BAB 5 PEMBAHASAN
Hasil penelitian tentang gambaran pemberian antibiotik oral oleh dokter gigi di praktek sekitar Kota Medan diperoleh 104 dokter gigi yang menjawab kuesioner.
Dari 104 dokter gigi tersebut, 51.9 memilih abses odontogenik sebgai kasus yang sering diberikan antibiotik, 18.3 untuk pengobatan pasca pencabutan gigi, 16.3
sebagai antibiotik profilaksis, 5.8 memilih gingivitis ulseratif nekrose akut GUNA dan 7.7 menjawab lain-lain Gambar 6. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
umumnya dokter gigi mengetahui indikasi penggunaan antibiotik untuk infeksi oral. Menurut Najla Saeed, Osama,Mahmoud, Ameen dkk pada tahun 2010, situasi klinis
yang membutuhkan terapi antibiotik hanya pada beberapa kasus dan salah satunya termasuk infeksi oral yang disertai peningkatan suhu badan dan kondisi sistemik.
Selulitis merupakan salah satu kondisi penyakit yang memerlukan pemberian antibiotik karena kemungkinan dapat menginfeksi saluran darah dan septikemia.
Selain itu, terdapat juga infeksi oral terlokalisir yang diindikasikan antibiotik yaitu gingivitis ulseratif akut GUNA, abses dan perikoronitis.
19,24
Pemberian antibiotik oleh dokter gigi pada pasien dalam penelitian ini mendapatkan pemberian antibiotik amoksisilin sebanyak 66. 19 klindamisin, 2
metronidazol, 3 memilih eritromisin dan 10 memilih antibiotik jenis lain Gambar 7. Alasan pemilihan amoksisilin adalah karena antibiotik tersebut stabil
dari segi keasaman selain absorbsinya itu tidak dipengaruhi dengan konsumsi makanan. Berdasarkan beberapa hasil penelitian bahwa amoksisilin efektif untuk
infeksi oral dan beradaptasi baik dari segi bioabilitas serta diabsorbsi lebih banyak dibandingkan ampisilin.
25
Penelitian oleh Nilesh, Kelekar, A Malik, Patil dkk di pada tahun 2014 di Maharashtra, India menyatakan antibiotik yang paling sering diresepkan untuk
infeksi mulut adalah amoksisilin 77.
6
Hasil tersebut sama dengan hasil penelitian ini dimana amoksisilin merupakan pilihan pertama dokter gigi di Kota Medan.
Amoksisilin merupakan penisilin berspektrum luas dan aktif melawan bakteri gram
positif dan gram negatif.
26
Selain itu, antibiotik ini dikategorikan ekonomis dan harga terjangkau oleh pasien dibandingkan klindamisin dan amoksisilin yang
dikombinasikan dengan asam klavulanat oleh karena biaya yang lebih mahal. Menurut Azhar Iqbal pada tahun 2015 kombinasi amoksisilin dan asam klavulanat
dianggap kombinasi pilihan terbaik untuk infeksi odontogenik.
1
Sementara alasan dokter gigi dalam pemilihan antibiotik adalah sebanyak 61.5 responden memilih aktivitas spektrumnya, 16.3 menyatakan karena biaya
yang terjangkau, 10.6 karena efektivitas antibiotik, 10.6 karena tidak ada alergi yang terjadi dan 1 memilih kurangnya insiden resistensi yang terjadi Tabel 4.
Berdasarkan pemilihan di gambar 7, dokter gigi memilih amoksisilin oleh karena jenis antibiotik ini memiliki spektrum luas. Antibiotik spektrum luas seringkali
dipakai untuk mengobati infeksi dimana mikroorganisme yang menyerang belum diidentifikasi pembiakan dan sensitivitas.
12
Pengkulturan bakteri agak sukar dilakukan terutama di praktek dokter gigi karena ia mengambil waktu yang agak lama
dan sulit untuk diaplikasikan pada semua pasien.
1
Distribusi pemberian dosis antibiotik oleh dokter gigi pada pasien mendapatkan hasil sebanyak 64.4 memilih amoksisilin dengan dosis 250-500mg
per 8 jam sehari, 12.5 klindamisin dengan dosis 150-450mg per 6 jam, 1.9 siproflosaksin 250-500 per 12 jam, metronidazol 250-750mg per 8 jam sebanyak
2.9 dan dosis lain-lain 18.3 Tabel 5. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa umumnya dokter gigi memilih dosis antibiotik dengan melihat gejala klinik dan jenis
bakteri yang ada. Untuk menghindari terjadinya resisten, pemberian dosis harus sesuai.
2
Faktor utama dalam keberhasilan klinis untuk kebanyakan antibiotik adalah tinggi konsentrasi obat dan jumlah yang dihasilkan pada jaringan terinfeksi. Selain
itu, semakin singkat waktu terapi, semakin rendah risiko pasien alergi.
