Latar Belakang Prosedur Pembayaran Pajak Bumi dan Bangunan Berdasarkan Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 3 Tahun 2011 Ditinjau Dari Perspektif Hukum Administrasi Negara

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia termasuk negara yang berkembang, yang memiliki pendapatan dari berbagai sumber salah satunya yaitu berasal dari pemungutan pajak, baik pajak negara maupun pajak daerah yang menjadi sumber terbesar pendapatan negara berasal dari pemungutan pajak. Meskipun pemungutan pajak merupakan sumber terbesar untuk pendapatan kas negara dalam proses pemungutannya tidak jarang sekali mengalami kendala dan masalah seperti masalah minimnya pengetahuan masyarakat terhadap pemungutan pajak, masalah kesadaran masyarakat untuk menjadi Wajib Pajak yang bijak dengan membayar pajak kepada negara, serta masalah penunggakan pembayaran pajak di negara kita ini sangatlah banyak terjadi di beberapa tahun terakhir. Pajak merupakan kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Pajak merupakan iuran rakyat kepada negara berdasarkan undang-undang dapat dipaksakan dengan tidak mendapat kontraprestasi, yang langsung dapat ditunjuk dan digunakan untuk membiayai pengeluaran umum. 1 1 Darwin, Pajak Bumi dan Bangunan, Mitra Wacana Media, Jakarta, 2009, hal.1 Rumusan ini Universitas Sumatera Utara diartikan dengan lebih menekankan salah satu fungsi pajak tersebut yaitu fungsi budgter keuangan dan fungsi regulered mengatur. 2 Kuncoro Mudrajad dalam bukunya mengatakan bahwa dalam catatan sejarah perekonomian desentralisasi telah muncul kepermukaan sebagai paradigma baru dalam kebijakan dan adminstrasi pembangunan sejak dasawarsa 1970-an. Tumbuhnya perhatian terhadap desentralisasi tidak hanya dikaitkan dengan gagalnya perencanaan terpusat dan populernya strategi pertumbuhan dengan pemerataan growth with equity, tetapi juga adanya kesadaran bahwa pembangunan adalah suatu proses yang kompleks dan penuh ketidakpastian yang tidak mudah dikendalikan dan direncanakan dari pusat. Pajak merupakan alat bagi pemerintah dalam mencapai tujuan untuk mendapatkan penerimaan baik yang bersifat langsung maupun tidak langsung dari masyarakat guna membiayai pengeluaran rutin serta pembangunan nasional dan ekonomi masyarakat. Sistem perpajakan selalu mengalami perubahan dari masa kemasa sesuai perkembangan masyarakat dan negara, baik dalam bidang kenegaraan maupun dalam bidang sosial dan ekonomi. 3 Undang-undang Nomor 23 tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah tersebut ditentukan pajak daerah yang pelaksanaannya di daerah diatur lebih lanjut dengan peraturan daerah. Mengenai perpajakan, Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 selanjutnya disebut UUD 1945 menegaskan 2 Saidi Djafar, Perlindungan Hukum Wajib Pajak dengan Penyelesaian Sengketa Pajak, Raja Grafindo Persada, Makasar, 2007, hal. 5 3 Kuncoro Mudrajad. Otonomi dan Pembangunan Daerah Reformasi, Perencanaan, Strategi dan Peluang “Ide Dasar Desentralisasi”Erlangga, Jakarta, 2004, hal 5 Universitas Sumatera Utara bahwa “pajak dan pungutan lain yang bersifat memaksa untuk keperluan negara diatur dalam undang-undang. Prinsip otonomi daerah pada dasarnya dijelaskan dalam Pasal 18 ayat 5 UUD 1945 yang menyatakan bahwa “pemerintah daerah menjalankan otonomi daerah seluas-luasnya, kecuali urusan pemerintahan yang oleh undang undang ditentukan sebagai urusan pemerintah pusat”. Dalam hal ini daerah menggunakan prinsip otonomi seluas-luasnya dalam arti daerah diberikan kewenangan mengurus dan mengatur semua urusan pemerintahan di luar yang menjadi urusan pemerintah pusat. Dalam pelaksanaan otonomi tersebut, daerah memilih kewenangan membuat kebijakan daerah untuk memberi pelayanan, peningkatan peran serta, prakarsa, dan pemberdayaan masyarakat yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Undang-undang Nomor 23 tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah menegaskan bahwa kewenangan otonomi luas adalah keleluasan daerah untuk menyelenggarakan pemerintahan yang mencakup kewenangan semua bidang pemerintahan, kecuali kewenangan di bidang politik luar negeri, pertahanan keamanan, peradilan, moneter, fiskal, dan agama serta kewenangan yang utuh dan bulat dalam penyelenggaraannya mulai dari perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, pengendalian dan evaluasi. Salah satu pajak yang menjadi potensi sumber pendapatan negara yaitu Pajak Bumi dan Bangunan PBB yang masuk dalam kategori pajak negara. Sejak tahun 2011 penarikan Pajak Bumi dan Bangunan PBB dilimpahkan dari Pemerintah Pusat ke Pemerintah Kota sesuai dengan Peraturan Bersama Menteri Keuangan dan Menteri Dalam Negeri Nomor: 213PMK.072010, nomor: 58 Universitas Sumatera Utara tahun 2010 tentang Tahapan Persiapan Pengalihan Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan sebagai Pajak Daerah. Pajak Bumi dan Bangunan PBB yaitu iuran yang dikenakan terhadap orang atau badan yang secara nyata mempunyai hak, memiliki, menguasai dan memperoleh manfaat dari bumi dan bangunan. Kota Medan yang merupakan ibukota Provinsi Sumatera Utara tidak luput dari permasalahan perpajakan dimana pencapaian penerimaan pajak Kanwil Dirjen Pajak Sumut selama tahun 2012 terealisasi sebesar Rp 10,87 triliun. Jumlah tersebut sesuai dengan harapan yang dibebankan oleh Dirjen Pajak sejak awal tahun 2012 yang lalu dengan pencapaian sebesar 100.37 persen. Perolehan pajak di tahun 2012, mengalami kenaikan dari 2011 yang hanya teralisasi Rp 8,85 triliun. Dari realisasi tersebut, perolehan pajak jenis PPH non migas mendominasi dengan raihan sebesar Rp 6,76 triliun, menyusul PPN dan PPnBM sebesar Rp 3,9 trilun, PBB Rp 116 miliar dan perolehan dari jenis pajak lainnya yang sebesar 89 miliar. 4 Menurut Undang-Undang Nomor 28 tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah yang menjadi objek pajak bumi dan bangunan perdesaan Pemerintah Kota setiap tahunnya mempunyai target dalam penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan PBB sebagai sumber pendapatan daerah, tetapi tidak selalu target tersebut terealisasi dengan sempurna. Terkadang juga realisasi penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan PBB jauh dibawah target yang telah ditetapkan oleh Pemerintah Kota. 4 Tribun Medan, 15 Januari 2013 diakses pada tanggal 18 Februari 2016. Universitas Sumatera Utara dan perkotaan adalah Bumi dan atau Bangunan yang dimiliki, dikuasai, dan atau dimanfaatkaan oleh orang pribadi atau Badan, kecuali kawasan yang digunakan untuk kegiatan usaha perkebunan, perhutanan dan pertambangan. Bumi adalah permukaan dan tubuh bumi yang ada dibawahnya. Permukaan bumi meliputi tanah, perairan, pedalaman serta laut Wilayah Indonesia. Sedangkan yang dimaksud dengan bangunan adalah konstruksi teknik yang ditanam atau diletakkan secara tetap pada tanah dan atau perairan-perairan. Disamping itu yang disebut subjek pajak bumi dan bangunan adalah badan yang secara nyata Mempunyai suatu hak atas bumi dan atau mempunyai manfaat atas bumi; Memiliki, menguasai dan akan memperoleh manfaat atas bangunan. Pada dasarnya, masyarakat mengharapkan uang yang diberikan kepada negara dapat digunakan dengan sebaik-baiknya oleh pemerintah untuk kemajuan negara dan kesejahteraan rakyat. Masyarakat ingin melihat jelas apa yang dilakukan oleh pemerintah dengan uang pembayaran pajak dari rakyat. Kenyataan yang ada selama ini, sering terjadi para pejabat tinggi pemerintah yang melakukan korupsi uang rakyat untuk kepentingan pribadinya. Korupsi yang dilakukan oleh pejabat adalah salah satu pemicu kurangnya keyakinan dan kesadaran masyarakat dalam memenuhi kewajibannya sebagai warga negara Indonesia. Semakin bertambahnya pajak yang harus ditanggung oleh wajib pajak pada tiap tahunnya amatlah memberatkan. Berbeda kondisi dengan yang berada di desa, pembayaran PBB di desa lebih ringan dibanding dengan biaya PBB di kota yang setiap tahunnya semakin meningkat. Akibatnya masyarakat lebih cenderung untuk tidak membayar PBB. Semakin banyak masyarakat Universitas Sumatera Utara membayar PBB akan membantu negara untuk dapat menyejahterakan masyarakat dan pembangunan daerah dapat merata. Sarana-sarana umum, seperti pendidikan, jalan-jalan, listrik, kesehatan dan sebagainya dapat dipenuhi. Berdasarkan latar belakang di atas merasa tertarik memilih judul Prosedur Pembayaran Pajak Bumi dan Bangunan Berdasarkan Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 3 Tahun 2011 Ditinjau dari Perspektif Hukum Administrasi Negara.

B. Perumusan Masalah

Dokumen yang terkait

Tinjauan Hukum Administrasi Negara Terhadap Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 3 Tahun 2011 Tentang Pajak Bumi dan Bangunan Kelurahan Dan Perkotaan

1 10 88

Tinjauan Hukum Administrasi Negara Terhadap Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 3 Tahun 2011 Tentang Pajak Bumi dan Bangunan Kelurahan Dan Perkotaan

0 0 7

Tinjauan Hukum Administrasi Negara Terhadap Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 3 Tahun 2011 Tentang Pajak Bumi dan Bangunan Kelurahan Dan Perkotaan

0 0 1

Tinjauan Hukum Administrasi Negara Terhadap Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 3 Tahun 2011 Tentang Pajak Bumi dan Bangunan Kelurahan Dan Perkotaan

0 0 15

Tinjauan Hukum Administrasi Negara Terhadap Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 3 Tahun 2011 Tentang Pajak Bumi dan Bangunan Kelurahan Dan Perkotaan

0 0 14

Prosedur Pembayaran Pajak Bumi dan Bangunan Berdasarkan Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 3 Tahun 2011 Ditinjau Dari Perspektif Hukum Administrasi Negara

0 0 8

Prosedur Pembayaran Pajak Bumi dan Bangunan Berdasarkan Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 3 Tahun 2011 Ditinjau Dari Perspektif Hukum Administrasi Negara

0 0 1

Prosedur Pembayaran Pajak Bumi dan Bangunan Berdasarkan Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 3 Tahun 2011 Ditinjau Dari Perspektif Hukum Administrasi Negara

0 1 15

Prosedur Pembayaran Pajak Bumi dan Bangunan Berdasarkan Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 3 Tahun 2011 Ditinjau Dari Perspektif Hukum Administrasi Negara

0 2 21

Prosedur Pembayaran Pajak Bumi dan Bangunan Berdasarkan Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 3 Tahun 2011 Ditinjau Dari Perspektif Hukum Administrasi Negara

0 1 3