Tinjauan Pustaka TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Pustaka

2.1.1 Pertumbuhan Ekonomi

Pertumbuhan ekonomi diartikan sebagai proses kenaikan output per kapita dalam jangka panjang. Ada tiga aspek yang perlu diperhatikan dalam definisi tersebut, yaitu : 1 proses, 2 output per kapita, dan 3 jangka panjang. Pertumbuhan ekonomi adalah suatu proses, bukan suatu gambaran ekonomi pada suatu saat Putra 2009 dalam Yovita 2011. Pertumbuhan ekonomitersebut merupakan salah satu indikator keberhasilan pembangunan. Dengan demikian makin tingginya pertumbuhan ekonomi biasanya makin tinggi pula kesejahteraan masyarakat. Adi 2007 dalam Sularso 2011 secara spesifik menyebutkan ada tiga faktor atau komponen utama pertumbuhan ekonomi, yaitu akumulasi modal, pertumbuhan penduduk, dan hal-hal yang berhubungan dengan kenaikan jumlah angkatan kerja yang dianggap secara positif merangsang pertumbuhan ekonomi. Salah satu faktor tersebut diatas yang menarik untuk dikaji lebih lanjut adalah akumulasi modal, yang terkait erat dengan investasi. Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa investasi juga memiliki kaitan denga pertumbuhan ekonomi. Menurut Peraturan Pemerintah PP No.58 Tahun 2005 dan Peraturan Menteri Dalam Negeri Pemendagri No.13 Tahun 2006, investasi adalah setiap pembelian asset yang bermanfaat lebh dari 12 dua belas bulan yang digunakan dalam kegiatan pemerintahan yang bermanfaat secara ekonomis, sosial dan meningkatkan kemampuan daerah dalam melayani masyarakat. Pertumbuhan ekonomi dapat diartikan juga sebagai proses kenaikan kapasitas produksi suatu perekonomian yang diwujudkan dalam bentuk kenaikan pendapatan nasional. Adanya pertumbuhan ekonomi merupakan indikasi keberhasilan pembangunan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi suatu negara dapat diukur dengan cara membandingkan Gross National Product GNP tahun yang sedang berjalan dengan GNP tahun sebelumnya. Laju pertumbuhan ekonomi suatu bangsa dapat diukur juga dengan menggunakan laju pertumbuhan PDRB Atas Dasar Harga Konstan ADHK.Berikut ini adalah rumus untuk menghitung tingkat pertumbuhan ekonomi: � = ���� 1 − ���� ���� × 100 Keterangan: G = Pertumbuhan Ekonomi PDRB 1 = PDRB ADHK pada suatu tahun PDRB = PDRB ADHK pada tahun sebelumnya PDRB Produk Domestik Regional Bruto adalah jumlah nilai tambah bruto yang dihasilkan seluruh unit usaha dalam wilayah tertentu atau merupakan jumlah yang dihasilkan seluruh unit usaha dalam wilayah tertentu atau merupakan jumlah nilai barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh seluruh unit ekonomi.Salah satu manfaat data PDRB adalah untuk mengetahui tingkat produk yang dihasilkan oleh seluruh faktor produksi, besarnya laju pertumbuhan ekonomi dan struktur perekonomian pada suatu periode di suatu daerah tertentu.PDRB atas dasar harga berlaku menggambarkan nilai tambah barang dan jasa yang dihitung dengan menggunakan harga pada setiap tahun, sedangkan PDRB atas dasar harga konstan menunjukkan nilai tambah barang dan jasa yang dihitung menggunakan harga pada satu tahun tertentu sebagai tahun dasar penghitungannya.

2.1.2 Pendapatan Asli Daerah

Berdasarkan Undang-Undang No.33 Tahun 2004 Pasal 1 Pendapatan Asli Daerah adalah hak Pemerintah Daerah yang diakui sebagai penambah nilai kekayaan bersih dalam periode tahun bersangkutan. Sesuai dengan Undang-Undang No.33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan daerah pasal 6 bahwa Sumber Pendapatan Asli Daerah adalah sebagai berikut : a. Pendapatan Asli Daerah Sendiri yang sah : 1. Hasil Pajak Daerah 2. Hasil Retribusi Daerah 3. Hasil Perusahaan Milik Daerah dan hasil pengelolaan kekayaan daerah lainnyayang dipisahkan 4. Lain-lain pendapatan daerah yang sah b. Pendapatan berasal dari pemberian Pemerintah, yang terdiri dari : 1. Sumbangan dari pemerintah 2. Sumbangan lain yang diatur dengan peraturan perundangan 3. Pendapatan lain-lain yang sah Menurut Mardiasmo 2002 : 132, “Pendapatan Asli Daerah adalah penerimaan daerah dari sector pajak daerah, retribusi daerah, hasil perusahaan milik daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan, dan lain – lain Pendapatan Asli Daerah yang sah”. Menurut Halim 2004 : 67, Pendapatan Asli daerah PAD merupakan semua penerimaan daerah yang berasal dari sumber ekonomi asli daerah. Pendapatan Asli Daerah dipisahkan menjadi empat jenis pendapatan, yaitu : pajak daerah, retribusi daerah, hasil perusahaan milik daerah dan hasil peneglolaan kekayaan milik daerah yang dipisahkan, lain-lain PAD yang sah. Pendapatan asli daerah adalah pendapatan yang diperoleh dari sumber- sumber pendapatan daerah dan dikelola sendiri oleh pemerintaha daerah yang dipungut berdasarkan Peraturan Daerah sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

2.1.3 Dana Bagi Hasil

Dana ini merupakan dana yang bersumber dari pendapatan APBN yang dialokasikan kepada daerah berdasarkan angka persentase untuk mendanai kebutuhan daerah dalam rangka pelaksanaan desentralisasi UU No.33 Tahun 2004, Tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah daerah. DBH yang ditransfer pemerintah pusat kepada pemerintah daerah terdiri dari 2 jenis, yaitu DBH pajak dan DBH bukan pajak Sumber Daya Alam Wahyuni Adi 2009. Berdasarkan UU PPh yang baru UU Nomor 17 Tahun 2000, mulai tahun anggaran 2001 Daerah memperoleh bagi hasil dari Pajak Penghasilan PPh orang pribadi personal income tax, yaitu PPh Pasal 21 serta PPh Pasal 2529 Orang Pribadi. Ditetapkannya PPh Perorangan sebagai objek bagi hasil dimaksudkan sebagai kompensasi dan penyelaras bagi daerah-daerah yang tidak memiliki SDA tetapi memberikan kontribusi yang besar bagi penerimaan negara APBN. Volume perolehan pajak di daerah berasosiasi kuat dengan besarnya tingkat pendapatan sebagai basis pajak. Dengan demikian, daerah dengan tingkat pendapatan yang lebih tinggi cenderung akan memperoleh DBH pajak yang lebih tinggi pula Wahyuni Adi 2009. DBH merupakan sumber pendapatan daerah yang cukup potensial dan merupakan salah satu modal dasar pemerintah daerah dalam mendapatkan dana pembangunan dan memenuhi belanja daerah yang bukan berasal dari PAD selain DAU dan DAK. Pola bagi hasil penerimaan tersebut dilakukan dengan prosentase tertentu yang didasarkan atas daerah penghasil. Penerimaan DBH pajak bersumber dari : Pajak Penghasilan Pasal 21 PPh 21, Pajak Penghasilan Pasal 25 PPh 25, Pasal 29 Wajib Pajak Orang Pribadi Dalam Negeri PPh WPOPDN. Sedangkan penerimaan DBH SDA bersumber dari: Kehutanan, Pertambangan Umum, Perikanan, Pertambangan Minyak Bumi, Pertambangan Gas Bumi, Pertambangan Panas Bumi Wahyuni Adi 2009.

2.1.4 Dana Alokasi Umum

Dana Alokasi Umum DAU merupakan salah satu transfer dana Pemerintah kepada pemerintah daerah yang bersumber dari pendapatan APBN, yang dialokasikan dengan tujuan pemerataan kemampuan keuangan antar daerah untuk mendanai kebutuhan daerah dalam rangka pelaksanaan desentralisasi. Menurut Peraturan Pemerintah No. 32 Tahun 2005 Tentang Perimbangan Keuangan Pemerintah Pusat dan Daerah, Dana Alokasi Umum merupakan salah satu komponen di dalam Dana Perimbangan di APBN yang pengalokasiannya didasarkan atas formula dengan konsep kesenjanga fiskal fiscal gap.DAU suatu daerah ditentukan atas besar kecilnya celah fiskal suatu daerah, yang merupakan selisih antara kebutuhan daerah fiscal need dan potensi daerah fiscal capacity. DAU merupakan transfer yang bersifat umum block grant yang diberikan kepada semua kabupaten dan kota untuk mengisi kesenjangan antara kapasitas dan kebutuhan fiskalnya dan didistribusikan dengan formula berdasarkan prinsip – prinsip tertentu yang secara umum mengindikasikan bahwa daerah miskin dan terkebelakang harus menerima lebih banyak dari pada daerah kaya. Dana Alokasi Umum bersifat unconditional atau tidak memiliki syarat dalam penggunaannya sehingga bisa dialokasikan sesuai dengan kebutuhan daerah. DAU untuk suatu daerah ditetapkan berdasarkan criteria tertentu yang menekankan pada aspek pemerataan dan keadilan yang selaras dengan penyelenggaraan urusan pemerintahan yang formula dan perhitungan DAU- nya ditetapkan sesuai Undang – Undang pasal 161. Alokasi DAU bagi daerah yang potensi fiskalnya besar tetapi kebutuhan fiskal kecil akan memperoleh alokasi DAU relative kecil. Sebaliknya, daerah yang potensi fiskalnya kecil, namun kebutuhan fiskal besar akan memperoleh alokasi DAU relatif besar. Secara implisit, prinsip tersebut menegaskan fungsi DAU sebagai faktor pemerataan kapasitas fiskal.

2.1.5 Belanja Modal

Menurut PP Nomor 71 Tahun 2010, belanja modal merupakan belanja Pemerintah Daerah yang manfaatnya melebihi 1 tahun anggaran dan akan menambah aset atau kekayaan daerah dan selanjutnya akan menambah belanja yang bersifat rutin seperti biaya pemeliharaan pada kelompok belanja administrasi umum. Klasifikasi belanja menurut Peraturan Pemerintah Nomor 71 tahun 2010 tentang standar akuntansi pemerintahan untuk tujuan pelaporan keuangan dikelompokkan menjadi: 1. Belanja operasi Belanja operasi adalah pengeluaran anggaran untuk kegiatan sehari-hari pemerintah pusatdaerah yang memberi manfaat jangka pendek. Belanja operasi meliputi: a. Belanja pegawai b. Belanja barang c. Bunga d. Subsidi e. Hibah f. Bantuan sosial 2. Belanja Modal Belanja modal adalah pengeluaran anggaran untuk perolehan asset tetap berwujud yang memberi manfaat lebih dari satu periode akuntansi. Nilai asset tetap dalam belanja modal yaitu sebesar harga beli bangun asset ditambah seluruh belanja yang terkait dengan pengadaanpembangunan asset sampai asset tersebut siap digunakan. Belanja modal terdiri dari: a. Belanja modal tanah Belanja Modal Tanah adalah pengeluaran biaya yang digunakan untuk pengadaanpembeliaanpembebasan penyelesaian, balik nama dan sewa tanah, pengosongan, pengurugan, perataan, pematangan tanah, pembuatan sertifikat, dan pengeluaran lainnya sehubungan dengan perolehan hak atas tanah dan sampai tanah dimaksud dalam kondisi siap pakai b. Belanja modal peralatan dan mesin Belanja Modal Peralatan dan Mesin adalah pengeluaranbiaya yang untuk pengadaan penambahan penggantian, dan peningkatan kapasitas peralatan dan mesin serta inventaris kantor yang memberikan manfaat lebih dari 12 dua belas bulan dan sampai peralatan dan mesin dimaksud dalam kondisi siap pakai. c. Belanja modal gedung dan bangunan Belanja Modal Gedung dan Bangunan adalah pengeluaran biaya yang digunakan untuk pengadaan penambahan penggantian, dan termasuk pengeluaran untuk perencanaan, pengawasan dan pengelolaan pembangunan gedung dan bangunan yang menambah kapasitas sampai gedung dan bangunan dimaksud dalam kondisi siap pakai. d. Belanja modal jalan, irigasi, dan jaringan Belanja Modal Jalan, Irigasi dan Jaringan adalah pengeluaranbiaya yang digunakan untuk pengadaan penambahan penggantian peningkatan pembangunanpembuatan serta perawatan, dan termasuk pengeluaran untuk perencanaan, pengawasan dan pengelolaan jalan irigasi dan jaringan yang menambah kapasitas sampai jalan irigasi dan jaringan dimaksud dalam kondisisiap pakai. e. Belanja Modal Fisik Lainnya Belanja Modal Fisik Lainnya adalah pengeluaran biaya yang digunakan untuk pengadaan penambahan penggantian pembangunan pembuatan serta perawatan fisik lainnya yang tidak dikategorikan kedalam kriteria belanja modal tanah, peralatan dan mesin, gedung dan bangunan, dan jalan irigasi dan jaringan, termasuk dalam belanja ini adalah belanja modal kontrak sewa beli, pembelian barang-barang kesenian, barang purbakala 3. Belanja lain-lainbelanja tak terduga Belanja lain-lain atau belanja tak terduga adalah pengeluaran anggaran untuk kegiatan yang sifatnya tidak biasa dan tidak diharapkan berulang seperti penanggulangan bencana alam, bencana sosial, dan pengeluaran tidak terduga lainnya yang sangat diperlukan dalam rangka penyelenggaraan kewenangan pemerintah pusatdaerah. 4. Belanja transfer Belanja transfer adalah pengeluaran anggaran dari entitas pelaporan yang lebih tinggi ke entitas pelaporan yang lebih rendah seperti pengeluaran dana perimbangan oleh pemerintah pusat ke pemerintah daerah dan dana bagi hasil oleh pemerintah provinsi kekabupatenkota serta dana bagi hasildari kabupatenkota ke desa. Berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 59 Tahun 2007 dan adanya perubahan kedua dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 2011 tentang perubahan kedua, belanja dikelompokkan menjadi: 1. Belanja langsung Belanja langsung adalah belanja yang dianggarkan terkait secara langsung dengan program dan kegiatan. Belanja langsung terdiri dari belanja: a. Belanja pegawai b. Belanja barang dan jasa c. Belanja modal 2. Belanja tidak langsung Belanja tidak langsung merpakan belanja yang dianggarkan tidakterkait secara langsung dengan pelaksanaan program dan kegiatan. Kelompok belanja tidak langsung dibagi menurut jenis belanja yang terdiri dari: a. Belanja pegawai b. Belanja bunga c. Belanja subsidi d. Belanja hibah e. Belanja bantuan sosial f. Belanja bagi hasil kepada provinsikabupatenkota dan pemerintahan desa.

2.2 Tinjauan Penelitian Terdahulu Tabel 2.1

Dokumen yang terkait

Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi, Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran, Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Umum, Dana Alokasi Khusus Dan Dana Bagi Hasil Terhadap Pengalokasian Anggaran Belanja Modal Pada Pemerintah Kabupaten/Kota Di Provinsi Sumatera Utara

5 90 92

PENGARUH DANA ALOKASI UMUM, DANA ALOKASI KHUSUS, PENDAPATAN ASLI DAERAH, PERTUMBUHAN EKONOMI, DANA BAGI HASIL, DAN KEMANDIRIAN FISKAL TERHADAP PENGALOKASIAN ANGGARAN BELANJA MODAL

1 16 106

PENGARUH PERTUMBUHAN EKONOMI, PENDAPATAN ASLI DAERAH, DANA ALOKASI UMUM, DAN DANA ALOKASI Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi, Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Umum, Dan Dana Alokasi Khusus Terhadap Pengalokasian Anggaran Belanja Modal (Studi Pada Pemerinta

0 3 14

PENGARUH PERTUMBUHAN EKONOMI, PENDAPATAN ASLI DAERAH, DANA ALOKASI UMUM, DAN DANA ALOKASI Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi, Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Umum, Dan Dana Alokasi Khusus Terhadap Pengalokasian Anggaran Belanja Modal (Studi Pada Pemerinta

0 4 16

PENGARUH PENDAPATAN ASLI DAERAH, PERTUMBUHAN EKONOMI, DAN DANA ALOKASI UMUM TERHADAP Pengaruh Pendapatan Asli Daerah, Pertumbuhan Ekonomi, Dan Dana Alokasi Umum Terhadap Pengalokasian Anggaran Belanja Modal (Studi Pada Pemerintah Kabupaten dan Kota Pro

0 2 15

PENGARUH PENDAPATAN ASLI DAERAH, PERTUMBUHAN EKONOMI, DAN DANA ALOKASI UMUM TERHADAP Pengaruh Pendapatan Asli Daerah, Pertumbuhan Ekonomi, Dan Dana Alokasi Umum Terhadap Pengalokasian Anggaran Belanja Modal (Studi Pada Pemerintah Kabupaten dan Kota Propi

0 2 14

PENDAHULUAN Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi, Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Umum, Dana Alokasi Khusus Dan Dana Bagi Hasil Terhadap Pengalokasian Anggaran Belanja Modal Di Kabupaten/Kota Di Yogyakarta Periode Tahun 2007-2013.

0 2 6

PENGARUH PERTUMBUHAN EKONOMI DAERAH,PENDAPATAN ASLI DAERAH DAN DANA ALOKASI UMUM TERHADAP PENGALOKASIAN ANGGARAN BELANJA MODAL.

0 3 7

PENGARUH ANGGARAN PENDAPATAN ASLI DAERAH DAN DANA ALOKASI UMUM TERHADAP PENGALOKASIAN ANGGARAN BELANJA Pengaruh Anggaran Pendapatan Asli Daerah Dan Dana Alokasi Umum Terhadap Pengalokasian Anggaran Belanja Modal.

0 1 15

PENGARUH PERTUMBUHAN EKONOMI, PENDAPATAN ASLI DAERAH DAN DANA ALOKASI UMUM TERHADAP PENGALOKASIAN Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi, Pendapatan Asli Daerah dan Dana Alokasi Umum Terhadap Pengalokasian Anggaran Belanja Modal (Studi Pada Pemerintah Kabupaten/Ko

0 1 14