27
Dari segi alasan pemilihan dosis, sebanyak 29.8 menyatakan karena mengikut ketetapan dosis yang berlaku, 23.1 dokter gigi menyatakan dosis
diberikan sesuai berat badan dan umur pasien, 27.9 dokter gigi menyatakan atas alasan aktivitas spektrum antibiotik tersebut jumlah dosis yang diberikan, 6,7
karena profil farmakokinetik dan 12.5 lain-lain alasanTabel 6. Konsentrasi obat
dalam tubuh pasien ditentukan oleh dosis yang diberikan dan juga profil farmakokinetik obat tersebut. Konsentrasi obat dalam darah penting untuk
mengetahui apakah antibiotik tersebut dapat membunuh bakteri atau dapat mendapat toksisitas pada pasien jika konsentrasi terlalu tinggi.
28
Faktor yang mempengaruhi pemberian obat antaranya adalah berat badan pasien yaitu gemuk atau kurus dan usia pasien terdiri anak-anak, dewasa dan
geriatrik. Hal ini ditambah dengan patofisiologis tubuh yaitu fungsi atau keadaan tubuh pasien menurun. Pengurangan dosis bagi pasien usia lanjut disebabkan
kemampuan metabolisme sudah menurun sehingga pemberian dosis tinggi kemungkinan besar akan menjadi toksisitas. Selain itu, respon tubuh anak-anak dan
dewasa tidak sama. Hal ini menyebabkan biotransformasi obat terganggu sehingga obat terakumulasi kearah organ tubuh lainnya.
22
Hasil penelitian juga menunjukkan jenis antibiotik yang sering diberikan dokter gigi untuk kasus odontogenik. Sebanyak 35.6 dokter gigi memberi
amoksisilin untuk pengobatan, 30.8 pula memilih klindamisin, 6.7 memilih metronidazol ,4.8 memilih siproflosaksin dan 22.1 memilih antibotik jenis lain
Gambar 8. Menurut Dr Gregoire Curtis tahun 2010, kebanyakan infeksi odontogenik dijumpai lebih dari 1 spesis bakteri yang biasanya ada di rongga mulut.
Secara umum 50 disebabkan bakteri anaerobik sahaja, 44 disebabkan kombinasi bakteri aerob dan anaerob dan 6 aerob sahaja. Amoksisilin berspektrum luas tetapi
untuk kasus odontogenik penisilin V lebih baik digunakan untuk pengobatan. Namun, dosis amoksisilin dan kemampuan absorbsinya bersama asupan makanan
menyebabkan antibiotik ini menjadi pilihan terbaik untuk pasien dalam menghasilkan efek yang optimal.
29
Menurut Addy.L.D dan Martin M.V pada tahun 2005 menyatakan klindamisin mempunyai spektrum khusus untuk melawan infeksi anaerobik. Walaupun
klindamisin bertindak sebagai bakteriostatik, aktivitas bakterisidal dapat dicapai pada dosis tertentu. Survei menyatakan klindamisin kurang sering di berikan di UK dan
kurang populer di Kanada. Hal ini berkaitan dengan publisitas di literatur-literatur
dalam merekommendasikan klindamisin sebagai pilihan utama untuk perawatan infeksi odontogenik.
30
Menurut Azhar Iqbal pada tahun 2015, metronidazol merupakan agen antibiotik yang efektif melawan mikroba anaerob tetapi tidak efektif terhadap anaerob
fakultatif. Oleh itu metronidazol harus direkomendasikan sebagai obat tambahan untuk meningkatkan efek amoksisilin.
5
Siproflosaksin diabsorbsi dengan baik di rongga mulut dan bioabilitasnya mencapai 90. Namun, asupan makanan dapat
memperlama penyerapan konsentrasi siproflosaksin. Pemakaian kuinolon tidak dianjurkan untuk infeksi odontogenik melainkan setelah kultur dan sensitivitas
dilakukan karena pilihan obat yang lain telah tersedia.
11
Persentase dokter gigi memilih antibiotik profilaksis adalah sebanyak 61.5 untuk amosisilin, 6.7 untuk klindamisin, 8.7 antibiotik golongan sefalosporin,
3.8 klaritromisin dan sisanya 19.2 antibiotik jenis lain Gambar 9. Profilaksis dalam kedokteran gigi adalah pemberian obat antimikroba untuk mencegah infeksi.
Dalam arti yang lain, profilaksis juga mencakup penggunaan antimikroba segera setelah masuknya mikroorganisme patogenik misalnya fraktur tetapi sebelum timbul
tanda-tanda infeksi.
9
Antibiotik yang dianjurkan untuk profilaksis adalah amoksisilin dan bagi yang alergi penisilin bisa diberikan klindamisin, sefalosporin dan
azitromisin. Banyak literatur menyebut penisilin yang diberikan sebelum dilakukan prosedur yang menyebabkan bakteremia akan menurunkan jumlah bakteri dalam
beberapa waktu selepas dilakukan prosedur tersebut. Namun, berdasarkan mekanisme kerja B-laktam yaitu secara perlahan membunuh bakteri dengan menghambat dinding
bakteri sulit dipahami bagaimana hal ini dapat menurunkan jumlah bakteri sesaat setelah prosedur perawatan.
11
Beberapa tahun
sebelum tahun
1990, dosis
tinggi eritromisin
direkomendasikan sebagai alternatif pasien yang alergi penisilin untuk pencegahan endokarditis. Namun pilihan ini berubah kepada klindamisin karena dianggap tidak
sesuai dan mempunyai efek samping.
30
Azitromisin mempunyai indikasi klinik serupa dengan klaritromisin. Namun, bioabilitas klaritromisin tidak banyak
terpengaruh oleh adanya makanan dalam lambung berbanding azitromisin yang terganggu jika diberikan bersama makanan.
2
Hasil penelitian juga menunjukkan sebannyak 21.2 dokter gigi memberikan eritromisin pada pasien yang alergi penisilin sebagai pilihan alternatif, 28.8
klindamisin, 20.2 jenis antibiotik sefalosporin, 13.5 antibiotik metroniazol dan antibiotik jenis lain sebanyak 16.35 Gambar 10. Penisilin merupakan antara
golongan obat antimikroba yang paling toksisitas dan menimbulkan reaksi alergi. Reaksi alergi penisilin paling berbahaya tergantung kegunaannya. Beberapa hasil
penelitian tentang efek penisilin, didapatkan 5 hingga 10 pasien yang mengkonsumsi penisilin menyebabkan reaksi alergi. Namun, alergi penisilin oral
lebih sedikit dibandingkan melalui paraentral. Pada awal infeksi terjadi, pasien yang alergi penisilin direkomendasikan untuk diberikan klindamisin dan eritromisin. Pada
infeksi yang sudah kronis, metronidazol dan klindamisin dianjurkan.
1
Pada hasil penelitian ini , di dapatkan 20.2 dokter gigi memilih sefalosporin. Hal ini bertentangan dengan beberapa literatur yang menyebutkan golongan
sefalosporin dapat menyebabkan reaksi alergi dan bisa terjadi sensitivitas silang terhadap penisilin. Alasan pemilihan ini mungkin karena sefalosporin mempunyai
mekanisme kerja serta farmakologi yang sama dengan penisilin. Kedua-duanya merupakan golongan B-laktam dan antibiotik ini memiliki struktur cincin B-laktam.
1,15,17
Namun, alergi yang terjadi dengan sefalosporin lebih rendah dibandingkan penisilin dimana terdapat beberapa kasus yang berhasil dirawat dengan menggunakan
antibiotik golongan sefalosporin. Walaupun begitu, bagi pasien yang mempunyai riwayat alergi penisilin tidak direkomendasikan pemberian sefalosporin.
15
Alasan pemilihan antibiotik alternatif untuk pasien alergi penisilin oleh dokter gigi diperoleh sebanyak 22.1 dokter gigi menyatakan karena antibiotik tersebut
tidak ada riwayat alergi, 34.6 memilih antibiotik karena aktivitas spektrum yang sama, 5.8 karena sifat bakteriostatik dan 3.8 karena harga antibiotik yang
ekonomis. Selebihnya, 33.7 dokter gigi memberi alasan karena bukan daripada golongan penisilin Tabel 7. Hal ini menunjukkan bahwa dokter gigi memilih
antibiotik yang mempunyai spektrum yang sama dengan penisilin. Misalnya
eritromisin yang mempunyai spektrum antibakteri sama dengan benzilpenisilin.
14
Antibiotik klindamisin menyerupai mekanisme kerja eritromisin yaitu spektrum antimikroba dan lokasi reseptor ribosom tetapi memiliki struktur kimia yang
berbeda.
9
Selain dapat melihat distribusi pemberian antibiotik oleh dokter gigi, penelitian ini juga memperlihat alasan pemilihan antibiotik oleh dokter gigi. Dari
hasil penelitian 104 dokter gigi, amoksisilin dipilih sebagai antibiotik yang sering diresepkan. Alasan pemilihan antibiotik tersebut selain harga ekonomis, adalah
karena spektrumnya yang luas dan keupayaan diabsorbsi dengan baik melalui rongga mulut. Namun, pemberian antibiotik yang lain juga dapat dipertimbangkan
berdasarkan spektrum kerja, resistensi dan toksisitas yang dimiliki.
1,9,11
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN