3. Memberikan kepastian hukum pada masyarakat, sehingga rakyat tahu sejauh
mana hak dan kewajibannya. 4.
Menghilangkan pajak ganda yang terjadi sebagai akibat dari berbagai undang- undang pajak yang sifatnya sama.
5. Memberikan penghasilan kepada daerah yang sangat diperlukan unuk
menegakkan otonomi daerah dan untuk pembangunan daerah.
B. Subjek dan Objek Pajak Bumi dan Bangunan
Menurut Pasal 7 ayat 1 Undang-Undang No. 28 Tahun 2009 Tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, menjelaskan mengenai Pajak Bumi dan
Bangunan Sektor Perkotaan dan Perdesaan sebagai berikut: Objek Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan adalah Bumi danatau Bangunan yang
dimiliki, dikuasai, danatau dimanfaatkan oleh orang pribadi atau Badan, kecuali kawasan yang digunakan untuk kegiatan usaha perkebunan, perhutanan, dan
pertambangan. Subjek pajak adalah orang atau badan yang secara nyata mempunyai suatu
hak atas bumi danatau memperoleh manfaat atas bumi danatau memiliki, menguasai, danatau memperoleh manfaat atas bangunan, antara lain pemilik,
penghuni, pengontrak, penggarap, pemakai dan penyewa.
23
Subjek pajak yang dikenakan kewajiban membayar pajak bumi dan bangunan PBB menjadi wajib pajak PBB. Apabilah suatu objek pajak belum
jelas diketahui wajib pajaknya misalnya suatu objek pajak yang masih dalam
23
Prabowo, Y. Akuntansi Perpajakan Terapan. Grasindo, Jakarta, 2004, hal 168.
Universitas Sumatera Utara
sengketa pemilikan di pengadilan, maka orang atau badan yang memanfaatkan objek pajak tersebut ditetapkan sebagai wajib pajak, selain itu misalnya subjek
pajak yang lama berada di luar wilayah letak objek pajak, sedang untuk merawat 25 objek pajak tersebut dikuasakan kepada orang atau badan, maka orang atau
badan yang dikuasakan itu dapat ditunjuk sebagai wajib pajak. Penunjukan sebagai wajib pajak oleh Dirjen Pajak bukan berarti bukti pemilikan hak.
Apabilah ada kejadian-kejadian yang tidak terduga maka Direktorat Jenderal Pajak dapat menetapkan subjek pajak sebagai wajib pajak.
Subjek pajak yang ditetapkan tersebut dapat memberikan keterangan secara tertulis kepada Direktorat Jederal Pajak bahwa ia bukan wajib pajak
terhadap objek pajak tersebut. Apabilah keterangan yang diajukan oleh wajib pajak disetujui, maka Direktorat Jenderal Pajak membatalkan penetapan sebagai
wajib pajak dalam jangka waktu 1 satu bulan sejak diterimanya surat keterangan tersebut. Tetapi apabilah tidak disetujui, maka Direktorat Jenderal Pajak
mengeluarkan surat keputusan penolakan dengan disertai alasan-alasannya. Apabilah 1 satu bulan sejak diterimanya surat keterangan tertulis itu dan tidak
ditanggapi oleh Dirjen Pajak maka keterangan yang diajukan itu dianggap disetujui dan wajib pajak gugur dengan sendirinya serta berhak mendapatkan
keputusan pencabutan penetapan sebagai wajib pajak. Subjek Pajak Bumi dan Bangunan adalah orangbadan hukum yang
secaranyata mempunyai suatu hak atas bumi, dan atau memperoleh manfaat atas bumi, dan atau memiliki menguasai dan atau memperoleh manfaat atas
Universitas Sumatera Utara
bangunan.
24
Subjek Pajak Bumi dan Bangunan adalah orang atau badan yang mempunyai kewajiban untuk melunasi PBB sesuai dengan ketentuan UU PBB.
Subjek PBB baru akan melunasi utang PBB apabila Subjek PBB tersebut secara nyata mempunyai suatu hak atas bumi dan bangunan dan atau
memperolehmanfaat atas bumi dan bangunan.
