Fungsi fitness tersebut sebagai berikut: Fitness
1 1 + Penalti
3.1
dimana: ∑ Penalti =∑Bp + ∑Np
Dari persamaan diatas nilai fitness ditentukan oleh nilai penalty. Penalty tersebut menunjukkan jumlah pelanggaran kendala pada suatu kromosom.
Semakin tinggi nilai fitness akan semakin besar kemungkinan kromosom tersebut terpilih ke generasi berikutnya. Jadi nilai penalty berbanding terbalik
dengan nilai fitness, semakin kecil nilai penalty jumlah pelanggaran semakin besar nilai fitnessnya.
Jadi fungsi fitness:
Keterangan: Bp : Bobot Pelanggaran
Np : Indikator Pelanggaran
3.5. Pengkodean
Pengkodean adalah suatu teknik untuk menyatakan populasi awal sebagai calon solusi suatu masalah ke dalam suatu kromosom sebagai suatu kunci
pokok persoalan ketika menggunakan algoritma genetik.
1. Pengkodean biner merupakan cara pengkodean yang paling umum digunakan karena adalah yang pertama kali digunakan dalam algoritma
genetik oleh Holland. Keuntungan pengkodean ini adalah sederhana untuk diciptakan dan mudah
dimanipulasi. Pengkodean biner
memberikan banyak kemungkinan untuk kromosom walaupun dengan jumlah nilai-nilai yang mungkin terjadi pada suatu gen yang sedikit 0 dan
1. Di pihak lain, pengkodean biner sering tidak sesuai untuk banyak masalah dan kadang pengoreksian harus dilakukan setelah operasi
crossover dan mutasi. 2. Pengkodean bilang riil adalah suatu pengkodean bilangan dalam bentuk riil.
Masalah optimalisasi fungsi dan optimalisasi kendala lebih tepat jika diselesaikan dengan pengkodean bilangan riil karena struktur topologi
ruang genotif untuk pengkodean bilangan riil identik dengan ruang fenotifnya, sehingga mudah membentuk operator genetik yang efektif
dengan cara memakai teknik yang dapat digunakan yang berasal dari metode konvensional.
3. Pengkodean bilangan bulat adalah metode yang mengkodekan bilangan dalam bentuk bilangan bulat. Pengkodean ini baik digunakan untuk
masalah optimisasi kombinatorial. 4. Pengkodean struktur data adalah model pengkodean yang menggunakan
struktur data. Pengkodean ini digunakan untuk masalah kehidupan yang lebih kompleks seperti perencanaan jalur robot, dan masalah pewarnaan
Graph.
3.6. Operator Genetik
Algoritma genetik merupakan proses pencarian yang heuristik dan acak sehingga penekanan pemilihan operator yang digunakan sangat
menentukan keberhasilan algoritma genetik dalam menemukan solusi optimum suatu masalah yang diberikan. Hal yang harus diperhatikan
adalah menghindari terjadinya konvergensi premature, yaitu mencapai solusi optimum yang belum waktunya, dalam arti bahwa solusi yang diperoleh adalah
hasil optimum lokal. Operator genetik yang digunakan setelah proses evaluasi tahap pertama
membentuk populasi baru dari generasi sekarang. Operator-operator tersebut adalah operator seleksi, crossover dan mutasi.
3.6.1. Seleksi
Seleksi bertujuan memberikan kesempatan reproduksi yang lebih besar bagi anggota populasi yang paling fit. Langkah pertama dalam seleksi
ini adalah pencarian nilai fitness. Masing-masing individu dalam suatu wadah seleksi akan menerima probabilitas reproduksi yang tergantung pada nilai
objektif dirinya sendiri terhadap nilai objektif dari semua individu dalam wadah seleksi tersebut. Nilai fitness inilah yang nantinya akan digunakan pada tahap
seleksi berikutnya. Kemampuan algoritma genetik untuk memproduksi kromosom yang
lebih baik secara progresif tergantung pada penekanan selektif selective pressure yang diterapkan ke populasi. Penekanan selektif dapat diterapkan
dalam dua cara. Cara pertama adalah membuat lebih banyak kromosom anak yang dipelihara dalam populasi dan memilih hanya kromosom-kromosom
terbaik bagi generasi berikut. Walaupun orang tua dipilih secara acak, metode ini akan terus menghasilkan kromosom yang lebih baik berhubungan dengan
penekanan selektif yang diterapkan pada individu anak tersebut. Cara lain menerapkan penekanan selektif adalah memilih orang tua yang
lebih baik ketika membuat keturunan baru. Dengan metode ini, hanya kromosom sebanyak yang dipelihara dalam populasi yang perlu dibuat bagi
generasi berikutnya. Walaupun penekanan selektif tidak diterapkan ke level keturunan, metode ini akan terus menghasilkan kromosom yang lebih baik,
karena adanya penekanan selektif yang diterapkan ke orangtua. Ada beberapa metode untuk memilih kromosom yang sering digunakan
antara lain adalah seleksi roda rolet roulette wheel selection, seleksi ranking rank selection dam seleksi turnamen tournament selection.
Dalam penelitian ini, metode yang digunakan adalah seleksi roda rolet roulette wheel selection. Pada seleksi ini, orang tua dipilih berdasarkan fitness
mereka. Lebih baik kualitas suatu kromosom, lebih besar peluangnya untuk terpilih. Probabilitas suatu individu terpilih untuk crossover sebanding dengan
fitness-nya. Cara penyeleksian ini merupakan peniruan dari permainan roda rolet.
3.6.2. Crossover
Crossover perkawinan silang bertujuan menambah keanekaragaman string dalam populasi dengan penyilangan antar-string yang diperoleh dari
sebelumnya. Beberapa jenis crossover tersebut adalah: 1. Crossover 1-titik
Pada crossover dilakukan dengan memisahkan suatu string menjadi dua bagian dan selanjutnya salah satu bagian dipertukarkan dengan salah satu bagian dari
string yang lain yang telah dipisahkan dengan cara yang sama. Proses yang demikian dinamakan operator crossover satu titik seperti diperlihatkan pada
Tabel 3.1. berikut:
Tabel 3.1 Contoh Crossover 1-titik
Kromosom Orangtua 1 11001011
Kromosom Orangtua 2 11011111
Keturunan 11001111
2. Crossover 2-titik Proses crossover ini dilakukan dengan memilih dua titik crossover.
Kromosom keturunan kemudian dibentuk dengan barisan bit dari awal kromosom sampai titik crossover pertama disalin dari orangtua pertama, bagian
dari titik crossover pertama dan kedua disalin dari orangtua kedua, kemudian selebihnya disalin dari orang tua pertama lagi.
Tabel 3.2 Contoh Crossover 2-titik
Kromosom Orangtua 1 11001011
Kromosom Orangtua 2 11011111
Keturunan
11011111
3. Crossover seragam Crossover seragam manghasilkan
kromosom keturunan dengan
menyalin bit-bit secara acak dari kedua orangtuanya.
Tabel 3.3 Contoh Crossover Seragam
Kromosom Orangtua 1 11001011
Kromosom Orangtua 2 11011111
Keturunan 11011111
3.6.3. Mutasi
Mutasi merupakan proses mengubah nilai dari satu atau beberapa gen dalam suatu kromosom. Operasi crossover yang dilakukan pada kromosom
dengan tujuan untuk memperoleh kromosom-kromosom baru sebagai kandidat solusi pada generasi mendatang denga fitness yang lebih baik, dan lama-
kelamaan menuju solusi optimum yang diinginkan. Akan tetapi, untuk mencapai hal ini, penekanan selektif juga memegang peranan yang penting.
Jika dalam proses pemilihan kromosom-kromosom cenderung pada kromosom yang memiliki fitness yang tinggi saja, konvergensi premature,
yaitu mencapai solusi yang optimal lokal sangat mudah terjadi Untuk menghindari konvergensi premature tersebut dan tetap menjaga
perbedaan diversity kromosom-kromosom dalam populasi, selain melakukan penekanan selektif yang lebih efisien, operator mutasi juga dapat digunakan.
Proses mutasi dalam sistem biologi berlangsung dengan mengubah isi allele gen pada suatu locus dengan allele yang lain. Proses mutasi ini bersifat
acak sehingga tidak selalu menjamin bahwa setelah proses mutasi akan diperoleh kromosom dengan fitness yang lebih baik.
Operator mutasi merupakan operasi yang menyangkut satu kromosom tertentu. Beberapa cara operasi mutasi diterapkan dalam algoritma genetik
menurut jenis pengkodean terhadap phenotype, antara lain: 1.
Mutasi dalam Pengkodean Biner Mutasi pada pengkodean biner merupakan operasi yang sangat
sederhana. Proses yang dilakukan adalah menginversi nilai bit pada posisi tertentu yang terpilih secara acak atau menggunakan skema
tertentu pada kromosom, yang disebut inverse bit.
Tabel 3.4 Contoh Mutasi pada Pengkodean Biner
Kromosom sebelum mutasi 1 0 0 1 0 1 1 1
Kromosom setelah mutasi 1 0 0 1 0 0 1 1
2. Mutasi dalam Pengkodean Permutasi
Proses mutasi yang dilakukan dalam pengkodean biner dengan mengubah langsung bit-bit pada kromosom tidak dapat dilakukan pada
pengkodean permutasi karena konsistensi urutan permutasi harus diperhatikan. Salah satu cara yang dapat dilakukan adalah dengan
memilih dua posisi locus dari kromosom dan kemudian nilainya saling dipertukarkan.
Tabel 3.5 Contoh Mutasi pada Pengkodean Permutasi
Kromosom sebelum mutasi 1 2 3 4 6 5 8 7 9
Kromosom setelah mutasi 1 2 7 4 6 5 8 3 9
3. Mutasi dalam Pengkodean Nilai
Mutasi pada pengkodean nilai hampir sama dengan yang dilakukan pada pengkodean biner, tetapi yang dilakukan bukan menginversi nilai bit.
Penerapannya bergantung pada jenis nilai yang digunakan. Sebagai contoh untuk nilai riil, proses mutasi dapat dilakukan seperti yang
dilakukan pada pengkodean permutasi, dengan saling mempertukarkan nilai dua gen pada kromosom.
Tabel 3.6 Contoh Mutasi Pengkodean Nilai Keadaan Kromosom
Proses Mutasi
Kromosom sebelum mutasi 1,45 2,67 1,87 2,56
Kromosom sesudah mutasi 1,55 2,67 1,77 2,56
4. Mutasi dalam Pengkodean Pohon
Mutasi dalam pengkodean pohon dapat dilakukan antara lain dengan cara mengubah operator +, -, , atau nilai yang terkandung pada suatu
verteks pohon yang dipilih. Atau, dapat juga dilakukan dengan memilih dua verteks dari pohon dan saling mempertukarkan operator atau
nilainya.
5. Order-based mutation
Proses mutasi dilakukan menggunakan metode order-based mutation, dengan ketentuan sebagai berikut :
a. Jika nilai bilangan random lebih kecil atau sama dengan ½ Pm, maka
kurangi nilai gen dengan satu. Jika nilai gen tersebut adalah satu, maka tambahkan nilai gen tersebut dengan satu.
3.6.4. Parameter Genetik
Pengoperasian algoritma genetik dibutuhkan 4 yaitu: 1. Probabilitas Persilangan Crossover Probability
Menunjukkan kemungkinan crossover terjadi antara 2 kromosom. Jika tidak terjadi crossover maka keturunannya akan sama persis dengan kromosom
orangtua, tetapi tidak berarti generasi yang baru akan sama persis dengan generasi yang lama. Jika probabilitas crossover 100 maka semua
keturunannya dihasilkan dari crossover. Crossover dilakukan dengan harapan bahwa kromosom yang baru akan lebih baik.
