3. Kendala yang dihadapi oleh Pemerintah Kota Medan dalam hal ini UPTD
PBB Dispenda Kota Medan dalam sosialisasi Pajak Bumi dan Bangunan adalah sulitnya menggumpulkan Wajib Pajak untuk mengikuti sosialisasi
Pekan Panutan, jadwal sosialisasi yang berbenturan dengan hari Kerja wajib Pajak, dan sikap acuh tak acuh masyarakat dalam mengikuti sosialisasi Pajak
Bumi dan Bangunan. Keterbatasan personil bidang pendapatan daerah pada DPPKA Kota Medan. Tingkat partisipasi aktif dari Kecamatan dan Kelurahan
yang masih rendah karena keterbatasan personil serta payung hukum dalam pelaksanaan pemungutan PBB oleh instansi tersebut. Kurangnya sosialisasi
serta penyuluhan Pajak Bumi dan Bangunan Kurangnya kesadaran wajib pajak dalam hal pendaftaran objek pajak. Data Objek Pajak maupun Subjek Pajak
yang diberikan oleh KPP. Pratama Timur Medan banyak yang salah sehingga banyak SPPT yang ditolak oleh wajib pajak. Upaya yang dilakukan oleh
Pemerintah Kota Medan dalam hal ini UPTD PBB Dispenda Kota Medan dalam menigkatkan kesadaran masyarakat dalam membayar Pajak Bumi dan
Bangunan menggunakan berbagai bentuk sosialisasi yaitu penyuluhan melalui media radio dan media cetak, pemasangan spanduk di tempat strategis,
sosialisasi melalui website atau media online.
B. Saran
Berdasarkan penelitian dari kesimpulan di atas, adapun saran yang dapat penulis berikan sebagai berikut:
1. Mengingat Pajak Bumi dan Bangunan merupakan Pendapatan Asli Daerah
maka pengelolaannya adalah tanggung jawab pemerintah daerah, oleh sebab
Universitas Sumatera Utara
itu sebaiknya Pemerintah Daerah Kota Kota Medan beserta seluruh jajarannya saling bekerja sama supaya memudahkan dalam pemungutan dan penerimaan
Pajak Bumi dan Bangunan meningkat dalam tiap tahunnya. 2.
Kepada UPTD PBB Dispenda Kota Medan perlu melakukan lebih banyak kegiatan sosialisasi terutama melalui penyuluhan yang dianggap oleh Wajib
Pajak merupakan cara sosialisasi yang paling efektif karena Wajib Pajak bisa berkomunikasi langsung dengan pihak petugas pajak dan lebih mudah
memahami materi sosialisasi melalui penyuluhan pajak. 3.
Kepada masyarakat agar lebih aktif dalam mengikuti kegiatan sosialisasi PBB supaya tingkat pengetahuan perpajakannya luas sehingga mendorong adanya
kesadaran membayar kewajiban pajaknya. Memberikan sanksi kepada wajib pajak yang tidak memenuhi kewajibannya sebaiknya Pemerintah Daerah Kota
Medan membuat kebijakan dan mempertegas dalam pemberian sanksi hukum sehingga timbul efek jera.
Universitas Sumatera Utara
BAB II PENGATURAN TENTANG PAJAK BUMI DAN BANGUNAN DI KOTA
MEDAN BERDASARKAN PERATURAN DAERAH
A. Pengertian Pajak Bumi dan Bangunan
Pajak merupakan alat bagi pemerintah di dalam mencapai tujuan untuk mendapatkan penerimaan baik yang bersifat langsung dan tidak langsung dari
masyarakat guna membiayai pengeluaran rutin serta pembangunan sosial dan ekonomi masyarakat. Pajak secara bebas dapat dikatakan sebagai suatu kewajiban
warga negara berupa pengabdian serta peran aktif warga negara dan anggota masyarakat untuk membiayai berbagai keperluan negara yang berupa
pembangunan nasional yang pelaksanaannya diatur dalam undang-undang dan
peraturan-peraturan untuk tujuan kesejahteraan bangsa dan Negara.
Pajak sebagai kontribusi wajib kepada Daerah yang terutangoleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan UndangUndang, dengan
tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan Daerah bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.
13
13
Undang-undang Nomor 28 Tahun 2009 Tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah
Kalau dilihat kembali ke masa lalu sampai pada asal mula PBB, maka di zaman kolonial, sudah dipungut bermacam-macam pajak dari tanah yang dimiliki
atau digarap oleh rakyat Indonesia seperti “Contingenten” dan “Verplichte Leverantieen” yang lebih dikenal dengan Tanam Paksa. Kemudian oleh Gubernur
Jenderal Raffles, pajak atas tanah disebut “Landrent” yang artinya adalah “sewa tanah”. Tapi diganti oleh Pemerintah Belanda dengan nama Landrente.
16
Universitas Sumatera Utara
Saat itu Indonesia merdeka Landrente ini tetap diberlakukan oleh Pemerintah Indonesia tetapi diganti nama dengan Pajak Bumi. Kemudian diubah
dengan nama Pajak Hasil Bumi. Yang dikenal pajak tidak lagi nilai tanah melainkan hasil yang keluar dari tanah, sehingga timbul frustrasi, karena hasil
yang keluar dari tanah merupakan objek dari Pajak Penghasilan Pajak Peralihan atau Overgangsbelasting. Akibat dari frustrasi maka Pajak Hasil Bumi ini
dihapuskan mulai tahun 1952 karena hasil yang keluar dari tanah dan bangunan telah dikenakan Pajhak Peralihan, Ketetapan Kecil Kleine Aanslag. Hal ini
berlangsung sampai tahun 1959. Rupanya Pemerintah menginsafi kekeliruannya sehingga sejak tahun 1959 dipungut lagi Pajak Hasil Bumi atas Nilai Tanah
bukan lagi atas hasil yang keluar dari tanah dan bangunan. Dengan pemberian Otonomi dan Desentralisasi kepada Pemerintah
Daerah, Pajak Hasil Bumi yang namanya kemudian diubah menjadi Iuran Pembangunan Daerah selanjutnya disebut IPEDA, hasilnya diserahkan pada
Pemerintah Daerah walaupun pajak tersebut masih merupakan pajak pusat. Hasil IPEDA tersebut digunakan untuk membiayai Pembangunan Daerah. Tetapi yang
disayangkan bahwa dasar hukum IPEDA sangat lemah atau dapat di katakan tidak ada dasar hukumnya. Memang maksud IPEDA adalah untuk menggantikan
Verponding. Inlands Verponding dan Pajak Hasil Bumi pada waktu itu merupakan pajak atas harta tak gerak.Tetapi belum pernah ada undang-undang yang
menghapuskan Verponding dan Pajak Hasil Bumi. Selanjutnya masing-masing daerah dapat mengubah peraturan IPEDA. Maka Pajak Bumi dan Bangunan yang
baru merupakan suatu jalan keluar yang sangat berharga yang memberikan dasar
Universitas Sumatera Utara
hukum yang kuat, dan memberikan keseragaman sehingga pungutan itu tidak dilakukan secara simpang siur di masing-masing daerah.
14
Pajak Bumi dan Bangunan merupakan kelanjutan dan penggantian nama dari Ipeda Iuran Pembangunan Daerah yang ditetapkan berdasarkan Undang-
undang Nomor 12 Tahun1985 tentang Pajak Bumi dan Bangunan yang diubah dengan Undang-undang Nomor 12 Tahun 1994 tentang Perubahan Atas Undang-
undang Nomor 12 Tahun 1985 tentang Pajak Bumi dan Bangunan. Pajak Bumi dan bangunan ini dikenakan terhadap bumi dan atau bangunan itu sendiri. Bumi
adalah permukaan bumi dan tubuh bumi yang ada dibawahnya Permukaan bumi tanah dan perairan serta laut wilayah Indonesia, Contoh : sawah, ladang, kebun,
tanah. pekarangan, tambang,dan lain lain. Sedangkan bangunan adalah konstruksi teknik yang ditanam atau diletakkan secara tetap pada tanah dan atau perairan.
Pajak Bumi dan Bangunan PBB adalah Pajak negara yang dikenakan terhadap Bumi dan Bangunan berdasarkan Undang-Undang Nomor 12 Tahun
1985 tentang Pajak Bumi dan Bangunan sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1994. PBB adalah pajak yang bersifat
kebendaan dalam arti besarnya pajak terhutang ditentukan oleh keadaan objek yaitu bumitanah dan atau bangunan. Keadaan subjek siapa yang membayar
tidak ikut menentukan besarnya pajak.
15
14
Rachmat Soemitro. Pajak Ditinjau Dari Segi Hukum.Eresko.Bandung, 2006, hal 1
15
Mokamat, Analisis Faktor yang Mempengaruhi Efektifitas Penarikan Pajak Bumi dan Bangunan Di Kabupaten Grobogan, Tesis, Program Pasca Sarjana Universitas Diponegoro
Semarang, 2009, hal 42.
Sebagai contoh : rumah tempat tinggal, bangunan tempat usaha, gedung bertingkat, pusat perbelanjaan, emplasemen, pagar mewah, dermaga, taman
Universitas Sumatera Utara
mewah, fasilitas lain yang memberi manfaat, jalan tol, kolam renang, anjungan minyak lepas pantai, dan lain – lain. Tanah yang mempunyai arti ekonomis, politis
dan sosial menyebabkan orang berkecenderungan untuk memilikinya, sedangkan bangunan mempunyai arti khusus yang unik terutama lokasinya yang tetap,
pemanfaatannya jangka panjang yang mempunyai aspek kenyamanan dan strata sosial serta aksesnya pada fasilitas umum yang disediakan, untuk meningkatkan
kesejahteraan dan kepuasan individu melalui kebebasan dalam berkonsumsi dan menabung, salah satu bentuknya adalah memperoleh kepuasan yang maksimal
melalui kepemilikan atau pemanfaatan tanah danatau bangunan. Ada beberapa macam pengertian atau definisi mengenai pajak bumi
bangunan yang diungkapkan oleh beberapa ahli, tetapi pada intinya berbagai definisi tersebut mempunyai inti dan maksud yang sama. Di antara para ahli
mendefinisikan pajak bumi dan bangunan seperti berikut : Bumi adalah seluruh permukaan bumi dan tubuh bumi yang ada
dibawahnya. Secara umum pengertian bumi adalah sama dengan tanah, termasuk pekarangan, sawah, empang, perairan pedalaman, serta laut di wilayah
Indonesia.
16
Menurut Soemitro Pajak Bumi dan Bangunan adalah pajak yang dikenakan atas harta tidak bergerak , oleh sebab itu yang dipentingkan adalah
objeknya dan oleh karena itu keadaan atau status orang atau badaan yang dijadikan subjek tidak penting dan tidak mempengaruhi besarnya pajak , maka
disebut juga pajak objektif .
17
16
Mardiasmo. Perpajakan . Edisi revisi. Andi, Yokyakarta, 2011,hal 311.
17
Rachmat Soemitro, Op.Cit, hal 1
Universitas Sumatera Utara
Soemarso mendefinisikan pajak bumi dan bangunan sebagai berikut: Pajak Bumi dan Bangunan adalah pajak yang dikenakan atas harta tidak bergerak, oleh
sebab itu yang dipentingkan adalah objeknya dan oleh karena itu keadaan atau status orang atau badan yang dijadikan subjek tidak penting dan tidak
mempengaruhi besarnya pajak, maka disebut juga pajak objektif.
18
Menurut Agus dalam Darwin Pajak Bumi dan Bangunan PBB adalah Pajak negara yang dikenakan terhadap Bumi danatau Bangunan berdasarkan
Undang–undang Nomor 12 Tahun 1985 tentang Pajak Bumi Dan Bangunan sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1994.
19
Berdasarkan UU No. 28 Tahun 2009 tentang pajak daerah dan retribusi daerah yang baru, bahwa Selama ini PBB merupakan pajak pusat, namun hampir
seluruh penerimaannya diserahkan kepada daerah. Untuk meningkatkan akuntabilitas pengelolaan keuangan daerah, khusus PBB sektor perdesaan dan
perkotaan dialihkan menjadi pajak daerah. Sedangkan PBB sektor perkebunan, perhutanan, dan pertambangan masih merupakan pajak pusat. Dengan
dijadikannya PBB Perdesaan dan Perkotaan menjadi pajak daerah, maka Dari keterangan di atas dapat disimpulkan bahwa Pajak Bumi dan
Bangunan adalah adalah salah satu pajak pusat yang merupakan sumber penerimaan Negara yang sebagian besar hasilnya diserahkn kepada Pemerintah
Daerah untuk kepentingan masyarakat daerah tempat objek pajak.