25
Subjek Pajak Bumi dan Bangunan adalah orang pribadiatau badan yang secara nyata mempunyai suatu hak atas bumi, danatau memperoleh manfaat atas
bumi, danatau memiliki, menguasai danatau memperoleh manfaat atas bangunan, yang meliputi antara lain pemilik, penghuni, pengontrak, pemakai dan
penyewa. Subjek Pajak Bumi dan Bangunan adalah orang pribadi atau badan yang secara nyata mempunyai hakatas bumidan atau memperoleh manfaat atas bumi,
dan atau memiliki, menguasai dan atau memperoleh manfaat atas bangunan.
26
1. Mempunyai hak atas bumi, dan atau
Subjek pajak bumi dan bangunan adalah orangbadan hukum yang secara nyata:
2. Memperoleh manfaat atas bumi, dan atau
3. Memiliki, menguasai, dan atau memperoleh manfaat atas bangunan.
Subjek pajak PBB adalah orang pribadi atau badan yang secara nyata mempunyai suatu hak atas bumi danbangunan. Jangkauan subjek dalam UU PBB
sangat luas, karena meliputi orang atau badan yang memiliki, menguasai dan memperoleh manfaat atas bumi danatau bangunan. Ini berarti meliputi antara lain
24
Waluyo. Perpajakan Indonesia.Buku Satu.Edisi Kesembilan. Salemba Empat, Jakarta, 2010, hal 418.
25
Ibid, hal 74
Universitas Sumatera Utara
pemilik, penghuni, pengontrak, penggarap, pemakai dan penyewa atas bumi dan bangunan. Oleh karena sangat luasnya maksud yang terkandung dalam UU PBB,
yang menjadi subjek pajak belum tentu menjadi wajib pajak. Sebab subjek pajak akan baru menjadi wajib pajak apabila sudah memenuhi sayarat-syarat objektif
atau sudah mempunyai objek PBB yang dikenakan pajak. Yang berarti subjek pajak mempunyai hak atas objek yang dikenakan pajak memiliki, menguasai,
memperoleh manfaat dari objek kena pajak Berdasarkan Pasal 3 Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 3 Tahun 2011
tentang Pajak Bumi dan Bangunan yang menjadi subjek Pajak Bumi dan Bangunan
1 Subjek Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan adalah orang
pribadi atau Badan yang secara nyata mempuyai suatu hak atas Bumi danatau memperoleh manfaat atas Bumi, danatau memiliki, menguasai, danatau
memperoleh manfaat atas Bangunan. 2
Wajib Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan adalah orang pribadi atau Badan yang secara nyata mempunyai suatu hak atas Bumi
danatau memperoleh manfaat atas Bumi, danatau memiliki, menguasai, danatau memperoleh manfaat atas Bangunan.
3 Dalam hal Objek Pajak belum jelas diketahui Wajib Pajaknya, Kepala Daerah
dapat menetapkan Subjek Pajak sebagai Wajib Pajak.
26
Achmad Tjahjono M. Fakhri Husein. Perpajakan..Yogyakarta: Unit Penerbit dan Percetakan Sekolah Tinggi Ilmu Manajemen YKPN,2009, hal 480
Universitas Sumatera Utara
4 Subjek Pajak yang ditetapkan sebagaimana dimaksud pada ayat 3 dapat
memberikan keterangan secara tertulis kepada Kepala Daerah bahwa ia bukan Wajib Pajak terhadap Objek Pajak dimaksud.
5 Bila keterangan yang diajukan oleh Wajib Pajak sebagaimana dimaksud pada
ayat 4 disetujui , maka Kepada Kepala Daerah membatalkan penetapan sebagai Wajib Pajak sebagaimana dimaksud pada ayat 3 dalam jangka
waktu 1 satu bulan sejak diterima surat keterangan dimaksud. 6
Bila keterangan yang diajukan itu tidak disetujui, maka Kepala Daerah mengeluarkan keputusan penolakan dengan disertai alasan-alasannya.