2. Probabilitas Mutasi Mutation Probability
Menunjukkan kemungkinan mutasi terjadi pada gen-gen yag menyusun sebuah kromosom. Jika tidak terjadi mutasi maka keturunan yang
dihasilkan setelah crossover tidak berubah. Jika terjadi mutasi bagian kromosom akan berubah. Jika probabilitas 100, semua kromosom
dimutasi. Jika probabilitasnya 0, tidak ada yang mengalami mutasi.
3. Jumlah Individu
Menunjukkan jumlah kromosom yang terdapat dalam populasi dalam satu generasi. Jika hanya sedikit kromosom dalam
populasi maka algoritma genetik akan mempunyai sedikit variasi kemungkinan untuk melakukan crossover antara orangtua karena
hanya sebagian kecil dari search space yang dipakai. Sebaliknya jika terlalu banyak maka algoritma genetik akan berjalan lambat.
4. Jumlah Generasi
Merupakan jumlah perulangan iterasi dilakukannya rekombinasi dan seleksi. Jumlah generasi ini mempengaruhi kestabilan output dan lama iterasi
waktu proses GA. Jumlah generasi yang besar dapat mengarahkan ke arah solusi yang optimal, namun akan membutuhkan waktu running yang lama.
Sedangkan jika jumlah generasinya terlalu sedikit maka solusi akan terjebak dalam lokal optimal.
3.7. Metode Pengukuran Waktu
3
Pengukuran waktu ditujukan untuk mendapatkan waktu baku penyelesaian pekerjaan yaitu waktu yang dibutuhkan secara wajar oleh seorang pekerja normal
untuk menyelesaikan suatu pekerjaan yang dijalankan dalam sistem kerja terbaik. Ini dimaksudkan untuk menunjukkan bahwa waktu baku yang dicari bukanlah
waktu penyelesaian yang diselesaikan secara tidak wajar seperti terlalu cepat atau terlalu lambat.
Secara garis besar, metode pengukuran waktu terbagi ke dalam dua bagian, yaitu:
1. Pengukuran secara langsung
Pengukuran yang dilakukan secara langsung di tempat dimana pekerjaan yang bersangkutan dijalankan. Dua cara yang termasuk pengukuran langsung adalah
cara jam henti stopwatch time study dan sampling kerja work sampling. 2.
Pengukuran secara tidak langsung merupakan pengukuran waktu tanpa harus berada ditempat kerja yaitu dengan membaca tabel-tabel yang tersedia asalkan
mengetahui jalannya pekerjaan melalui elemen-elemen pekerjaan atau elemen- elemen gerakan. Yang termasuk pengukuran tidak langsung adalah data waktu
baku dan data waktu gerakan. Dengan salah satu cara ini, waktu penyelesaian pekerjaan yang dikerjakan
dengan suatu sistem kerja tertentu dapat ditentukan. Sehingga jika pengukuran dilakukan terhadap beberapa alternatif sistem kerja, kita dapat memilih yang
3
Iftikar Z Sutalaksana. Teknik Tata Cara Kerja. Bandung: Institut Teknologi Bandung. 1979. h. 119
terbaik dari segi waktu yaitu sistem yang membutuhkan waktu penyelesaian yang tersingkat.
Adapun beberapa istilah di dalam metode pengukuran waktu, yaitu: 1.
Waktu Siklus Waktu Siklus merupakan data waktu sesungguhnya yang terukur oleh
pengamat yang diawali dan diakhiri oleh suatu elemen operasi yang sama. Pengukuran waktu siklus haruslah mencakup seluruh elemen operasi gerakan
yang mungkin muncul pada saat pekerjaan dilakukan. a.
Pengujian Kecukupan Data Untuk memastikan data yang dikumpulkan adalah cukup secara objektif.
b. Pengujian Keseragaman Data
Ini dilakukan untuk memastikan bahwa data yang terkumpul berasal dari suatu sistem yang sama.
2. Waktu Siklus Rata-rata Ws
Waktu diperoleh dari dengan cara menjumlahkan seluruh data waktu siklus, kemudian dibagi dengan banyaknya data yang telah terkumpul.
3. Waktu Normal
Dalam melakukan pekerjaannya, seorang operator dapat saja menunjukkan kecepatan kerja yang tidak konsisten. Operator dapat bekerja secara cenderung
cepat, atau bahkan sebaliknya cenderung lambat. Data waktu yang terukur dari cara kerja seperti ini, haruslah ditambah dengan rating factor Rf.
Wn = Ws 1 + Rf
4. Waktu Standar Waktu Baku
Disamping melakukan pekerjaan rutin, seorang operator mungkin saja hanya melakukan aktivitas-aktivitas lain yang tidak berhubungan secara langsung
dengan pekerjaan. Aspek ini di koreksi dengan menambahkan suatu nilai yang disebut dengan allowance kelonggaran.
Wb = Wn x 1 + allowance Waktu Baku adalah waktu yang dibutuhkan oleh seorang pekerja normal untuk
bekerja secara wajar dalam sistem kerja yang terbaik.
3.7.1 Pengukuran Waktu Jam Henti Stopwatch Time Study
Sesuai dengan namanya, maka pengukuran waktu ini menggunakan jam henti stopwatch sebagai alat utamanya. Cara ini tampaknya merupakan cara
yang paling banyak dikenal, dan karenanya paling banyak dipakai.Salah satu yang menyebabkannya adalah kesederhanaan aturan-aturan yang dipakai.
Ada beberapa aturan pengukuran yang dijalankan untuk mendapatkan hasil yang baik.Aturan-aturan tersebut dijelaskan dalam langkah-langkah berikut ini.
1. Langkah-langkah sebelum melakukan pengukuran
a. Penetapan tujuan pengukuran
Dalam pengukuran waktu, hal-hal penting yang harus diketahui dan ditetapkan adalah untuk apa hasil pengukuran, berapa tingkat ketelitian dan
tingkat keyakinan yang diinginkan dari hasil pengukuran tersebut.
b. Melakukan penelitian pendahuluan
Yang dicari dari pengukuran waktu adalah waktu yang pantas diberikan kepada pekerja untuk menyelesaikan suatu pekerjaan. Tentu suatu kondisi
yang ada dapat dicari waktu yang pantas tersebut, artinya akan didapat juga waktu yang pantas untuk menyelesaikan pekerjaan dengan kondisi yang
bersangkutan. Suatu perusahaan biasanya menginginkan waktu kerja yang sesingkat-singkatnya agar dapat meraih keuntungan yang sebesar-besarnya.
Keuntungan demikian tidak akan diperoleh jika kondisi kerja dari pekerjaan-pekerjaan yang ada diperusahaan tersebut tidak menunjang
tercapainya hasil tadi. c.
Memilih operator Operator yang akan melakukan pekerjaan yang diukur bukanlah operator
dari pabrik. Orang ini harus memenuhi beberapa syarat tertentu agar pengukuran dapat berjalan dengan baik, dan dapat diandalkan hasilnya.
Syarat-syarat tertentu adalah berkemampuan normal dan dapat diajak kerja sama. Jika jumlah pekerja yang bersangkutan banyak, maka jika
kemampuan mereka dibandingkan akan terlihat perbandingan perbedaan antaranya, yaitu dari yang berkemampuan rendah hingga tinggi. Operator
yang dipilih adalah operator yang pada saat pengukuran dilakukan mau bekerja secara wajar.Walau operator yang bersangkutan sehari-hari
dikenalmemenuhi syarat pertama tadi, bukan berarti mustahikldia bekerja secara tidak wajar ketika pengukuran dilakukan karena alasan tertentu.
d. Melatih operator
Walaupun operator yang baik telah didapat, kadang-kadang masih diperlukan adalah bagi operator tersebut terutama jika kondisi dan cara kerja
yang dipakai tidak sama dengan yang biasa dilakukan operator. Hal ini terjadi jika pada saat penelitian pendahuluan kondisi kerja atau cara kerja
sesudah mengalami perubahan. Dalam keadaan ini operator harus dilatih terlebih dahulu karena sebelum diukur operator harus terbiasa dengan
kondisi kerja yang telah ditetapkan.Harap diingat bahwa yang dicari adalah waktu penyelesaian pekerjaan yang didapat dari suatu penyelesaian yang
wajar dan bukan penyelesaian dari orang-orang yang bekerja kaku dengan berbagai kesalahan.
e. Mengurai pekerjaan atas elemen-elemen pekerjaan
Disini pekerjaan dipecah menjadi elemen pekerjaan yaitu merupakan gerakan bagian dari pekerjaan yang bersangkutan.Elemen-elemen inilah
yang diukur waktu siklusnya. Waktu siklus adalah waktu penyelesaian satu satuan produksi sejak bahan baku mulai diproses di tempat kerja yang
bersangkutan. Namun satu siklus tidak harus berarti waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan suatu produk sehingga menjadi barang jadi. Ada
beberapa alasan yang menyebabkan pentingnya melakukan penguraian pekerjaan atas beberapa elemennya, yaitu menjelaskan cacatan tentang tata
cara kerja yang dibakukan, untuk memungkinkan melakukan penyesuaian bagi setiap elemen karena ketrampilan bekerjanya operator karena
keterampilan bekerjanya operator belum tentu sama untuk semua bagian
dari gerakan-gerakan kerjanya, untuk memudahkan mengamati terjadinya elemen yang tidak baku yang mungkin saja dilakukan pekerja, untuk
memungkinkan dikembangkannya data waktu standard atau tempat kerja yang bersangkutan.
f. Menyiapkan alat-alat pengukuran
Setelah kelima langkah tersebut dapat dijalankan dengan baik, tibalah sekarang pada langkah terakhir sebelum melakukan pengukuran yaitu
menyiapkan alat-alat yang diperlukan. Alat-alat tersebut adalah:
1. Stopwatch
2. Lembar pengamatan
3. Pena atau pensil
4. Papan pengamatan
2. Melakukan pengukuran waktu
Pengukuran waktu adalah pekerjaan mengamati dan mencatat waktu-waktu kerjanya baik setiap elemen ataupun siklus dengan menggunakan alat-alat yang
telah disiapkan terlebih dahulu. Bila operator telah siap didepan mesin atau ditempat kerja lain yang waktu kerjanya akan diukur, maka pengukuran
memilih posisi tempat dia berdiri mengamati dan mencatat. Posisi ini hendaknya sedemikian rupa sehingga operator tidak terganggu gerakan-
gerakannya ataupun merasa canggung karena terlampau merasa diamati, misalnya juga pengukur berdiri didepan operator.Posisi ini pun hendaknya
memudahkan pengukur mengamati jalannya pekerjaan sehingga dapat
mengikuti dengan baik saat-saat suatu siklus atau elemen bermula dan berakhir. Umumnya posisi agak menyimpang dibelakang operator sejauh 1,5 m
merupakan tempat yang baik. Hal pertama yang dilakukan adalah pengukuran pendahuluan.Tujuan pengukuran pendahuluan ialah untuk mengetahui berapa
kali pengukuran harus dilakukan untuk tingkat ketelitian dan keyakinan yang diinginkan.Pengukuran pendahuluan pertama dilakukan dengan melakukan
beberapa buah pengukuran yang banyaknya ditentukan oleh pengukur.Biasanya sepuluh kali atau lebih.
3. Tingkat ketelitian dan tingkat keyakinan
Tingkat ketelitian dan keyakinan adalah pencerminan tingkat kepastian yang diinginkan oleh pengukur setelah memutuskan tidak akan melakukan
pengukuran yang sangat banyak. Tingkat ketelitian menunjukkan penyimpangan maksimum hasil pengukuran dari waktu penyelesaian
sebenarnya.Sedangkan tingkat keyakinan menunjukkan besarnya keyakinan pengukur bahwa hasil yang diperoleh memenuhi syarat ketelitian tadi.
4. Melakukan perhitungan waktu baku
Jika pengukuran-pengukuran telah selesai yaitu semua data yang didapat memiliki keseragaman yang dikehendaki dan jumlahnya telah memenuhi
tingkat ketelitian dan keyakinan yang diinginkan, maka selesailah kegiatan pengukuran waktu. Langkah selanjutnya adalah mengolah data tersebut
sehingga memeberikan waktu baku.
3.7.2 Rating Factor
Rating Factor faktor penyesuaian merupakan perbandingan performansi seseorang pekerja atau individual dengan konsep normalnya. Ada beberapa
kriteria rating factor Rf dari pekerja yaitu: 1.
Pekerja normal Rf = 100 =1 waktu normal.
2. Pekerja terampil
Rf 1 waktu pekerja lebih kecil dari waktu normal. 3.
Pekerja lamban Rf 1 waktu pekerja lebih besar dari waktu normal.
Ada beberapa cara menentukan rating factor antara lain: 1.
Cara Persentase Cara ini merupakan cara yang paling awal digunakan dalam melakukan
penyesuaian. Di sini besarnya faktor penyesuian sepenuhnya ditentukan oleh pengukur melalui pengamatan selama pengukuran.
WN=14,6 x 1,1 = 16,6 menit. 2.
Cara Shumard Cara Shumard memberikan patokan-patokan penilaian melalui kelas-kelas
performansi kerja dimana setiap kelas mempunyai nilai tersendiri.
Tabel 3.7. Penyesuaian Menurut Cara Shumard Kelas
Penyesuaian
Superfast 100
Fast + 95
Fast 90
Fast – 85
Excellent 80
Good + 75
Good + 75
Good 70
Good – 65
Normal 60
Fair + 55
Fair 50
Fair – 45
Poor 40
3. Cara Westinghouse
Cara Westinghouse mengarahkan penilaian pada empat faktor yang dianggap menentukan kewajaran atau ketidakwajaran dalam bekerja yaitu
keterampilan, usaha, kondisi kerja dan konsistensi. Setiap faktor terbagi kedalam kelas-kelas dengan nilainya masing-masing. Penyesuaian menurut
Westinghouse dapat dilihat pada Tabel 3.7.
Tabel 3.8. Penyesuaian Menurut Westinghouse Faktor
Kelas Lambang
Penyesuaian
Keterampilan Superskill
A1 +0,15
A2 +0,13
Excellent B1
+0,11 B2
+0,08 Good
C1 +0,06
C2 +0,03
Average D
0,00 Fair
E1 -0,05
E2 -0,10
Poor F1
-0,16 F2
-0,22 Usaha
Excessive A1
+0,13 A2
+0,12 Excellent
B1 +0,10
B2 +0,08
Good C1
+0,05 C2
+0,02 Average
D 0,00
Fair E1
-0,04 E2
-0,08 Poor
F1 -0,12
F2 -0,17
Kondisi Kerja
Ideal A
+0,06 Excellently
B +0,04
Good C
+0,02 Average
D 0,00
Fair E
-0,03 Poor
F -0,07
Konsistensi Perfect
A +0,04
Excellent B
+0,03 Good
C +0,01
Average D
0,00 Fair
E -0,02
Poor F
-0,04 3.7.3
Allowance
Kelonggaran allowance diberikan kepada tiga hal yaitu untuk kebutuhan pribadi, menghilangkan kelelahan dan hambatan yang tidak dapat dihindarkan.
Ketiganya merupakan hal yang secara nyata dibutuhkan oleh pekerja selama
pengamatan karenanya setelah mendapatkan waktu normal perlu ditambahkan kelonggaran. Dalam menghitung besarnya allowance, bagi keadaan yang
dianggap wajar diambil harga allowance =100 . Sedangkan bila terjadi penyimpangan dari keadaan ini, harga p harus ditambah dengan faktor-faktor
yang sesuai dengan waktu siklus yang diperoleh dan waktu ini dicapai berdasarkan setiap departemen.
Kelonggaran diberikan untuk tiga hal, yaitu: 1.
Kelonggaran untuk kebutuhan pribadi personal Yang termasuk didalam kebutuhan pribadi adalah hal-hal sepeti minum
sekedarnya untuk menghilangkan rasa haus, ke kamar kecil, bercakap-cakap dengan teman sekedarnya untuk menghilangkan ketegangan ataupun
kejenuhan dalam sewaktu bekerja. 2.
Kelonggaran untuk menghilangkan rasa fatique. Fatique merupakan hal yang akan terjadi pada diri seseorang sebagai akibat
dari melakukan suatu pekerjaan. 3.
Kelonggaran untuk hambatan-hambatan tidak terhindarkan delay Hambatan-hambatan tidak terhindarkan terjadi karena berada diluar
kekuasaankendali pekerja.
3.8. Pengujian Data
Dalam proses pengukuran waktu kerja, diperlukan kegiatan pengujian terhadap data yang dikumpulkan. Kegiatan pengujian tersebut dimulai dari
analisis atas jumlah data konsistensi kerja operator.
3.8.1. Kecukupan Data
Pengujian data yang pertama adalah uji kecukupan data. Uji kecukupan data diperlukan untuk memastikan bahwa data yang telah dikumpulkan adalah
cukup secara objektif. Idealnya pengukuran dilakukan dalam jumlah yang banyak, bahkan sampai jumlah yang tak terhinga agar data hasil pengukuran layak untuk
digunakan. Namun pengukuran dalam jumlah yang tak terhingga sulit dilakukan mengingat keterbatasan-keterbatasan yang ada, baik dari segi tenaga, biaya,
waktu, dan sebagainya. Sebaliknya pengumpulan data dalam jumlah yang sekedarnya juga kurang baik karena tidak mewakili keadaan yang sebenarnya.
Untuk itu pengujian kecukupan data dilakukan dengan berpedoman pada konsep statistik, yaitu tingkat ketelitian dan tingkat keyakinan. Tingkat ketelitian dan
tingkat keyakinan adalah pencerminan tingkat kepastian yang diingkinkan oleh pengukur setelah memutuskan tidak akan melakukan pengukuran dalam jumlah
banyak. Tingkat ketelitian menunjukkan penyimpangan maksimum hasil pengukuran dari waktu penyelesaian sebenarnya. Sedang tingkat keyakinan
menunjukkan besarnya keyakinan pengukur akan ketelitian data waktu yang telah diamati dan dikumpulkan. Pengaruh tingkat ketelitian dan tingkat keyakinan
adalah bahwa semakin tinggi tingkat ketelitian semakin besar tingkat keyakinan, semakin banyak pengukuran yang diperlukan.
Tes kecukupan data dapat dilakukan dengan menggunakan rumus sebagai berikut.
Dengan :
K = Tingkat keyakinan
= 99 ≈ 3
= 95 ≈ 2
s = Derajat ketelitian
N = Jumlah data pengamatan
N’ = Jumlah data teoritis
Jika N’ ≤ N, data dianggap cukup, jika N’N, data dianggap tidak cukup kurang
dan perlu dilakukan penambahan kembali.
3.8.2. Keseragaman Data
Untuk memastikan bahwa data yang terkumpul berasal dari sistem yang sama, maka dilakukan pengujian terhadap keseragaman data. Sebagai contoh,
pada suatu hari seorang operator dalam melakukan pengerjaan dinilai terlalu lamban, karena pada malam harinya tidak tidur semalaman. Dibandingkan dengan
hari-hari sebelumnya data yang terkumpul pada hari itu jelas akan jauh berbeda. Untuk itu diperlukan pengujian keseragaman data untuk memisahkan data yang
memiliki karakteristik yang berbeda. Adapun rumus yang digunakan dalam pengujian keseragaman data untuk stop watch adalah sebagai berikut.
Dengan :
BKA = Batas kontrol atas BKB = Batas kontrol bawah
= Nilai rata-rata σ
= Standar deviasi K
= Tingkat keyakinan
BAB IV METODOLOGI PENELITIAN
4.1. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan di CV. Super Plates yang merupakan industri yang bergerak di bidang perakitan baterai aki mobil dengan merek Samson yang
beralamat di Jalan Balai Desa No. 141 Kec Polonia, Medan. Penelitian dilakukan pada bulan Agustus 2014 sampai dengan bulan November 2014 untuk mengetahui
kondisi perusahaan dan permasalahan yang terjadi di perusahaan tersebut.
4.2. Jenis Penelitian