18
Soemarso, Dalam Perpajakan Pendekantan Komphrehensip, Salemba Empat, Jakarta, 2007, hal 42
19
Darwin, Pajak Bumi dan Bangunan Dalam Tataran Praktis, Mitra Wacana Media, Jakarta, 2009, hal 6.
Universitas Sumatera Utara
penerimaan jenis pajak ini akan diperhitungkan sebagai pendapatan asli daerah PAD.
Retribusi Daerah menurut Undang-Undang No.28 tahun 2009, Terdapat penambahan empat jenis retribusi daerah, yaitu Retribusi TeraTera Ulang,
Retribusi Pengendalian Menara Telekomunikasi, Retribusi Pelayanan Pendidikan, dan Retribusi Izin Usaha Perikanan. Dengan penambahan ini, secara keseluruhan
terdapat 30 jenis retribusi yang dapat dipungut oleh daerah yang dikelompokkan ke dalam tiga golongan retribusi, yaitu retribusi jasa umum, retribusi jasa usaha,
dan retribusi perizinan tertentu. a.
Retribusi tera ulang Pengenaan Retribusi TeraTera Ulang dimaksudkan untuk membiayai fungsi
pengendalian terhadap penggunaan alat ukur, takar, timbang, dan perlengkapannya oleh masyarakat. Dengan pengendalian tersebut, alat ukur,
takar, dan timbang akan berfungsi dengan baik, sehingga penggunaannya tidak merugikan masyarakat.
20
b. Retribusi pengendalian menara telekomunikasi
Pengenaan Retribusi Pengendalian Menara Telekomunikasi ditujukan untuk meningkatkan pelayanan dan pengendalian daerah terhadap pembangunan dan
pemeliharaan menara telekomunikasi. Dengan pengendalian ini, keberadaan menara telekomunikasi akan memenuhi aspek tata ruang, keamanan dan
keselamatan, keindahan dan sekaligus memberikankepastian. Untuk menjamin agar pungutan daerah tidak berlebihan, tarif retribusi pengendalian menara
20
Ibid.
Universitas Sumatera Utara
telekomunikasi dirumuskan sedemikian rupa sehingga tidak melampaui 2 dari Nilai Jual Objek Pajak PBB menara telekomunikasi.
c. Retribusi Pelayanan Pendidikan Pengenaan retribusi pelayanan pendidikan
dimaksudkan agar pelayanan pendidikan, di luar pendidikan dasar dan menengah, seperti pendidikan dan pelatihan untuk keahlian khusus yang
diselenggarakan oleh pemerintah daerah dapat dikenakan pungutan dan hasilnya digunakan untuk membiayai kesinambungan dan peningkatan
kualitas pendidikan dan pelatihan dimaksud. d.
Retribusi Izin Usaha Perikanan Pengenaan Retribusi Izin Usaha Perikanan tidak akan memberikan beban tambahan bagi masyarakat, karena selama ini
jenis retribusi tersebut telah dipungut oleh sejumlah daerah sesuai dengan kewenangannya. Sebagaimana halnya dengan jenis retribusi lainnya,
pemungutan Retribusi Izin Usaha Perikanan dimaksudkan agar pelayanan dan pengendalian kegiatan di bidang perikanan dapat terlaksana secara terus
menerus dengan kualitas yang lebih baik.
21
Adapun yang menjadi tujuan pajak bumi dan bangunan adalah:
22
1. Menyederhanakan peraturan perundang-undangan sehingga mudah
dimengerti. 2.
Memberi dasar hukum yang kuat pada pemungutan pajak atas harta tidak bergerak dan membersihkan pajak atas harta tidak bergerak di semua daerah
dan menghilangkan kesimpangsiuran.
21
Abdul Rahman, Intensifikasi Pemungutan Pajak Bumi dan Bangunan di Kecamatan Soreang Kota Parepare, Skripsi Universitas Hasanuddin Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Jurusan Ilmu Administrasi Program Sarjana, 2011, hal 41-42
22
Ibid
Universitas Sumatera Utara
3. Memberikan kepastian hukum pada masyarakat, sehingga rakyat tahu sejauh
mana hak dan kewajibannya. 4.
Menghilangkan pajak ganda yang terjadi sebagai akibat dari berbagai undang- undang pajak yang sifatnya sama.
5. Memberikan penghasilan kepada daerah yang sangat diperlukan unuk
menegakkan otonomi daerah dan untuk pembangunan daerah.
B. Subjek dan Objek Pajak Bumi dan Bangunan