Apabila setelah jangka waktu 1 satu bulan sejak tanggal diterimanya keterangan sebagaimana dimaksud pada ayat 4 Kepala Daerah tidak
memberikan keputusan, maka keterangan yang diajukan itu dianggap disetujui dan Kepala Daerah segera membatalkan penetapan sebagai Wajib Pajak.
Tarif yang dikenakan atas objek pajak bumi dan bangunan sektor perkotaan dan perdesaan sesuai dengan Undang-Undang No. 28 Tahun 2009 pasal
80 ayat 1 paling tinggi sebesar 0,3 tiga per sepuluh persen. 0,3 tiga per sepuluh persen ini dikalikan dengan Dasar Pengenaan Pajak DPP yang
diperoleh dari hasil pengurangan Nilai Jual Objek Pajak NJOP dengan Nilai Jual Objek Pajak Tidak Kena Pajak NJOPTKP.
Objek Pajak Bumi dan Bangunan dan Pengecualiannya Menurut. Mardiasmo dalam bukunya yang berjudul Perpajakan mengatakan bahwa yang
menjadi objek PBB adalah bumi danatau bangunan.
27
27
Mardiasmo. Perpajakan.Edisi Revisi.Cetakan KetujuhBelas. Andi. Yogyakarta, 2012, hal 262
Sedangkan menurut
Universitas Sumatera Utara
Waluyo, dalam bukunya yang berjudul Perpajakan Indonesia mengatakanbahwa yang menjadi objek PBB adalah bumi dan atau bangunan
28
Menurut Tjahjono dalam bukunya yang berjudul Perpajakan mengatakan bahwa objek PBB yang dikecualikan dari pengenaan PBB adalah objek pajak
yang digunakan semata-mata untuk melayani kepentingan umum di bidang ibadah, sosial, kesehatan, pendidikan dan kebudayaan nasional, yang tidak
dimaksudkan untuk mencari keuntungan digunakan untuk kuburan, peninggalan purbakala atau yang sejenis dengan itu, merupakan hutan lindung, hutan suaka
alam, hutan wisata, taman nasional, tanah penggembalaan yang dikuasai oleh desa, dan tanah negara yangbelum dibebani suatu hak digunakan oleh perwakilan
diplomatik, konsulat, berdasarkan atas perlakuan timbal balik digunakan oleh badan atau perwakilan internasional.
. Pengertian bumi adalah permukaan bumi dantubuh bumi yang ada di bawahnya,
sedangkanbangunan adalah konstruksi teknik yang ditanam atau dilekatkansecara tetap pada tanah danatau perairan. Menurutpendapat penulis, yang menjadiobjek
PBB adalah benda tidakbergerak yaitu berupa bumi dan ataubangunan.
29
1 Dengan nama Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan
dipungut pajak atas Bumi danatau Bangunan yang dimiliki, dikuasai, danatau dimanfaat oleh orang pribadi atau Badan.
Pasal 2
2 Objek Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan adalah Bumi
danatau Bangunan yang dimiliki, dikuasai, danatau dimanfaatkan oleh
28
Waluyo, Op.Cit., hal 414.
29
Tjahjono, Husein, Op.,Cit., hal 482.
Universitas Sumatera Utara
orang pribadi atau Badan, kecuali kawasan yang digunakan untuk kegiatan usaha perkebunan, perhutanan, dan pertambangan.
3 Termasuk dalam pengertian bangunan adalah :
a jalan lingkungan yang terletak dalam satu kompleks bangunan seperti
hotel, pabrik dan emplasemennya, yang merupakan satu kesatuan dengan kompleks bangunan tersebut;
b jalan tol;
c kolam renang;
d pagar mewah;
e. tempat olah raga;
f. galangan kapal, dermaga;
g. taman mewah;
h. tempat penampungankilang minyak,air dan gas, pipa minyak; dan
i. menara.
Objek Pajak yang tidak dikenakan Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan adalah objek pajak yang :
a. Digunakan oleh Pemerintah dan Daerah untuk penyelenggaraan
pemerintahan; b.
Digunakan semata-mata untuk melayani kepentingan umum di bidang ibadah, sosial, kesehatan, pendidikan dan kebudayaan nasional yang
tidak dimaksud untuk memperoleh keuntungan; c.
Digunakan untuk kuburan, peninggalan purbakala, atau yang sejenis dengan itu;
Universitas Sumatera Utara
d. Merupakan hutan lindung, hutan suaka alam, hutan wisata, taman
nasional dan tanah negara yang belum dibebani suatu hak; e.
Digunakan oleh perwakilan diplomatik dan konsulat berdasarkan asas perlakuan timbal balik; dan
f. Digunakan oleh badan atau perwakilan lembaga internasional yang
ditetapkan dengan Peraturan Menteri Keuangan. g.
Besarnya Nilai Jual Objek Pajak Tidak Kena Pajak disesuaikan sebesar Rp.15.000.000,00 lima belas juta rupiah untuk setiap Wajib Pajak.
Nilai Jual Objek Pajak NJOP adalah harga rata-rata yang diperoleh dari ransaksi jual beli yang terjadi secara wajar, dan bila mana tidak terjadi transaksi
jual beli, nilai jual objek pajak ditentukan melalui perbandingan harga dengan objek lain yang sejenis, atau nilai perolehan baru, atau nilai jual objek pajak
pengganti.
30
1. Objek pajak sektor perkotan dan perdesaan.
Menurut Mardiasmo Perbandingan harga dengan objek lain yang sejenis adalah suatu metode penentuan nilai jual suatu objek pajak dengan cara
membandingkannya dengan objek pajak lain yang sejenis, yang letaknya berdekatan dan fungsinya sama dan telah diketahui harga jualnya sedangkan nilai
perolehan baru yaitu menghitung seluruh biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh objek tersebut pada saat dilakukan penilaian dikurangi dengan
penyusutan sesuai fisik objek pajak. Besarnya NJOP ditentukan berdasarkan klasifikasi:
30
Mardiasmo , Op.Cit., hal 2011;312.
Universitas Sumatera Utara
2. Objek pajak sektor perkebunan.
3. Objek pajak sektor kehutanan atas Hak Pengusahaan Hutan, Hak
Pengusahaan Hasil Hutan, Izin Pemanfaatan Kayu serta izin sah lainnya selain Hak Pengusahaan Hutan Tanaman Industri
4. Objek pajak sektor kehutanan atas Hak Pengusahaan Hutan Tanaman
Industri 5.
Objek pajak sektor pertambangan minyak dan gas bumi 6.
Objek pajak sektor pertambangan energi panas bumi 7.
Objek pajak sektor pertambangan non migas selain pertambangan energi ¬
panas bumi dan galian 8.
Objek pajak sektor pertambangan non migas golongan 9.
Objek pajak sektor pertambangan yang dikelolah berdasarkan kontrak karya atau kontrak kerjasama
10. Objek pajak usaha bidang perikanan laut
11. Objek pajak usaha bidang perikanan darat
12. Objek pajak yang bersifat khusus.
Azas dari Pajak Bumi dan Bangunan sebagai berikut : 1.
Memberi kemudahan dan kesederhanaan 2.
Adanya kepastian hukum 3.
Mudah dimengerti dan adil 4.
Menghindari pajak berganda Dari pemaparan di atas maka penulis menyimpulkan azas Pajak Bumi dan Bangunan adalah memberikan
Universitas Sumatera Utara
kemudahan bagi wajib pajak, sesuai dengan ketentuan hukum yang berlaku.
31
C. Landasan Hukum Pajak Bumi dan Bangunan di Kota Medan Berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 3 Tahun 2011
Pajak Bumi dan Bangunan adalah pajak negara yang dikenakan terhadap bumi dan atau bangunan berdasarkan Undang-undang Nomor 12 tahun 1985
tentang Pajak Bumi dan Bangunan sebagaimana telah diubah dengan Undangundang Nomor 12 Tahun 1994.
32
Pajak Bumi dan Bangunan merupakan pajak yang sifatnya kebendaan, dimana besarnya pajak ditentukan oleh keadaan
objeknya, yaitu bumitanah dan atau bangunan. Bumitanah adalah permukaan bumi serta tubuh bumi yang ada di bawahnya.
33
Sedangkan bangunan adalah konstruksi teknik yang ditanam atau dilekatkan secara tetap pada tanah danatau
perairan.
34
Pemungutan pajak yang dikenakan terhadap tanah di Indonesia sudah diberlakukan sejak jaman kolonial Belanda dimana sudah ada pungutan yang
dikenakan atas tanah yang dimiliki atau digarap oleh rakyat Indonesia. Pajak yang dikenakan atas tanah dan bangunan berkembang di Indonesia melalui tiga tahap
utama.
35
31
Mardiasmo, Perpajakan , Edisi Revisi, Andi, Yogyakarta, 2002, hal 261.
32
Widodo, ATM Widodo, dan Andrea Hendro Puspita. Pajak Bumi Bangunan Untuk Para Praktisi. 2010. Mitra Wacana Media, Jakarta, 2010, hal 2
33
Samudra, Azhari A. Perpajakan di Indonesia. Keuangan, Pajak, dan Retribusi Daerah. Gramedia Pustaka, Jakarta,1995, hal 79.
34
Ibid, hal 80.
35
Devas,Nick, Brian Binder, Anne Booth, Kenneth Davey, Roy Kelly. Keuangan Pemerintah Daerah di Indonesia. UI Press, Jakarta,1999, hal 121.
Tahap pertama 1600- 1940, pajak tanah dan bangunan dianggap sewa tanah yang diserahkan pada pemerintah kolonial. Petani Indonesia dipaksa bekerja
Universitas Sumatera Utara
di perkebunan karet atau teh dan menyerahkan sebagian besar hasil pertanian yang penting-penting. Pajak itu dipungut oleh kepala desa, berjumlah sepertiga dari
hasil sawah petani dan 25-50 dari hasil padi ladang. Pada tahun 1872, dikeluarkan landrente regeling. Pajak tanah dan bangunan ditetapkan sebesar 20
dari hasil pertanian dan merupakan sumber pokok penerimaan bagi pemerintah kolonial Belanda.
Pada tahun 1923, diperkenalkan pajak tanah dan bangunan pribadi verponding yang pertama yang berlaku untuk orang Eropa dan orang Indo Eropa
yang terdaftar sebagai pemilik tanah pribadi menurut hukum barat. Pada tahun 1928 disahkan verponding Indonesia yang berlaku untuk orang Indonesia yang
memiliki tanah pribadi. Tahap kedua 1940-1985, pajak tanah dan bangunan itu berubah dari “sewa tanah” yang dibayarkan pada pemerintah kolonial menjadi
pajak atas hasilpendapatan pertanian. Pajak atas hasil tanah ini diperkenalkan pertama kali dalam jaman pendudukan Jepang dan kemudian diubah oleh
pemerintah Republik Indonesia menjadi pajak hasil bumi undang-undang no 11, 1959. Pajak hasil bumi ini, pajak yang berpijak pada pertanian, dikenakan
sebesar 0,5 atas nilai hasil tanah. Pada tahun 1965, pajak verponding yang ditarik atas perorangan, dan pajak hasil bumi yang ditarik atas hasil pertanian,
digabung menjadi satu sistem pajak baru yang disebut Iuran Pembangunan Daerah IPEDA. Meskipun namanya diganti dari pajak menjadi iuran, sistem IPEDA dari
sudut hukum berdasarkan pajak hasil bumi, Undang-undang verponding dan undang-undang pertanian. Agar mudah menggunakan sistem pajak berdasarkan
Universitas Sumatera Utara
hasil pertanian ini di kota, pemerintah menggunakan nilai sewanilai jual sebesar
6 sesuai definisi dalam undang-undang verponding tahun 1923 dan 1928
Negara Republik Indonesia yang kehidupan rakyat dan perekonomiannya sebagian besar bercorak agraris, bumi termasuk perairan dan kekayaan alam yang
terkandung didalamnya mempunyai fungsi penting dalam membangun masyarakat adil dan makmur berdasarkan pancasila dan undang-undang dasar 1945. UU No. 6
Tahun 1983 diperbaharui dengan UU No. 16 tahun 2000 tentang ketentuan Umum Perpajakan 2. UU No. 12 tahun 1985 diperbaharui dengan UU No. 12 tahun 1994
tentang Pajak Bumi dan Bangunan dan diperbaharui lagi dengam UU No 28 tahun 2009 PP No. 74 tahun 1998 tentang Nilai Jual Kena Pajak. Keputusan Menteri
Keuangan No. 523 KMK.011998 tentang Penentuan Klasifikasi dan Besarnya NJOP Sebagai Dasar Pengenaan Pajak. Keputusan Direktur Jenderal Pajak No.
KEP-16PJ.61998 tentang Petunjuk Teknis Penilaian Individual. Keputusan direktur Jenderal pajak No.533 PJ 2000 tentang Petunjuk Pelaksana
Pendaftaran, Pendataan dan Penilaian Objek dan Subjek Pajak Bumi dan Bangunan dalam rangka pembentukan danatau pemeliharaan Basis Data Sistem
Manajemen Informasi Objek Pajak. Peraturan Bersama Menteri Keuangan dan Menteri Dalam Negeri nomor: 213pmk.072010, nomor: 58 tahun 2010 tentang
Tahapan Persiapan. Setiap daerah di Indonesia yang terdiri atas kabupaten dan kota yang
mempunyai hak dan kewajiban untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahannya. Dalam menyelenggarakan pemerintahannya, daerah berhak
mengenakan pungutan kepada masyarakat, antaralain dengan memungut pajak
Universitas Sumatera Utara
dan retribusi daerah. Pungutan daerah berupa pajak dan retribusi selama ini diatur dalam Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1997 Tentang Pajak Daerah dan
Retribusi Daerah sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang Nomor 34 Tahun 2000. Namun, pada tanggal 15 september 2009 telah disahkan Undang-
Undang Nomor 28 Tahun 2009 Tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah yang mulai berlaku tanggal 1 januari 2010, dimana pada undang-undang tersebut
banyak terjadi perubahan dalam perluasan basis pajak daerah. Perluasan pajak tersebut antara lain dengan memperluas basis pajak yang sudah ada maupun
dengan mendaerahkan pajak pusat dan menambah jenis pajak baru. Dasar hukum PBB adalah pasal 33 ayat 3 Undang-undang Dasar 1945
yang berbunyi “ Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan sebesar-besarnya untuk kemakmuran
rakyat”
36
1. Peraturan Pemerintah No.46 tahun1985 tentang Persentase Nilai Jual Kena
Pajak pada Pajak Bumi dan Bangunan. .
Sedang dasar pemungutannya adalah pasal 23 ayat 2 yang berbunyi “Segala Pajak untuk keperluan negara berdasarkan Undang-undang”. Dalam
pelaksanaan Pemungutannya adalah Undang-undang No.12 tahun 1985, sebagaimana telah diubah dengan undang-undang No.12 Tahun 1994.
Peraturan dan keputusan yang mengatur pemungutan PBB adalah:
2. Peraturan Pemerintah No. 104 tentang Penerimaan Negara dari PBB.
36
http:www.landasanteori.com201510pengertian-pajak-bumi-dan-bangunan-pbb.html diakses tanggal 21 Juli 2016
Universitas Sumatera Utara
3. Peraturan pemerintah No. 47 tahun 1985 tentang pembagian hasil PBB
antara Pemerintah pusat dan daerah. 4.
Keputusan Menteri Keuangan No.83KMK.041994. 5.
Keputusan Direktur Jenderal Pajak No.KEP-04 PJ.6 1998 tentang petunjuk pelaksanaan pendaftaran, pendataan dan penilaian Objek Pajak
dan subjek Pajak Bumi dan Bangunan dalam rangka Pembentukan dan atau pemeliharaan Basis Sistem Manajemen Informasi Objek Pajak
SISMIOP. 6.
Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 3 Tahun 2011 Tentang Pajak Bumi dan Bangunan Pedesaan dan Perkotaan.
Universitas Sumatera Utara
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang