escherichia coli

0 0 12

Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak n-Heksana, Etilasetat dan Etanol Daun Sembung Rambat (Mikania micrantha Kunth) Terhadap Bakteri Staphylococcus aureus Dan Escherichia coli

0 0 2

Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak n-Heksana, Etilasetat dan Etanol Daun Sembung Rambat (Mikania micrantha Kunth) Terhadap Bakteri Staphylococcus aureus Dan Escherichia coli

0 0 20

Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol, Fraksi n-Heksana dan Etilasetat Daun Mindi (Melia azedarach L.) terhadap Bakteri Staphylococcus aureus dan Escherichia coli

0 0 2

Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol, Fraksi n-Heksana dan Etilasetat Daun Mindi (Melia azedarach L.) terhadap Bakteri Staphylococcus aureus dan Escherichia coli

0 1 4

Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol, Fraksi n-Heksana dan Etilasetat Daun Mindi (Melia azedarach L.) terhadap Bakteri Staphylococcus aureus dan Escherichia coli

0 0 14