Asimilasi sosial-budaya komunitas keturunan Arab di kelurahan condet Balekambang Jakarta Timur

(1)

DI KELURAHAN CONDET BALEKAMBANG,

JAKARTA TIMUR

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Sosial dan Politik (FISIP) Untuk memenuhi Persyaratan memperoleh

Gelar Sarjana Sosiologi (S.SOS)

Oleh:

Titin Widarti

NIM: 105032201081

JURUSAN SOSIOLOGI AGAMA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK (FISIP)

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA


(2)

Assalamu’alaikum Wr. Wb

Dengan ini menyatakan bahwa saya :

Nama : Via

Profesi : Mahasiwi UIJ Jakarta

Usia : 24 Tahun

Tanggal Wawancara : 9 Januari 2010

Bersedia untuk diwawancarai dan memberikan keterangan dengan sebenar-benarnya untuk keperluan pembuatan skripsi dengan judul “Asimilasi Sosial-Budaya Komunitas Keturunan Arab di Kelurahan Condet Balekambang, Jakarta Timur.” yang di susun oleh Titin Widarti sebagai mahasiswi Fakultas FISIP UIN Jakarta.

Wawancara ini berkaitan dengan proses asimilasi Sosial-Budaya komunitas keturunan Arab yang terjadi di kelurahan Condet Balekambang, Jakarta Timur.

Adapun data pribadi saya dan hasil wawancara merupakan rahasia dan semata-mata di berikan hanya untuk keperluan skripsi. Apabila di temukan data yang masih kurang lengkap saya bersedia untuk di wawancarai kembali.

Dan apabila dalam proses wawancara terdapat ancaman dari berbagai pihak, maka saya memutuskan untuk tidak meneruskan wawancara ini.

Wassalamu’alaikum Wr.Wb

Jakarta, 9 Januari 2010

Interviewee Interviewer


(3)

Assalamu’alaikum Wr. Wb

Dengan ini menyatakan bahwa saya :

Nama : Salahuddin bin Thohir bin Yahya

Profesi : Mahasiwa UIJ Jakarta

Usia : 25 Tahun

Tanggal Wawancara : 5 Januari 2010

Bersedia untuk diwawancarai dan memberikan keterangan dengan sebenar-benarnya untuk keperluan pembuatan skripsi dengan judul “Asimilasi Sosial-Budaya Komunitas Keturunan Arab di Kelurahan Condet Balekambang, Jakarta Timur.” yang di susun oleh Titin Widarti sebagai mahasiswi Fakultas FISIP UIN Jakarta.

Wawancara ini berkaitan dengan proses asimilasi Sosial-Budaya komunitas keturunan Arab yang terjadi di kelurahan Condet Balekambang, Jakarta Timur.

Adapun data pribadi saya dan hasil wawancara merupakan rahasia dan semata-mata di berikan hanya untuk keperluan skripsi. Apabila di temukan data yang masih kurang lengkap saya bersedia untuk di wawancarai kembali.

Dan apabila dalam proses wawancara terdapat ancaman dari berbagai pihak, maka saya memutuskan untuk tidak meneruskan wawancara ini.

Wassalamu’alaikum Wr.Wb

Jakarta, 5 Januari 2010

Interviewee Interviewer


(4)

Assalamu’alaikum Wr. Wb

Dengan ini menyatakan bahwa saya :

Nama : Umi Selli

Profesi : Ibu Rumah Tangga

Usia : 40 Tahun

Tanggal Wawancara : 30 Januari 2010

Bersedia untuk diwawancarai dan memberikan keterangan dengan sebenar-benarnya untuk keperluan pembuatan skripsi dengan judul “Asimilasi Sosial-Budaya Komunitas Keturunan Arab di Kelurahan Condet Balekambang, Jakarta Timur.” yang di susun oleh Titin Widarti sebagai mahasiswi Fakultas FISIP UIN Jakarta.

Wawancara ini berkaitan dengan proses asimilasi Sosial-Budaya komunitas keturunan Arab yang terjadi di kelurahan Condet Balekambang, Jakarta Timur.

Adapun data pribadi saya dan hasil wawancara merupakan rahasia dan semata-mata di berikan hanya untuk keperluan skripsi. Apabila di temukan data yang masih kurang lengkap saya bersedia untuk di wawancarai kembali.

Dan apabila dalam proses wawancara terdapat ancaman dari berbagai pihak, maka saya memutuskan untuk tidak meneruskan wawancara ini.

Wassalamu’alaikum Wr.Wb

Jakarta, 30 Januari 2010

Interviewee Interviewer


(5)

Assalamu’alaikum Wr. Wb

Dengan ini menyatakan bahwa saya :

Nama : Bulan Indah

Profesi : Ibu Rumah Tangga

Usia : 27 Tahun

Tanggal Wawancara : 26 Januari 2010

Bersedia untuk diwawancarai dan memberikan keterangan dengan sebenar-benarnya untuk keperluan pembuatan skripsi dengan judul “Asimilasi Sosial-Budaya Komunitas Keturunan Arab di Kelurahan Condet Balekambang, Jakarta Timur.” yang di susun oleh Titin Widarti sebagai mahasiswi Fakultas FISIP UIN Jakarta.

Wawancara ini berkaitan dengan proses asimilasi Sosial-Budaya komunitas keturunan Arab yang terjadi di kelurahan Condet Balekambang, Jakarta Timur.

Adapun data pribadi saya dan hasil wawancara merupakan rahasia dan semata-mata di berikan hanya untuk keperluan skripsi. Apabila di temukan data yang masih kurang lengkap saya bersedia untuk di wawancarai kembali.

Dan apabila dalam proses wawancara terdapat ancaman dari berbagai pihak, maka saya memutuskan untuk tidak meneruskan wawancara ini.

Wassalamu’alaikum Wr.Wb

Jakarta, 26 Januari 2010

Interviewee Interviewer


(6)

Assalamu’alaikum Wr. Wb

Dengan ini menyatakan bahwa saya :

Nama : Bapak Khalid

Profesi : Wiraswasta

Usia : 36 Tahun

Tanggal Wawancara : 26 November 2009

Bersedia untuk diwawancarai dan memberikan keterangan dengan sebenar-benarnya untuk keperluan pembuatan skripsi dengan judul “Asimilasi Sosial-Budaya Komunitas Keturunan Arab di Kelurahan Condet Balekambang, Jakarta Timur.” yang di susun oleh Titin Widarti sebagai mahasiswi Fakultas FISIP UIN Jakarta.

Wawancara ini berkaitan dengan proses asimilasi Sosial-Budaya komunitas keturunan Arab yang terjadi di kelurahan Condet Balekambang, Jakarta Timur.

Adapun data pribadi saya dan hasil wawancara merupakan rahasia dan semata-mata di berikan hanya untuk keperluan skripsi. Apabila di temukan data yang masih kurang lengkap saya bersedia untuk di wawancarai kembali.

Dan apabila dalam proses wawancara terdapat ancaman dari berbagai pihak, maka saya memutuskan untuk tidak meneruskan wawancara ini.

Wassalamu’alaikum Wr.Wb

Jakarta, 26 November 2009

Interviewee Interviewer


(7)

Assalamu’alaikum Wr. Wb

Dengan ini menyatakan bahwa saya :

Nama : Tomy

Profesi : Wiraswasta

Usia : 25 Tahun

Tanggal Wawancara : 31 Januari 2010

Bersedia untuk diwawancarai dan memberikan keterangan dengan sebenar-benarnya untuk keperluan pembuatan skripsi dengan judul “Asimilasi Sosial-Budaya Komunitas Keturunan Arab di Kelurahan Condet Balekambang, Jakarta Timur.” yang di susun oleh Titin Widarti sebagai mahasiswi Fakultas FISIP UIN Jakarta.

Wawancara ini berkaitan dengan proses asimilasi Sosial-Budaya komunitas keturunan Arab yang terjadi di kelurahan Condet Balekambang, Jakarta Timur.

Adapun data pribadi saya dan hasil wawancara merupakan rahasia dan semata-mata di berikan hanya untuk keperluan skripsi. Apabila di temukan data yang masih kurang lengkap saya bersedia untuk di wawancarai kembali.

Dan apabila dalam proses wawancara terdapat ancaman dari berbagai pihak, maka saya memutuskan untuk tidak meneruskan wawancara ini.

Wassalamu’alaikum Wr.Wb

Jakarta, 31 Januari 2010

Interviewee Interviewer


(8)

Assalamu’alaikum Wr. Wb

Dengan ini menyatakan bahwa saya :

Nama : Pak Benar

Profesi : Wakil Lurah

Usia : 45 Tahun

Tanggal Wawancara : 27 Januari 2010

Bersedia untuk diwawancarai dan memberikan keterangan dengan sebenar-benarnya untuk keperluan pembuatan skripsi dengan judul “Asimilasi Sosial-Budaya Komunitas Keturunan Arab di Kelurahan Condet Balekambang, Jakarta Timur.” yang di susun oleh Titin Widarti sebagai mahasiswi Fakultas FISIP UIN Jakarta.

Wawancara ini berkaitan dengan proses asimilasi Sosial-Budaya komunitas keturunan Arab yang terjadi di kelurahan Condet Balekambang, Jakarta Timur.

Adapun data pribadi saya dan hasil wawancara merupakan rahasia dan semata-mata di berikan hanya untuk keperluan skripsi. Apabila di temukan data yang masih kurang lengkap saya bersedia untuk di wawancarai kembali.

Dan apabila dalam proses wawancara terdapat ancaman dari berbagai pihak, maka saya memutuskan untuk tidak meneruskan wawancara ini.

Wassalamu’alaikum Wr.Wb

Jakarta, 27 Januari 2010

Interviewee Interviewer


(9)

Assalamu’alaikum Wr. Wb

Dengan ini menyatakan bahwa saya :

Nama : Aci

Profesi : Mahasiswi UIN

Usia : 23 Tahun

Tanggal Wawancara : 23 November 2009

Bersedia untuk diwawancarai dan memberikan keterangan dengan sebenar-benarnya untuk keperluan pembuatan skripsi dengan judul “Asimilasi Sosial-Budaya Komunitas Keturunan Arab di Kelurahan Condet Balekambang, Jakarta Timur.” yang di susun oleh Titin Widarti sebagai mahasiswi Fakultas FISIP UIN Jakarta.

Wawancara ini berkaitan dengan proses asimilasi Sosial-Budaya komunitas keturunan Arab yang terjadi di kelurahan Condet Balekambang, Jakarta Timur.

Adapun data pribadi saya dan hasil wawancara merupakan rahasia dan semata-mata di berikan hanya untuk keperluan skripsi. Apabila di temukan data yang masih kurang lengkap saya bersedia untuk di wawancarai kembali.

Dan apabila dalam proses wawancara terdapat ancaman dari berbagai pihak, maka saya memutuskan untuk tidak meneruskan wawancara ini.

Wassalamu’alaikum Wr.Wb

Jakarta, 23 November 2009

Interviewee Interviewer


(10)

Titin Widarti

“Asimilasi Sosial-Budaya komunitas keturunan Arab di Kelurahan Condet Balekambang, Jakarta Timur.

Asimilasi merupakan proses sosialisasi dalam sebuah masyarakat untuk mengidentifikasikan diri sebagai bagian dari satu bangsa Indonesia yang mayoritas. Dalam kehidupan sosial-budaya yang beraneka ragam di masyarakat tentu bukan menjadi penghalang untuk terwujudnya proses asimilasi di dalamnya. Salah satu hal yang sangat penting untuk bisa berasimilasi yaitu adanya sikap toleransi dan simpati demi terwujdnya integrasi sosial.

Asimilasi sosial-budaya komunitas keturunan Arab di Kelurahan Condet Balekambang merupakan bentuk asimilasi yang terjadi melalui perkawinan dan melalui budaya (antar golongan minoritas (keturunan Arab) dengan golongan mayoritas (masyarakat Condet Balekambang).Pendekatan penelitian menggunakan kualitatif dengan jenis penelitian deskriptif. Lokasi dan waktu penelitian di lakukan pada masyarakat komunitas keturunan Arab yang berada di Kelurahan Condet Balekambang, Jakarta Timur. Pengambilan data dan informasi dilakukan pada masyarakat keturunan Arab dan masyarakat Condet Balekambang. Dalam penelitian ini menggunakan informan yang sudah di tentukan dalam melengkapi informasi tentang asimilasi Sosial-Budaya komunitas keturunan Arab di Kelurahan Condet Balekambang, Jakarta Timur. Dalam mendapatkan informasi dilakukan dengan metode wawancara mendalam kepada informan dan dalam melakukan penelitian, penulis menggunakan dua cara pengumpulan data yaitu dengan mendatangi Kelurahan untuk mencari informasi tentang asimilasi sosial-budaya komunitas keturunan Arab di Kelurahan Condet Balekambang serta melakukan pengamatan untuk menambah informasi penulisan skripsi ini.

Setelah mendapatkan data keseluruhan dari lapangan, penulis menganalisa data, kemudian di seleksi untuk diambil data yang khusus berkaitan dengan permasalahan yang diteliti. Kemudian penulis merumuskan kesimpulan dari hasil penelitian.

Hasil penelitian dapat di simpulkan bahwa bentuk asimilasi melalui perkawinan dan melalui budaya yang terjadi di wilayah Kelurahan Condet Balekambang telah mengakibatkan terjadinya proses asimilasi sosial-budaya di dalamnya, baik komunitas keturunan Arab maupun dengan masyarakat Condet Balekambang yang hidup dengan harmonis (toleransi dan simpati) tanpa membedakan suku, ras dan agama.

Dari hasil penelitian, penulis menemukan adanya dua kelompok etnis yang berbeda sosial dan budaya tersebut yang sudah menikah bahkan sudah tinggal dan menetap berpuluh tahun di Kelurahan Condet Balekambang.

Adat yang berbeda tidak menghalangi mereka untuk melangsungkan perkawinan, karena adanya satu kesamaan agama (Islam). Adat atau budaya yang dimiliki keturunan Arab hanya ada dalam perkawinan saja misalnya adanya malam pacar, tari syamar yang dilakukan oleh keturunan Arab dengan masyarakat Condet Balekambang, dan bermain musik marawis yang dimainkan oleh


(11)

keturunan Arab dengan masyarakat Condet Balekambang. Asimilasi melalui perkawinan tersebut ternyata berpengaruh mengubah sikap dan perilaku mereka dalam menyesuaikan budaya (cara berbahasa, cara membuat makanan, dan cara pakaian) terutama warga keturunan sebagai kelompok minoritas yang berbaur dengan kelompok mayoritas (warga Condet Balekambang) dalam kehidupan sehari-hari. Adat pakaian yang di gunakan keturunan Arab saat menikah adalah pakaian jubah sedangkan masyarakat Condet Balekambang memakai baju kurung, bahasa yang di gunakan keturunan Arab sudah bisa berbahasa Indonesia, sedangkan dalam menyesuaikan makanan (keturunan Arab) membuatnya dengan menyesuaikan tradisi masyarakat Condet Balekambang khususnya dari Betawi misalnya masakan soto Betawi.

Jadi dari penjelasan di atas secara tidak langsung proses asimilasi telah terjadi didalamnya. Menurut warga keturunan Arab ataupun dari masyarakat Condet Balekambang dengan saling mengenal dan menyesuaikan dalam budaya masing-masing itulah yang membuat mereka bisa berasimilasi. Apa lagi menurut keturunan Arab yang berasimilasi dengan warga Condet Balekambang, masyarakat Condet memiliki adat-istiadat yang lebih unik dari keturunan Arab dan mereka juga menambahkan bahwa walaupun mereka hanya memiliki adat yang sangat khas atau unik itu hanya ada dalam perkawinan saja, namun adat tersebut juga sudah mulai menghilang dari mereka karena sudah berbaur lama dengan adat-istiadat masyarakat Condet Balekambang.

Akibat adanya proses asimilasi tersebut, secara perlahan-lahan komunitas keturunan Arab (minoritas) maupun masyarakat Condet Balekambang (mayoritas) akan berasimilasi walaupun masing-masing memiliki latar belakang sosial-budaya yang berbeda. Dan khususnya bagi masyarakat keturunan Arab akan terintegrasi mengikuti satu kebudayaan yang mayoritas yaitu kebudayaan Indonesia, khususnya kebudayaan dari masyarakat Condet Balekambang.

Kelurahan Condet Balekambang merupakan salah satu Kelurahan yang berada di wilayah Kecamatan Keramat Jati, Kotamadya Jakarta Timur. Di daerah tersebut terdapat warga keturunan Arab yang sudah menetap dan tinggal berpuluh tahun yang berasimilasi dengan masyarakat Condet Balekambang. Hampir 15% dari jumlah penduduk Kelurahan Condet Balekambang dihuni oleh warga keturunan Arab.


(12)

Assalamu’alaikum Wr.Wb

Alhamdulillah puji syukur kehadirat Illahi Robbi yang telah banyak

memberikan limpahan rahmat dan karunia-Nya serta izin-Nya penulis

mampu melaksanakan penelitian dan menyelesaikan penyusunan skripsi ini.

Salam serta sholawat semoga selalu tercurah kepada baginda Nabi

Muhammad SAW beserta keluarga, sahabat, serta pengikutnya.

Melalui proses yang panjang dan perjuangan yang tak singkat,

akhirnya penulis dapat menyelesaikan penulisan karya ilmiah ini dengan

semestinya. Dalam penulisan skripsi inipun tak luput dari kesalahan dan

ketidakpuasan yang akan terus menggema, namun dengan setitik harapan

semoga karya yang sederhana ini dapat memberikan sumbangsih bagi

cakrawala pengetahuan dan senantiasa berkembang khususnya di bidang

Sosio-keagamaan, maka karya ini diharapkan dapat memberikan manfaat

bagi yang membacanya.

Bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak serta kritikan yang sangat

membangun dalam penyusunan tugas akhir ini. Maka dalam kesempatan kali

ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada:


(13)

Hidayatullah Jakarta.

2.

Dra. Jauharotul Jamilah, M.si selaku sekretaris jurusan Sosiologi

Agama. Tak lupa terimakasih di peruntukan kepada civitas akademika

Fakultas FISIP.

3.

Prof. Dr. Yusron Razak, MA selaku pembimbing yang tiada henti dan

tiada bosannya, memberikan arahan dan masukkan kepada penulis

hingga mampu menyelesaikan skripsi ini.

4.

Para petugas Perpustakaan Utama dan Ushuludin yang telah

memberikan sumbangsih kepada penulis saat mencari literature.

5.

Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada sekolah SMP Islamic

School di Kelurahan Condet Balekambang, Jakarta Timur yang telah

memberikan informasi tentang asimilasi sosial-budaya warga

keturunan Arab dengan masyarakat Condet Balekambang.

6.

Bapak Benar Sigalingging S. Sos selaku seketaris lurah di Kelurahan

Condet Balekambang, Jakarta Timur. Tak lupa terima kasih kepada

seluruh responden masyarakat Condet Balekambang khususnya warga

keturunan Arab yang meluangkan waktunya untuk memberikan

informasi khususnya tentang asimilasi sosial-budaya keturunan Arab

dengan masyarakat sekitar.


(14)

Sepry Chasnico dan Yulia Deswita, yang telah memberikan kasih

sayangnya dan do’anya kepada penulis dan yang telah memberikan

bantuan baik moral maupun spiritual sehingga penulis dapat

menyelesaikan studi di Universitas Islam Negeri Jakarta.

8.

Para sahabat Nur Sakinah, Uli Zahra, Suryanah. Ahmad Syukri dan

Tommy sebagai sahabat terbaik penulis,yang telah memberikan

motivasi dalam menyelesaikan pendidikan dan dalam menyelesaikan

skripsi ini.

9.

Teman-teman seperjuangan Sosiologi Agama angkatan 2005 yang

tidak dapat disebutkan satu-persatu yang telah memberikan dorongan

dan motivasi dalam menyelesaikan skripsi ini.

10.

Teruntuk kakak kelas aku Sosiologi Agama angakatan 2003: kak

Yuni, Ria, Maesaroh dan kak Rahmat yang memberikan motivasi,

nasihat kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

Akhirnya kepada Allah SWT jualah penulis panjatkan do’a semoga

amal kabaikan yang telah di berikan kepada penulis menjadi amal sholeh

yang mendapat pahala berlipat ganda. serta di limpahkan segala keberkahan

dan kenikmatan atas bantuan dan perhatian yang telah di berikan kepada

penulis.


(15)

kemudahan oleh Allah SWT, janganlah merasa puas dengan apa yang telah

di raih hari ini. Songsong masa depan sejak dini adalah langkah terbaik dan

semoga apa yang telah dikerjakan mendapat nilai ibadah di sisi-Nya.

Wassalamu’alaikum Wr.Wb

Jakarta, 17 Maret 2010

Penulis


(16)

Dengan ini saya menyatakan:

1.

Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk

memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta

2.

Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya

cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta.

3.

Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli

saya atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya

bersedia menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta.

Jakarta, 18 Juni 2010


(17)

Skripsi ini berjudul “ Asimilasi Sosial-Budaya Komunitas Keturunan

Arab Di Kelurahan Condet Balekambang, Jakarta Timur” telah diujikan

dalam sidang munaqosyah Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta pada 18 Juni 2010. Skripsi ini telah diterima sebagai salah

satu syarat memperoleh gelar Sarjana Sosial (S.Sos) pada progam studi Sosiologi.

Jakarta,18 Juni 2010

Panitia Sidang Munaqasyah

Ketua Merangkap Anggota,

Sekretaris Merangkap Anggota,

Dr. Hendro Prasetyo, M.A. Joharotul Jamilah, M. Si.

NIP. 19640719 199003 1 001 NIP. 19680816 199703 2 002

Penguji I,

Anggota,

Penguji II,

Joharotul Jamilah, M. Si.

Ahmad Abrori, M.Si.

NIP. 19680816 199703 2 002

NIP. 19760225 200501 1 005

Pembimbing,

Prof. Dr. Yusron Razak, M.A.

NIP. 195910101983031003


(18)

Halaman Sampul ... i

Halaman Judul ……….. ii

Lembar Pernyataan ... iii

Halaman Pengesahan Pembimbing ... iv

Halaman Pengesahan Ujian ... v

Abstrak ... vi

Kata Pengantar ... viii

Daftar Isi ... xi

BAB I : PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Batasan Masalah dan Rumusan Masalah... 11

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 11

D. Metodologi Penelitian... 12

E. Sistematika ... 16

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA A. Asimilasi Sosial-Budaya ... 18

a. Pengertian Asimilasi Sosial-Budaya ... 18

b. Teori Asimilasi Pendekatan Sosiologi ... 21

c. Hakikat Faktor Pendorong dan Penghambat Terjadinya Asimilasi ... 23

B. Komunitas Keturunan Arab ... 24

a. Pengertian Komunitas ... 24

b. Proses Terbentuknya Komunitas Keturunan Arab di Indonesia ... 27

c. Realitas Asimilasi Masyarakat Keturunan Arab di Indonesia ... 28


(19)

BALEKAMBANG, JAKARTA TIMUR

A. Gambaran Geografis Kelurahan Condet Balekambang

Jakarta Timur ... 32

B. Latar Belakang Ekonomi dan Pendidikan Masyarakat Keturunan Arab ... 35

C. Hubungan Keturunan Arab dengan Masyarakat Pribumi ... 40

BAB IV : ASIMILASI MASYARAKAT KETURUNAN ARAB DENGAN MASYARAKAT CONDET BALEKAMBANG, JAKARTA TIMUR A. Bentuk dan Proses Asimilasi ... 43

1. Asimilasi Melalui Perkawinan ... 43

2. Asimilasi Melalui Kebudayaan ... 48

B. Faktor yang Mendukung Asimilasi ... 51

C. Faktor yang Menghambat Asimilasi ... 59

D. Akibat Asimilasi ... 63

BAB V : PENUTUP A. Kesimpulan ... 67

B. Saran-saran ... 71

DAFTAR PUSTAKA ... 72

LAMPIRAN ……… 73


(20)

A. Latar Belakang

Orang Arab di Indonesia termasuk ke dalam kategori golongan minoritas. Sebagai keturunan Arab pada dasarnya mereka memiliki pola kebudayaan yang berakar dari negeri Arab pula dan berbeda dengan pola kebudayaan penduduk pribumi Indonesia.1

Kedatangan orang Arab ke Indonesia sama dengan Eropa yaitu untuk mencari harta atau mengadu nasib dengan melakukan perdagangan kemudian ada juga yang menjadi da’i. kehidupan mereka yang sederhana, mereka tidak senang hidup hedonis seperti pendatang Eropa yang selalu menghabiskan pendapatannya, sementara orang-orang Arab lebih suka menabung bahkan mereka juga memberikan sumbangan kepada masjid, bangunan sekolah dan lain-lain.

Meskipun kebanyakan orang Arab di Indonesia saat ini dilahirkan di bumi Indonesia serta sejak lama bergaul secara luas, secara otomatis akan menjadikan mereka terintegrasi ke dalam masyarakat dan kebudayaan di Indonesia. Dari berbagai proses asimilasi yang terjadi terbukti bahwa hanya dengan pergaulan kelompok secara luas dan intensif saja belum tentu terjadi suatu asimilasi, kalau di antara mereka tidak ada sikap toleransi dan simpati terhadap yang lain.

1 Selo Soemardjan, Steriotip Etnik, Asimilasi, Integrasi Sosial (Jakarta: PT

Pustaka Grafika Kita, 1988), h. 176.


(21)

Fenomena ini terlihat di wilayah Kelurahan Condet Balekambang Jakarta Timur. Di mana banyak sekali pendatang yang berasal dari masyarakat keturunan Arab. Mereka melakukan asimilasi untuk diterima oleh pribumi khususnya masyarakat Condet, Jakarta Timur yang pada dasarnya kedua kelompok ini mempunyai latar belakang sosial yang berbeda.

Asimilasi sebagai proses sosial yang timbul bila ada golongan-golongan manusia dengan latar belakang kebudayaan yang berbeda-beda, saling bergaul langsung secara intensif untuk waktu yang lama sehingga kebudayaan golongan tadi masing- masing berubah sifatnya yang khas dan juga unsur-unsurnya masing-masing berubah wujudnya menjadi unsur-unsur kebudayaan campuran.2 Biasanya golongan-golongan yang tersangkut dalam suatu proses asimilasi adalah suatu golongan mayoritas dan beberapa golongan minoritas. Dalam hal itu golongan minoritas itulah yang mengubah sifat khas dari unsur-unsur kebudayaan. dan dari golongan minoritas sehingga lambat laun kehilangan kepribadian kebudayaannya, dan masuk kedalam kebudayaan mayoritas.

Di Indonesia konsep asimilasi pada umumnya dihubungkan dengan masalah perkawinan antargolongan etnis. dalam rangka hubungan antargolongan asimilasi mempunyai arti yang lebih luas. Milton Gordon, seorang ahli sosiologi Amerika memperinci konsep ini dalam lima macam asimilasi yang berkaitan satu sama lain yaitu:3

2 Koentjaraningrat, Pengantar Ilmu Antropologi (Jakarta: PT Rineka Cipta, 1990),

h. 255.


(22)

a. Asimilasi kebudayaan atau perilaku (akulturasi) yang bertalian dengan perubahan dalam pola kebudayaan guna penyesuaian diri dengan kelompok mayoritas.

b. Asimilasi perkawinan (amalgamasi) yang bertalian dengan perkawinan antargolongan secara besar-besaran.

c. Asimilasi sikap yang bertalian dengan tidak adanya prasangka.

d. Asimilasi perilaku yang bertalian dengan tidak adanya diskriminasi.

Proses asimilasi komunitas keturunan Arab di Indonesia sesungguhnya merupakan proses sosialisasi mereka untuk mengidentifikasikan diri sebagai bagian dari satu bangsa Indonesia mayoritas. Tanpa menghindarkan konsep asimilasi yang telah di jelaskan sebelumnya. Penelitian asimilasi dimaksudkan sebagai proses sosial yang mengarah pada integrasi golongan yang mempunyai sikap mental, adat kebiasaan dan kebudayaan yang berbeda-beda menjadi satu kesatuan sosiologis yang harmonis dan bermakna dalam satu bangsa (Indonesia).

Kemudian pengertian komunitas sendiri dapat kita pahami dalam kamus ilmiah popular, dijelaskan bahwa komunitas adalah masyarakat setempat atau suatu populasi yang menempati suatu daerah.4 beberapa tokoh sosiologi yaitu menurut Soerjono Soekanto dalam bukunya sosiologi suatu pengantar di jelaskan komunitas adalah “masyarakat setempat” istilah yang menunjukan desa, kota, suku atau bangsa. Jika anggota suatu kelompok, baik kelompok kecil atau besar hidup bersama dengan harmonis merasakan bahwa

4 Sutan Rajasa, Kamus Ilmiah Populer (Surabaya: Karya Utama Surabaya,


(23)

kelompok tersebut dapat memenuhi kepentingan-kepentingan hidup yang utama, maka kelompok tersebut disebut masyarakat setempat.5

Serta tokoh sosiologi Peter Worsley menurutnya istilah komunitas mengacu pada orang-orang yang mendiami suatu lokalitas tertentu yang memilih semacam otonomi politis, perasaan kebersamaan, adanya keyakinan religius yang seragam, homogenitas etnik dan juga suatu fungsi pekerjaan tertentu yang dominan.6

Adapun ciri-ciri komunitas ialah adanya kesatuan wilayah, adat, rasa identitas komunitas dan loyalitas terhadap komunitas sendiri. Jadi komunitas merupakan wujud masyarakat yang konkret, yang selain memiliki ikatan berdasarkan suatu sistem adat-istiadat yang sifatnya kontinyu, berdasarkan rasa identitas bersama yang dimiliki semua kesatuan masyarakat, juga terikat oleh suatu lokasi yang nyata dan kesadaran wilayah yang konkret.

Hal ini menjadi sesuatu bagian yang dialami oleh masyarakat keturunan Arab yang berada di daerah Condet Balekambang, Jakarta Timur. Kita akan melihat sekilas bagaimana sistem sosial budaya mereka yang berada di lokasi penelitian yaitu di lihat dari adanya suguhan yang di hidangkan ketika bertamu sebaiknya dihabiskan agar tidak dianggap menghina tuan rumah. Kemudian seorang tamu sebaiknya baru meninggalkan rumah yang di kunjunginya setelah mendapat izin (di-iya-kan) oleh tuan rumah. Inisisatif pulang memang ada pada sang tamu, namun inisiatif sesungguhnya ada pada pada tuan rumah. Inilah salah satu fakta kehidupan

5 Soerjono Soekanto, Sosiologi: Suatu Pengantar (Jakarta: CV Rajawali Pres,

1990), h. 162-163.

6 Peter, Worsley, Pengantar Sosiologi jilid 2 (Yogyakarta: PT.Tiara Wacana


(24)

sosial masyarakat keturunan Arab yang bersumber dari pola kebudayaan semakin banyak unsur yang berubah maka semakin posistif kebudayaan tersebut terjadi asimilasi.7

Proses asimilasi dapat terjadi bila adanya faktor-faktor yang mendukung seperti:8

a. Adanya sikap toleransi budaya

b. Perkawinan campuran (amalgamation)

c. Kesempatan-kesempatan di bidang ekonomi yang seimbang d. Dan sikap menghargai orang asing dan budayanya

Selanjutnya kita akan melihat beberapa aspek jaringan untuk mempelajari asimilasi mereka diantaranya:

1. Aspek Sistem Sosial

Dari segi ciri sebagai golongan etnis ditemukan bahwa mereka memiliki ciri biologis yang khas misalnya bentuk wajah, hidung, warna kulit yang membedakannya dengan golongan etnis lain mereka juga membentuk suatu saran komunikasi atau bentuk bahasa Arab walaupun bagi generasi mudanya semakin kurang bisa mempergunakannya serta keanggotaannya yang menjadi tanda bagi mereka dikenal sebagai susunan atau strata suatu golongan misalnya sayid dan bukan sayid.

Sayid adalah identifikasi diri sekelompok orang Arab yang menyatakan dirinya sebagai golongan ‘Alawiyyin. Golongan ini beranggapan mereka keturunan anak perempuan nabi yaitu Fatimah istri Ali bin Abi thalib.

7 Selo Soemardjan, Steriotip Etnik, Asimilasi, Integrasi Sosial, h. 210.


(25)

Bagi mereka yang tidak tergolong sayid berarti tidak mempunyai garis keturunan langsung dengan Nabi Muhammad SAW.

2. Dari Aspek Ekonomi

Aspek ekonomi sebagai jaringan asimilasi sangat ditekankan pada faktor perimbangan dalam bidang perekonomian tersebut. Yang di maksud perimbangan yaitu adanya kesempatan di bidang ekonomi yang seimbang bagi berbagai golongan masyarakat dengan latar belakang kebudayaan yang berbeda.

Sampai saat ini kegiatan ekonomi masih merupakan aktivitas yang dominan bagi penduduk keturunan etnis Arab di Condet Balekambang Jakarta Timur. Bentuk usaha perekonomian mereka yang terutama adalah pertokoan bahan baju atau tekstil, berdasarkan jenis barang dagangan. disamping itu ada juga restoran makanan Arab. Ternyata orang Arab lebih banyak berusaha di sektor penjualan seperti sajadah, tasbih, lukisan Arab, kitab- kitab mengenai Islam, serta barang campuran seperti sabun, pasta gigi, minyak wangi dan lain-lain.

Mengenai kerjasama dibidang ekonomi antara penduduk golongan etnis Arab dengan penduduk pribumi dalam penyediaan modal usaha kurang terjadi. Begitu pula dari sektor tenaga kerja sebagai penjual di toko mereka, masih kurang terjadi. kondisi ini bukan disebabkan tidak adanya hubungan diantara mereka, namun usaha pertokoannya memang kurang memerlukannya. Usaha pertokoan orang Arab masih bersifat ekonomi keluarga sehingga pembantu hanya diambil dari bagian keluarga terdekat.


(26)

Walaupun perimbangan usaha pertokoan antar orang keturunan Arab dan penduduk pribumi (masyarakat Condet) belum memadai, namun dilihat dari segi jenis barang dagangan kedua golongan penduduk memiliki dominasi masing-masing. Orang keturunan Arab dominan atas perdagangan buku atau kitab-kitab terutama mengenai Islam, sedangkan penduduk pribumi khususnya masyarakat Condet Balekambang, Jakarta Timur memiliki keahlian dalam menguasai mebel serta usaha pertukangan. Dengan demikian terjadi perimbangan yang mendukung terjadinya proses asimilasi. Hal ini tentu menjadi suatu indikasi yang sangat bersifat asimilatif karena merupakan bentuk netralisasi kesempatan ekonomi berdasarkan kemampuan dan keterampilan yang dimiliki masing-masing golongan baik etnis keturunan Arab maupun masyarakat pribumi khususnya masyarakat Condet.

3. Serta Aspek Perkawinan

Di Indonesia terutama dari berbagai suku bangsa penduduk pribumi, perkawinan campuran (antar suku bangsa atau golongan etnis) sangat bermanfaat bagi asimilasi asumsi tersebut sangat di fahami dan di banggakan oleh generasi keturunan Arab di Condet Jakarta Timur saat ini. Menurut mereka para pendahulunya datang ke Indonesia tanpa istri dan kebanyakan berstatus belum menikah. Karena itu mereka mengambil istri dari perempuan penduduk pribumi sehingga ikatan darah antar orang Arab dengan penduduk pribumi suatu hal yang tidak dapat dihindari.


(27)

Kemudian dalam masalah perkawinan muncul suatu kendala dalam perkawinan antar golongan etnis atau suku bangsa, yakni adanya sikap terhalangnya pernikahan anak-anak Arab dengan seseorang yang bukan keturunan Arab.

Hal ini terlihat penolakan mereka dalam pemilihan jodoh untuk anak perempuannya baik syarifah (sayid) maupun bukan syarifah (bukan sayid) hasil wawancara di dapatkan informasi alasan sebagai latar belakang sikap penolakan tersebut yaitu:

a. Mereka masih memperhatikan soal nasab atau keturunan untuk menghindarkan penyesalan di kemudian hari.

b. Serta sebagian dari beranggapan statusnya lebih tinggi sehingga hanya bisa menikahkan anaknya dengan yang sederajat.

Sikap tersebut tidaklah muncul dengan sendirinya, namun berakar pada suatu perasaan yang kuat sekali dimana mereka terikat dalam kelompok dan kebudayaannya. Selanjutnya kita akan melihat perbedaan orang Arab yang sudah berasimilasi dengan masyarakat Indonesia khususnya masyarakat Condet Jakarta Timur. Di Indonesia adanya sikap poligami dan perceraian mudah terjadi yang diizinkan oleh undang-undang, namun dilarang oleh adat Hadramaut, sangat banyak terjadi dikalangan orang Arab di Nusantara. Beberapa orang Arab mengaku bahwa kemudahan ini merupakan daya tarik tersendiri bagi rekan-rekan mereka untuk datang ke Nusantara.9

9 L.W.G Van den Berg, Hadramut dan Koloni Arab di Nusantara (Jakarta:


(28)

Menurut L.W.G Van den Berg orang-orang Arab yang sekarang ini bermukim di Nusantara sebagian besar berasal dari Hadramaut. Orang-orang Arab datang ke Jakarta pada akhir abad ke-18 untuk berniaga. Hadramaut adalah seluruh pantai Arab Selatan sejak Aden hingga Tanjung Ras al-Hadd.

Kemudian dalam penggunaan bahasa percakapan mereka tidak menggunakan bahasa Arab melainkan bahasa Melayu. Bahasa tersebut juga mereka gunakan terhadap anak-anak mereka.

Jadi orang Arab walaupun hanya sebentar bermukim di Nusantara, mereka berbicara dan membaca dalam bahasa Melayu sebagai bahasa ibu yang lain hanya saja lafal mereka yang masih khas sehingga mereka masih kurang menguasai bahasa Melayu dan lain-lain di Nusantara.

Jika kita lihat dari sejarah yang lebih luas mengenai masuknya Islam ke Indonesia. Menjelang abad ke-13 M, masyarakat muslim sudah ada di Samudra Pasai, Perlak, dan Palembang di Sumatra. Di Jawa, makam Fatimah binti Maimun di Leran (Gresik) yang berangka tahun 475 H (1082 M), dan makam-makam Islam di Tralaya yang berasal dari abad ke 13 M merupakan bukti bahwa Islam pada waktu itu telah berkembang, termasuk kekuasan Hindu-Jawa saat itu, Majapahit. Penyebaran Islam dilakukan melalui proses perdagangan para pedagang muslim yang berasal dari Arab, India dan Gujarat yang singgah di kepulauan Indonesia.10

10 Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam Indonesia ( Jakarta: PT. Rja Grafindo


(29)

Dari berbagai penjelasan mengenai asimilasi golongan keturunan Arab Indonesia khususnya di Condet, Jakarta Timur dapat diketahui adanya proses asimilasi sebagai suatu proses sosialisasi mereka dalam kehidupan masyarakat di lokasi penelitian.

Mungkin ini yang menjadi sekilas sejarah mengenai masyarakat Arab di Indonesia, sedangkan masyarakat komunitas Arab yang berasimilasi dengan penduduk pribumi khususnya masyarakat Condet akan dijelaskan oleh penulis pada isi skripsi nanti. Menurut Ibnu Khaldun didalam bukunya Syamsudin Abdullah, bahwa etnis Arab adalah etnis yang suka hidup nomaden atau tidak menetap dan memiliki semangat kesukuan (‘ashabiyah) yang sangat kuat.11 Begitu juga Ibnu Khaldun, Philip K. Hitti sebagaimana di kutip oleh Fuad Baali dan Ali Wardi, menjelaskan bahwa bangsa Arab ialah bangsa demokrat, tetapi manalaka bertemu orang-orang diluar kelompok sukunya mereka akan menjadi etnosentris (berpusat pada kebudayaan sendiri).12 Ashabiyah menurut Ibnu Khaldun adalah mempererat sebuah suku atau sekelompok orang. Tetapi ketika orang-orang itu mengalami peningkatan, ‘ashabiyah maka kelompok ini mungkin digoyang sepanjang perjalan waktu karena adanya perselisihan dalam keluarga, penguasa, mengarah pada konflik para pendukung serta perjuangan untuk kekuasaan yang sudah pasti.13

11

Syamsuddin Abdulah, Agama dan Masyarakat: Pendekatan Sosiologi Agama (Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1997), h. 61.

12

Fuad Baali dan Ali Wardi, Ibnu Khaldun dan Pola Pemikiran Islam

(Jakarta: Pustaka Firdaus, 2003), h. 148.

13

M. Amin Nurdin dan Ahmad Abrori, Mengerti Sosiologi (Jakarta: UIN JAKARTA PRESS, 2006), h. 184.


(30)

Maka penulis sangat tertarik untuk meneliti dan mengetahui lebih mendalam lagi mengkaji masalah tersebut oleh karena itu penulis memilih judul ”Asimilasi Sosial-Budaya Komunitas keturunan Arab dikelurahan Condet Balekambang, Jakarta Timur”.

Dan juga untuk memenuhi syarat sebagai Sarjana Sosiologi Agama pada Fakultas Ushuludin dan Filsafat di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

B. Batasan Masalah dan Rumusan masalah

Berbicara mengenai asimilasi baik di tinjau dari segi proses maupun yang lain. Tentulah berpengaruh sangat luas dan banyak permasalahan yang dapat dirumuskan. Dalam hal ini penulis membatasi permasalahan pada:

Asimilasi Sosial-Budaya komunitas keturunan Arab di Kelurahan Condet Balekambang, Jakarta Timur.

Dari pembatasan di atas, maka penulis merumuskan masalahnya menjadi “Bagaimanakah proses asimilasi Sosial-Budaya komunitas keturunan Arab dapat terjadi khususnya dengan masyarakat Condet Balekambang Jakarta Timur?”

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Adapun yang menjadi tujuan utama dari penelitian ini adalah untuk memahami fenomena tentang asimilasi sosial-budaya golongan komunitas keturunan Arab sebagai proses sosialisasi mereka dalam kehidupan masyarakat di lokasi penelitian (Condet Balekambang, Jakarta Timur).


(31)

2. Manfaat Penelitian

a. Manfaat teoritis: adapun manfaat teoritis yang di harapkan dapat dicapai penelitian ini adalah memperkaya khazanah keilmuan yang digunakan sebagai literatur tambahan khusus sosiologi sosial dan sosiologi agama.

b. Manfaat praktis: adapun manfaat praktis yang diharapkan dapat dicapai dalam penelitian ini adalah dengan mengetahui proses terjadinya asimilasi etnis keturunan Arab di daerah Condet sebagai bahan pertimbangan bagi pemerintah daerah tersebut untuk menciptakan integritas sosial dalam masyarakat majemuk baik dari segi aspek sistem sosial maupun budaya.

D. Metode Penelitian

1. Jenis dan Pendekatan Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif yaitu penelaahan kepada satu kasus secara mendetail dan mendalam atau penelitian yang mengutamakan segi kualitas data (adanya teknik pengumpulan data seperti wawancara).14

Metode ini pada prinsipnya mempunyai tujuan untuk menggambarkan atau melukiskan keadaan yang terjadi pada saat sekarang. Metode deskriptif adalah penelitian yang dilakukan untuk mendapatkan fakta-fakta dengan melakukan interpretasi data secara cermat bertujuan untuk menggambarkan atau diri seseorang, lembaga atau masyarakat tertentu.

14 Kamanto Sunarto, Pengantar Sosiologi (Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas


(32)

2. Teknik Pengumpulan Data

Teknik yang digunakan dalam pengumpulan data adalah: a. Observasi

Observasi adalah penelitian untuk memperoleh data dalam bentuk mengamati serta mengadakan pencatatan dari hasil observasi. Dengan metode ini peneliti mengamati secara langsung perilaku para subyek penelitiannya. Adapun sasaran dari metode ini adalah bagaimanakah proses asimilasi sosial-budaya komunitas keturunan Arab dapat terjadi khususnya dengan masyarakat Condet Balekambang Jakarta Timur.

Asimilasi masyarakat keturunan Arab dengan masyarakat Condet Balekambang terjadi melalui asimilasi perkawinan dan budaya (menyesuaikan secara bahasa, makanan, dan cara berpakaian) walaupun memiliki latarbelakang sosial-budaya yang berbeda. Dari hasil pengamatan, peneliti menemukan bahwa untuk bisa beradaptasi di masyarakat Kelurahan Condet Balekambang, masyarakat keturunan Arab menikah dengan masyarakat Condet Balekambang yang tentunya membawa pada perubahan pola perilaku dan sikap terutama bagi masyarakat keturunan Arab sebagai kelompok minoritas yang berasimilasi dengan masyarakat Condet Balekambang sebagai kelompok mayoritas.

Adanya kesamaan agama (Islam) sangatlah mempermudah terjadinya proses asimilasi dalam menikah, walaupun ada perbedaan adat-istiadat yang mereka gunakan saat menikah namun tidak membuat dua komunitas tersebut merasa kesulitan dalam melansungkan pernikahan. Komunitas keturunan Arab lebih cenderung mengikuti adat atau budaya


(33)

masyarakat Condet Balekambang yang berasal dari daerah Jakarta (Betawi), adat atau budaya yangdi gunakan disesuaikan dengan tata cara agama Islam.

Asimilasi budaya campuran dari dua komunitas tersebut terlihat dari pakaian yang mereka gunakan pada saat menikah yaitu keturunan Arab memakai pakaian Arab (jubah) dan masyarakat Condet Balekambang memakai pakaian adat Betawi (baju kurung).

Dari bahasa yang mereka gunakan (keturunan Arab), mereka sudah bisa berbahasa Indonesia dan dari segi makananpun mereka telah menyesuaikan dengan makanan pribumi khususnya mengikuti makanan adat-istiadat dari masyarakat Condet Balekambang salah satunya adalah mereka (keturunan Arab) membuat makanan atau masakan soto Betawi.

Data yang di peroleh dengan teknik observasi asimilasi masyarakat keturunan Arab dengan masyarakat Condet Balekambang dan pengumpulan data primer yaitu melalui wawancara dan informan mendalam sebanyak 4 orang dari masyarakat keturunan Arab, 1 orang staf wakil lurah Condet Balekambang dan 5 orang tokoh dari masyarakat Condet Balekambang. Dalam wawancara, penulis telah mempersiapkan beberapa pertanyaan yang ada kaitannya dengan skripsi. Di samping itu ada pertanyaan-pertanyaan tertulis.


(34)

b. Interview

Interview yaitu proses mendapatkan keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap wajah antar pewawancara dengan responden atau orang yang akan di wawancarai. Informan yang di wawancarai oleh peneliti ialah:

1) Bapak Khalid Al- jufri, (warga keturunan Arab)

2) Salahuddin bin Thohir bin Yahya, (warga keturunan Arab) 3) Salimah Al-jufri, (warga keturunan Arab)

4) Umi Seli, (warga keturunan Arab)

5) Bulan Indah, (warga Condet Balekambang) 6) Bapak Benar, (warga Condet Balekambang) 7) Telfia, (warga Condet Balekambang) 8) Aci, (warga Condet Balekambang) 9) Tommy, (warga Condet Balekambang) c. Dokumentasi

Untuk melengkapi data yang di perlukan dalam menyusun proposal penelitian ini penulis menggunakan langkah pencatatan survey lapangan yaitu dengan mengajukan beberapa pertanyaan atau kuesioner kepada responden yang kemudian penulis catat.

Instrumen yang digunakan untuk pengumpulan data penelitian adalah pedoman wawancara, tape recorder, camera dan buku catatan. penulis juga mengumpulkan informasi melalui layanan internet, majalah, buku-buku dan juga literature yang berkaitan dengan penulisan skripsi yang di peroleh melalui penelitian kepustakaan.


(35)

d. Teknik penulisan

Dalam penulisan penelitian ini, penulis mengunakan buku pedoman penulis skripsi, tesis dan disertasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Waktu dan tempat penelitian

Penelitian ini dimulai pada tanggal 11 September 2009 sampai dengan 30 April 2010, dengan lokasi penelitian di Kelurahan Condet Balekambang, Jakarta Timur.

E. Sistematika Penulisan

Penelitian ini mengikuti sistematika penulisan sebagai berikut:

BAB I : Merupakan pendahuluan yang berisi latar balakang masalah, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, metode penelitian berisi jenis dan pendekatan penelitian serta teknik pengumpulan data yang berisi metode observasi, metode wawancara, serta dokumentasi.

BAB II : Membahas tentang pengertian asimilasi sosial-budaya, teori asimilasi pendekatan sosiologi, faktor pendorong dan penghambat terjadinya asimilasi, pengertian komunitas, proses terbentuknya komunitas keturunan Arab di Indonesia, serta realitas asimilasi masyarakat Arab di Indonesia.

BAB III : Peneliti memfokuskan pada profil keberadaan masyarakat keturunan Arab di wilayah kelurahan Condet Jakarta Timur, yang meliputi gambaran geografis kelurahan Condet Jakarta Timur, latar belakang ekonomi


(36)

dan pendidikan masyarakat keturunan Arab dengan masyarakat pribumi, dan hubungan masyarakat keturunan Arab dengan masyarakat pribumi.

BAB IV : Peneliti memfokuskan pada judul ini yaitu: asimilasi masyarakat keturunan Arab dengan masyarakat Condet Jakarta Timur, yang di dalamnya meliputi: bentuk dan proses asimilasi, faktor yang mendukung asimilasi, faktor yang menghambat asimilasi, dan akibat asimilasi.


(37)

A. Konsep Tentang Asimilasi Sosial Budaya 1. Pengertian Asimilasi Sosial Budaya

Asimilasi adalah proses seseorang atau kelompok yang tadinya tidak sama menjadi sama dengan kelompok lain. Pengertian asimilasi mempunyai dua pengertian yang berbeda, yang pertama adalah membanding atau membuat seperti dan arti yang kedua adalah mengambil dan menggabungkan.

Dari kedua pengertian di atas diambil kesimpulan bahwa, asimilasi sebagai proses. Proses tersebut berlangsung dalam masyarakat dimana seseorang menerima bahasa orang lain, sikap perangai, dan tingkah laku. Juga proses yang mana individu dan kelompok saling mengambil dan bergabung ke dalam kelompok yang lebih besar.1

Sedangkan menurut Harsojo dalam bukunya Pengantar Antropologi asimilasi budaya adalah satu proses social yang telah lanjut yang di tandai oleh makin berkurangnya perbedaan antara individu-individu dan antara sikap-sikap dan proses mental yang berhubungan dengan kepentingan dan tujuan yang sama.2

Apabila pada akulturasi, masing-masing kelompok itu telah mengalami kontak yang langsung dan terus-menerus, saling mengambil unsur-unsur kebudayaan tanpa masing-masing kehilangan kepribadiannya,

1 Soemardjan, Steriotip, Asimilasi, Integrasi Sosial, h. 224.

2 Harsojo, Pengantar Antropologi (Bandung:BINACIPTA, 1967), h. 191.


(38)

maka asimilasi merupakan akibat dari kontak kebudayaan yang di lakukan secara langsung dan membutuhkan waktu yang lama kemudian timbul unsur-unsur kebudayaan yang baru, yang tidak sama dengan unsur-unsur-unsur-unsur yang lama.

Di dalam Modern Dictionary of Sosiology di sebutkan bahwa asimilasi itu proses dimana seseorang individu atau kelompok mengambil alih kultur dan identitas kelompok lain dan menjadikannya bagian dari kelompok tersebut atau asimilasi suatu proses saling serap dan bercampurnya kebudayaan yang berbeda di mana masing-masing elemen bergabung dengan yang lainnya.3 Menurut Selo Soemardjan dalam bukunya Steriotip Etnik, Asimilasi, Integrasi Sosial di jelaskan bahwa asimilasi budaya adalah simulasi yang berkenaan dengan perubahan pola kebudayaan dengan adanya proses dan hasil perubahan yang timbul melalui penerimaan dan penyesuaian orang dari kultur yang berbeda-beda yang berlangsung secara terus-menerus.

Asimilasi suatu proses interpretasi dan fusi dimana orang atau kelompok memperoleh kenangan (masa lalu), perasaan, dan tingkah laku dari orang atau kelompok lain, dengan memakai pengalaman dan sejarah mereka bersama menjadi satu dalam kehidupan kebudayaan. Tentu dapat di pahami bahwa asimilasi sebagai proses sosial yang telah lanjut yang di tandai oleh berkurangnya perbedaan antara individu dan antar kelompok dan makin eratnya persatuan aksi, sikap dan proses mental yang berhubungan dengan kepentingan dan tujuan yang sama.

Sebuah defenisi asimilasi budaya dikemukakan oleh Park dan Burgess, menurut mereka asimilasi budaya ialah suatu proses interpretasi dan


(39)

fusi (campuran atau perpaduan), melalui proses ini orang-orang dan kelompok-kelompok sentimen-sentiment, dan sikap-sikap orang-orang atau kelompok-kelompok lainnya, dengan berbagai pengalaman dan sejarah, tergabung dengan mereka dalam suatu kehidupan budaya yang sama.4

Di Amerika Serikat asimilasi diangggap sebagai suatu proses linear yang menandai hubungan antar kelompok-kelompok minoritas dan kelompok dominan. Ia dianggap sebagai akibat pengaruh dari masyarakat pribumi atas kelompok-kelompok minoritas. Namun dari kedua kelompok ini (minoritas dan dominan), kelompok minoritas secara bertahap akan kehilangan identitas etnik mereka yang membedakan mereka dari kelompok dominan.

Dalam konteks ini asimilasi menghasilkan dua akibat yaitu:

a) Kelompok minoritas kehilangan keunikannya dan menyerupai kelompok-kelompok mayoritas.

b) Dan kelompok etnik serta kelompok mayoritas bercampur secara homogen (bersatu), masing-masing kelompok kehilangan keunikannya, lalu muncul suatu produk unik lainnya, suatu proses yang disebut Belangga Pencampuran.

Dalam konteks Amerika ide ini sering disebut Amerikanisasi (Americanization) atau Konformitas (kesesuaian) Anglo (Anglo Comformity),

atau sekedar Konformitas Pribumi (The Host Comformity), yang akan diperoleh bila kelompok-kelompok minoritas berasimilasi sepenuhnya ke dalam budaya dominan. Menurut Deddy Mulyana dan Jalaluddin Rakhmat

4 Deddy Mulyana dan Jalaluddin Rakhmat, Komunikasi Antarbudaya (Bandung:PT Remaja Rosdakarya, 2006), h. 159-160.


(40)

dalam bukunya Komunikasi Antarbudaya, membedakan tujuh dimensi asimilasi yaitu asimilasi kultural atau perilaku (akulturasi), asimilasi struktural, asimilasi marital (hubungan perkawinan suami-istri), asimilasi identifikasional, asimilasi penerimaan sikap, asimilasi penerimaan perilaku, dan asimilasi kewarganegaraan.5

Asimilasi kultural atau akulturasi di tandai dengan perubahan pada pola-pola budaya kelompok minoritas misalnya bahasa, nilai, pakaian, dan makanan. Sementara asimilasi struktural di tandai dengan masuknya kelompok minoritas ke dalam lembaga-lembaga masyarakat pribumi. Menurut Gordon asimilasi struktural-lah yang akan menimbulkan asimilasi sempurna. Proses ini akan menghasilkan asimilasi psikologis yakni hilangnya identitas etnik kelompok.

Jadi dari pengertian asimilasi sosial-budaya dari beberapa tokoh sosial dan budaya dapat dipahami bahwa asimilasi merupakan suatu alat yang penting sebagai proses sosialisasi dengan latar belakang adanya kebudayaan yang berbeda-beda yang saling bergaul secara intensif dalam waktu yang lama hingga kebudayaan tadi berubah sifatnya yang khas dan juga unsur-unsurnya masing-masing berubah wujudnya menjadi kebudayaan campuran tentu hal ini akan terjadi jika adanya sikap toleransi dan simpati terhadap budaya lain.

2. Teori Asimilasi Pendekatan Sosiologi

Asimilasi dalam pengertian sosiologis di definisikan sebagai suatu bentuk proses sosial di mana dua atau lebih individu atau kelompok saling


(41)

menerima pola kelakuan masing-masing sehinga akhirnya menjadi satu kelompok baru yang terpadu.6 Sebelum memasuki proses pembauran masing-masing pihak hidup berdampingan menurut pola kelakuannya sendiri. Sejak mereka memutuskan untuk menjadi satu kelompok, mereka memasuki suatu proses baru menuju penciptaan satu pola kebudayaan sebagai landasan tunggal kehidupan mereka.

Pada proses asimilasi terjadi proses peleburan kebudayaan, sehingga pihak-pihak atau warga-warga dari dua-tiga kelompok yang tengah berasimilasi akan merasakan adanya kebudayaan tunggal yang dirasakan sebagai milik bersama.

Menurut Dwi Narwoko dan Bagong Suyanto proses asimilasi akan timbul jika ada tiga unsur. Yaitu sebagai berikut:7

a. Ada perbedaan kebudayaan antara kelompok-kelompok manusia yang hidup pada suatu waktu dan pada suatu tempat yang sama. b. Para warga dari masing-masing kelompok yang berbeda-beda itu

dalam kenyataannya selalu bergaul secara intensif dalam jangka waktu yang lama.

c. Dan demi pergaulan mereka yang telah berlangsung secara intensif itu, masing-masing pihak menyesuaikan kebudayaan mereka masing-masing sehingga terjadilah proses saling penyesuaian kebudayaan diantara kelompok-kelompok itu.

6 D. Hendropuspito, Sosiologi Sistematik (Yogyakarta: Penerbit Kanisius,1989), h. 233.

7 J. Dwi Narwoko dan Bagong Suyanto, Sosiologi Teks Pengantar dan Terapan (Jakarta:


(42)

Menurut Abdurrahmat Fathoni asimilasi banyak di teliti oleh sarjana sosiolog terutama Amerika di mana masih di temukan masalah kelompok imigran dari berbagai suku bangsa yang datang dengan kebudayaan yang berbeda-beda.8 Sedangkan di Indonesia asimilasi banyak ditemukan pada golongan khusus, baik yang bersuku bangsa, lapisan sosial, golongan agama, pengetahuan mengenai seluk-beluk proses asimilasi dari tempat-tempat lain di dunia menjadi penting sebagai bahan perbandingan.9 tentu hal ini menjadi suatu masalah yang belum terselesaikan dan masih perlu ditemukan solusinya.

3. Hakikat Faktor Pendorong dan Penghambat Terjadinya Asimilasi

Menurut Hendropuspito faktor pendorong terjadinya asimilasi yaitu:10

a. Adanya perkawinan campuran (amalgamation)

b. Dan adanya perlakuan hukum yang sama (baik warga pribumi maupun non pribumi)

Sedangkan menurut Dwi Narwoko dan Bagong Suyanto asimilasi terjadi jika:11

a. Sikap dan kesediaan saling bertoleransi

b. Kesempatan di bidang ekonomi yang seimbang, memberikan kemungkinan kepad semua pihak untuk mencapai kedudukan tertentu berkat kemampuannya

8

Abdurrahmat Fathoni, Antropolog Sosial Budaya Suatu Pengantar (Jakarta: Rineka Cipta,2006), h. 30-31.

9 Koentjaraningrat, Pengantar Ilmu Antropologi h.255-256. 10 Hendropuspito, Sosiologi Sistematik h. 234-235.

11 J. Dwi Narwoko dan Bagong Suyanto, Sosiologi Teks Pengantar dan Terapan h. 62-63.


(43)

c. Dan musuh bersama dari luar, ancaman musuh bersama dari luar diperkirakan akan memperkuat rasa persatuan di dalam masyarakat

Selain faktor-faktor yang mendukung terjadinya asimilasi, menurut Hendropuspito ada pula beberapa faktor lain yang menghambat terjadinya asimilasi yaitu:12

a. Perbedaan agama dan kepercayaan

b. Unsur ras dan warna kulit yang jauh berbeda antara suku yang satu dengan yang lain misalnya ras kulit putih, hitam, dan ras kulit kuning terbukti masih menimbulkan politik rasialis seperti di Afrika Selatan, bahkan di Amerika Serikatpun terjadi.

c. Dan faktor psikologis, khusunya sikap superior tetap dipertahankan oleh golongan etnis yang merasa dalam segala hal dirinya lebih tinggi (adanya golongan mayoritas dan minoritas).

B. Komunitas Keturunan Arab 1. Pengertian Komunitas

Kata komunitas (community) berasal dari kata latin communire (communion) yang berarti memperkuat. Dari kata ini di bentuk istilah communitas yang artinya persatuan, persaudaran, umat/jemaat, kumpulan bahkan masyarakat.13Secara samar-samar kata komunitas disisipi pengertian tempat tinggal bersama. Jadi arti kata klasik, kata komunitas hidup dengan orang-orang yang bermukim di atas sebidang tanah yang sama. Kemudian

12 Hendropuspito, Sosiologi Sistematik h. 233-234. 13 Hendropuspto, Sosiologi Sistematik, h. 56.


(44)

“unsur tanah yang sama” dialihkan pada pengertian persaudaraan kumpulan atau persatuan.

Komunitas bisa dibedakan menjadi dua jenis yaitu komunitas geografis dan komunitas fungsional.14 Komunitas geografis ialah komunitas dalam arti penduduk yang berdiam di suatu daerah di sebut juga dengan komunitas lokal. Sedangkan komunitas fungsional yang tidak dibatasi oleh daerah yang mereka huni tapi dibatasi oleh karakter atau ciri khusus, misalnya komunitas petani, peternak dan komunitas nelayan.

Sedangkan menurut Soerjono Soekanto komunitas diterjemahkan sebagai “masyarakat setempat” yang menunjuk pada warga sebuah desa, kota, suku, atau bangsa. Apabila anggota-anggota suatu kelompok, baik kelompok itu besar ataupun kecil, hidup bersama sehingga merasakan bahwa kelompok tersebut dapat memenuhi kepentingan-kepentingan hidup yang utama, kelompok tersebut disebut masyarakat setempat.15

Serta menurut Selo Soemardjan sebagaimana dikutip Soekanto,“komunitas adalah masyarakat yang bertempat tinggal disuatu wilayah (dalam arti geografis) dengan batas-batas tertentu di mana faktor utama yang menjadi dasar adalah interaksi yang lebih besar diantara para anggotanya, diantara para anggotanya, dibandingkan dengan penduduk di luar batas wilayah.16

14 Yusra Killun, Pengembangan Komunitas Muslim (Jakarta: FDK UIN Jakarta, 2007), h. 38-39.

15 Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar (Jakarta:PT Grafindo Persada, 2006 ), h. 132- 133.


(45)

Begitu pula menurut Hendropuspito dalam bukunya Sosiologi Sistematik, menyatakan bahwa komunitas sosial yaitu kelompok territorial yang membina hubungan para anggotanya dengan menggunakan sarana-sarana yang sama untuk mencapai tujuan yang sama.17

Menurut Jim Life pengertian community ialah bentuk organisasi sosial yang memiliki tiga karakter sebagai berikut:

1. Identitas dan rasa memiliki. Kata komunitas terkait dengan rasa memiliki atau rasa diterima dan dihargai dalam kelompok, sehingga melahirkan konsep komunitas.

2. Kewajiban anggota, hal ini tentu menuntut kewajiban dari anggotanya yaitu ikut memberikan kontribusi dan berpartisipasi dalam komunitas.

3. Dan adanya budaya komunitas, hal ini memungkinkan adanya nilai dan menghasilkan ekspresi komunitas lokal yang memilki karakteristik unik yang terkait dengan komunitas.

Ciri-ciri komunitas adalah adanya kesatuan hidup yang teratur dan tetap dan bersifat teritorial, serta memiliki unsur tanah daerah yang sama tempat kelompok itu berada.18

Dari penjelasan diatas tentang pengertian komunitas sebagaimana yang telah diuraikan, maka kita dapat disimpulkan bahwa komunitas adalah kesatuan hidup manusia yang menempati suatu wilayah tertentu yang terikat rasa identitas bersama, dan saling berinteraksi antara satu dengan yang lainnya untuk mencapai tujuan bersama.


(46)

2. Proses Terbentuknya Komunitas Keturunan Arab di Indonesia

Orang-orang Arab berdatangan di Jakarta pada akhir abad ke-18 untuk berniaga. Menurut L.W.C van den Berg, orang-orang Arab yang sekarang bermukim di Nusantara sebagian besar berasal dari Hadramaut.19

Hadramaut ialah seluruh pantai Arab Selatan, sejak Aden hingga Tanjung Ras Al-Hadd.20 Menurut Berg, orang-orang Arab Hadramaut mulai datang secara masal ke Nusantara pada akhir abad ke-18, pemberhentian mereka yang pertama yaitu Aceh. Dari sana mereka lebih memilih pergi ke Palembang dan Pontianak. Orang Arab mulai menetap di jawa setelah tahun 1820. Dan koloni-koloni mereka baru tiba di bagian Timur Nusantara tahun 1870, dan koloni Arab di Batavia, meskipun baru setengah abad umurnya, namun sudah merupakan koloni terbesar di Nusantara, jika kita masukkan pula para anggotanya yang lahir di Arab.

Orang-orang Arab berdatangan di Jakarta abad ke-18 untuk berniaga. Walaupun awalnya mereka sekedar untuk berniaga, tetapi akhirnya mereka terlibat dalam gerakan dakwah.

Dapat kita lihat daerah-daerah di Indonesia yang menjadi permukiman dan media interaksi masyarakat keturunan Arab dan pribumi derah tersebut adalah pulau Jawa yang terdapat enam koloni besar Arab, yaitu di Batavia, Cirebon, Tegal, pekalongan, Semarang dan Surabaya. Salah satu contoh

19 L.W.C. Van den Berg, Hadramaut dan Koloni Arab di Nusantara (Jakarta: Indonesian Netherlands Cooperation IMDIES, 1989), H. 1.


(47)

proses komunitas keturunan Arab yaitu daerah Batavia, di tempat tersebut di temukan orang Arab yang berasal dari segala tempat di Hadramaut dan dari segala lapisan masyarakat, hanya golongan sayid yang merupakan minoritas. Sebagian besar orang Arab yang datang ke pulau Jawa dari Singapura, terlebih dahulu singgah di Batavia, kemudian menyebar ke daerah- daerah lain.

Sebagai akibat perkembangan itu, Batavia di jumpai hanya sedikit keluarga yang turun-temurun sudah menghuni Nusantara, dan sebagian besar menikah dengan wanita pribumi. unsur Arab memiliki keturunan campuran, sehingga mereka terpaksa belajar bahasa Arab untuk bisa berkomunikasi.

Cara-cara orang Arab di Nusantara mematuhi prinsip-prinsip hukum Islam dengan berzakat merupakan bukti bahwa semangat kemakmuran memang sudah melembaga dalam diri mereka. Tidak seorang Arab Hadramaut yang ketagihan minuman keras atau candu. Menabung merupakan budaya bagi mereka, dan fakta bahwa mereka pernah menikmati kemakmuran, sebagian dari rezki merekapun tidak lupa mereka sumbangkan kepada masjid, sekolah, atau yayasan keagamaan lain.

Orang Arab mulai menetap di Jawa setelah tahun 1820, dan kolonoi-koloni mereka baru tiba di bagian Timur Nusantara tahun 1870. Koloni Arab di Batavia, meskipun baru setengah abad umurnya, sudah merupakan koloni terbesar di Nusantara, jika kita masukkan pula para anggotanya yang lahir di Arab.


(48)

Realitas Asimilasi masyarakat keturunan Arab di Indonesia dapat kita lihat dari berbagai fakta yang ada dimasyarakat, didukung pula oleh para peneliti Sosiologi yang melakukan penelitian seperti Selo Soemardjan dalam bukunya Sterotip Etnik, Asimilasi, Interaksi Sosial. Realitas asimilasi keturunan Arab ini terjadi di Surabaya, mereka memiliki suatu susunan atau strata sebagai keanggotaan keturunan masyarakat Arab yang di sebut “sayid” dan bukan “sayid”.

Sayid yaitu identifikasi diri kelompok orang Arab yang menyatakan dirinya sebagai golongan ‘Alawiyyin. Golongan ini berpendapat mereka langsung keturunan dari Nabi Muhammad SAW melalui garis keturunan anak Nabi yakni Fatimah istri Ali bin Abi Tholib. Bagi mereka yang bukan tergolong Sayid berarti tidak mempunyai garis keturunan langsung dengan Nabi Muhammad SAW. Tentu hal ini menjadi salah satu yang mempengaruhi asimilasi mereka terutama dalam perkawinan yang merupakan penyebab terjadinya asimilasi, bagi mereka keturunan Arab jika wanita menikah dengan orang di luar Arab maka garis keturunan mereka teputus atau tidak lagi termasuk golongan sayid tetapi jika untuk laki-laki Arab tetap menjadi golongan sayid.

Sedangkan koloni Arab yang berada di Pekalongan, mereka sangat menjaga jarak dengan orang Arab yang datang dari Hadramaut. Orang Arab campuran yang tinggal di daerah pinggiran seperti Ledok, Mipitan, Kauman, dan Krapyak. Mereka sama sekali tidak menggunakan bahasa Arab dalam


(49)

berkomunikasi dengan masyarakat pribumi. Mereka mencari nafkah, cara berpakaian, dan mengikuti adat-istiadat seperti masyarakat pribumi.21

Kemudian begitu pula dalam masyarakat kota Surakarta yang menggunakan bahasa Jawa untuk komunikasi bukan hanya etnis Jawa, tetapi juga etnis Tionghoa dan Arab. Penelitian Markhamah terhadap penggunaan bahasa Jawa oleh orang-orang Tionghoa di Surakarta menyimpulkan, bahwa tuturan Ngoko dan Krama pada orang-orang Tionghoa dewasa (50 responden) hampir tidak berbeda dengan kualitas tuturan ngoko dan krama masyarakat Jawa.22

Interaksi melalui perkawinan dengan wanita Jawa dan pemelukan agama Islam oleh imigran Tionghoa merupakan cara terbaik, hal ini didasari adaya soal keuangan yakni mereka dan keturunannya dapat terbebas dari pajak yang di berlakukan VOC bila kemudian hari dapat berasimilasi dengan baik dalam kebudayaan Jawa. Melalui perkawinan tersebut, pengetahuan kebudayaan, bahasa, adat-istiadat Jawa melekat pada keturunan-keturunan hasil perkawinan mereka. Dapat kita pahami walaupun yang di jelaskan diatas realitas asimilasi Tionghoa dengan masyarakat Surakarta namun tidak berbeda pula asimilasi yang dialami masyarakat keturunan Arab di Surakarta, seringnya berkomunikasi dengan masyarakat Surakarta maka penggunaan bahasa Jawa bisa di gunakan pula oleh komunitas keturunan Arab. Begitu

21 L.W.C. van den Berg, Hadramaut dan koloni Arab di Nusantara,h. 74.

22 Rustopo, Menjadi Jawa: Orang-Orang Tionghoa dan Kebudayaan Jawa di Surakarta (Yogyakarta: Penerbit Ombak, 2007), h. 51.


(50)

pula dengan melalui perkawinan merupakan strategi utama supaya dapat berasimilasi dengan masyarakat pribumi khususnya masyarakat Surakarta.23

Kembali pada realitas asimilasi di Indonesia khususnya di daerah Condet Balekambang Jakarta Timur, dapat kita ketahui bahwa asimilasi keturunan Arab dengan masyarakat pribumi di sekitarnya berlansung dengan baik, sikap toleransi yang mereka miliki dan juga dari ajaran agama membuat mereka menghilangkan adanya perbedaan. Asimilasi keturunan Arab di Condet di awali dengan adanya pernikahan orang-orang keturunan Arab dengan masyarakat setempat (pribumi) dari inilah yang kemudian berkembang menjadi asimilasi sosial-budaya baik dalam bahasa, keseniaan, seta adat-istiadat yang sudah bercampur.

Untuk memperkuat lagi rasa kekeluargaan mereka maka mereka juga ikhlas memberikan bantuan pada masyarakat sekitar misalnya pada acara Maulid SAW dengan memberikan sajadah, mukenah, ataupun santunan untuk anak-anak yatim. Inilah yang menjadi salah satu cara masyarakat keturunan Arab dapat berasimilasi dengan masyarakat pribumi khususnya masyarakat Condet.

23 Rustopo, Menjadi Jawa: Orang-Orang Tionghoa dan Kebudayaan Jawa di Surakarta, h. 60.


(51)

A. Letak dan Keadaan Geografis

Kelurahan Balekambang merupakan salah satu kelurahan yang berada di wilayah Kecamatan Kramat Jati, Kotamadya Jakarta Timur dengan batas-batas wilayah sebagai berikut:1

Wilayah Batas- Batas Wilayah

Batas Sebelah Utara Jalan Buluh, berbatasan dengan Kelurahan Cililitan

Batas Sebelah Timur Jalan

Raya Condet, berbatasan dengan Kelurahan Batuampar dan Kelurahan Gedong Kecamatan Pasar Rebo

Batas Sebelah Selatan Kelurahan Gedong Kecamatan Pasar Rebo Batas sebelah Barat Sungai Ciliwung, Wilayah Jakarta Selatan Sumber data Kelurahan Condet Balekambang tahun 2009

Kelurahan Condet Balekambang merupakan salah satu kelurahan yang ditetapkan sebagai cagar budaya dan buah-buahan sesuai dengan Surat Keputusan Gubernur DKI Jakarta No. D. 1-7903/A/30/1975, tertanggal 18 Desember 1975 tentang “Penetapan Kelurahan Condet Balekambang dan

1

Laporan Tahunan Kelurahan Condet Balekambang, Tentang Gambaran Umum Wilayah, (Jakarta: Oktober, 2009), h.1.


(52)

Kelurahan Kampung Tengah, Kecamatan Kramat Jati Wilayah Jakarta Timur, sebagai daerah buah-buahan”.

Berdasarkan data sensus kependudukan yang di keluarkan oleh Kelurahan, sampai bulan Oktober 2009 sebanyak 5.088 kepala keluarga (KK) terdiri dari KK laki-laki: 4.405 KK dan KK perempuan: 683 KK, dengan keseluruhan penduduk berjumlah 21.933 jiwa. Terdiri dari laki-laki: 11.631 jiwa dan perempuan: 10.302 jiwa. Dalam tabel berikut bisa kita lihat keadaan jumlah penduduk di Kelurahan Condet Balekambang.2

Tabel 1. Jumlah Penduduk Berdasar Umur dan Jenis Kelamin

Umur WNI WNA Jumlah

LK PR LK PR WNA+WNI

0 – 4 2.575 1.541 1 - 4.117

5 - 9 1.258 1.369 1 - 2.628

10 – 14 1.318 1.171 - - 2.489

15 – 19 1.134 1.122 - - 2.256

20 – 24 1.022 673 - - 1.695

25 – 29 867 842 - - 1.709

30 – 34 701 655 - - 1.356

35 – 39 626 626 - - 1.252

40 – 44 539 512 - - 1.051

45 – 49 348 432 - - 780

50 – 54 441 423 1 - 865

55 – 59 389 403 - - 792

60 – 64 156 173 - - 329

65 – 69 120 148 - - 268

70 – 74 78 99 - - 177

75 - Dst 56 113 - - 169

Jumlah 11.628 10.302 3 - 21.933

Sumber data Kelurahan Condet Balekambang tahun 2009

2

Laporan Tahunan Kelurahan Condet Balekambang, Tentang Jumlah Penduduk berdasar umur dan Jenis Kelamin, h. 5.


(53)

Jumlah prosentase penduduk menurut agama terdiri dari 97,87% penduduk di Condet Balekambang memeluk agama Islam, 1,08% agama Kristen Protestan, 0,92% agama Hindu, dan 0,08% agama Budha.

Luas wilayah Kelurahan Condet Balekambang adalah 167,450 hektar, terbagi menjadi 5 RW dan 53 RT. Status tanah kelurahan Condet Balekambang terdiri dari:

a. Tanah Negara: 22,75%

b. Tanah milik Adat: 70,08% dan c. Tanah Wakaf: 7,16%

Dari jumlah keseluruhan luas wilayah Condet Balekambang, memiliki tanah yang di peruntukan sebagai:

a. Perumahan: 100,47 Ha

b. Pendidikan dan Peribadatan: 6,70 Ha c. Perkantoran: 7,53 Ha

d. Fasilitas Umum atau Balai Rakyat: 16,75 Ha e. Pemakaman: 0,72 Ha

f. Kebun dan lain-lain: 35,28 Ha

Adapun untuk masalah tanah wakaf yang berada di wilayah tersebut yang di prosentasekan 7,16% umumnya di pergunakan untuk bangunan masjid dan mushola serta pemakaman umum. Sedangkan yang lainnya digunakan untuk jalan kendaraan dan tanah kepentingan umum lainnya misalnya untuk sekolah.


(54)

Pada umumnya keadaan geografis Kelurahan Condet Balekambang berbentuk tebing dengan kemiringan antara 15 sampai dengan 30 derajat. Sebagai adanya akibat sungai Ciliwung yang melintas wilayah Kelurahan Condet Balekambang dan lokasi ini umumnya di tumbuhi pohon buah-buahan seperti salak, duku, melinjo, kecapi dan lainnya dan terkadang masih terlihat binatang jenis kera dan landak, sehingga tahun 1975 Kelurahan Balekambang ditetapkan sebagai kawasan cagar buah-buahan khas Jakarta (Betawi) di Kelurahan Condet Balekambang yang pengawasan dan pembinaannya dilaksanakan oleh pemerintah DKI Jakarta.3

Sementara itu, keadaan iklim Kelurahan Condet Balekambang seperti suhu rata-rata pertahun adalah 27 derajat celcius dengan tingkat kelembaban 80% sampai dengan 90%. Pada bulan November sampai dengan April, arah angin dipengaruhi oleh angin Muson Barat, dan pada bulan Mei sampai dengan Oktober oleh angin Muson Timur. Curah hujan rata-rata sepanjang tahun adalah 2000 militer, di mana curah hujan seperti pada umumnya tertinggi terjadi sekitar Januari dan terendah sekitar bulan September.

B. Latar Belakang Ekonomi dan Pendidikan 1. Latar Belakang Ekonomi

Penduduk Wilayah Condet Balekambang masyarakatnya tidak hanya terdiri dari masyarakat asli Jakarta atau dari daerah lain di Indonesia namun kini masyarakatnya mulai berubah dengan adanya pencampuran menerima pendatang penduduk dari Negara asing terutama dari Negara Arab, mereka

3


(55)

berasimilasi dengan masyarakat setempat (Jakarta) baik dalam bidang sosial ataupun budaya. Dapat kita lihat di wilayah Condet Balekambang ini masyarakat keturunan Arab sebagian besar memiliki aktivitas sebagai pedagang.

Seperti yang dikatakan oleh Bapak Benar Sigalinging:4

“Kalau yang saya tau mah kebanyakan kerjaan orang-orang keturunan Arab yang tinggal di sini ya sebagai pedagang minyak wangi tapi selaen itu ada juga yang kerja buka warung makanan.” Tentu hal ini mereka lakukan selain bertujuan untuk berputarnya perekonomian mereka namun juga sebagai bentuk berasimilasinya mereka dengan masyarakat setempat (Condet Balekambang) dan juga untuk memperkuat ikatan persaudaraan mereka dengan masyarakat setempat dalam transaksi jual-beli. Selain itu hal ini di dukung dengan adanya sikap toleransi antar keduanya, inilah yang memudahkan mereka untuk berasimilasi.

Saat ini penduduk Condet Balekambang memiliki mata pencaharian bermacam-macam, tetapi tidak ada data yang menjelaskan secara khusus mengenai pekerjaan orang-orang keturunan Arab dengan masyarakat Condet Balekambang.

Namun umumnya, keadaan sosial ekonomi masyarakat Condet Balekambang merupakan kalangan menengah ke atas. Dalam laporan tahun 2009 jumlah penduduk Condet Balekambang berdasarkan mata pencaharian yang terlihat dalam tabel di bawah ini:5

4

Wawancara Pribadi dengan Bapak Benar Sigalingging, Condet Balekambang, 27 Januari 2010. 5

Laporan Tahunan Kelurahan Condet Balekambang, Tentang Jumlah Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian, h. 11.


(56)

Tabel 2. Jumlah Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian

No PEKERJAAN JUMLAH

PENDUDUK JIWA 1 Karyawan swasta/TNI/POLRI 4.280

2 Pedagang 5.172

3 Buruh tani 485

4 Pensiunan 2.254

5 Pertukangan 227

6 Pengangguran 89

Jumlah 12.707

Sumber data Kelurahan Condet Balekambang tahun 2009

Mayoritas penduduk Condet Balekambang adalah berprofesi sebagai pedagang atau wiraswasta. Sekitar 4.280 dari penduduknya tercatat sebagai karyawan swasta/TNI/POLRI, 5.172 orang sebagai pedagang, 485 orang sebagai buruh tani, 2.254 orang sebagai pensiunan, 227 orang sebagai pertukangan, dan sisanya 89 orang adalah pengangguran.

Kemudian masyarakat Balekambang juga memiliki sejumlah bidang usaha untuk meningkatkan perekonomian pada masyarakat tersebut diantaranya yaitu adanya Pembinaan Koperasi Serba Usaha (KSU). Koperasi Serba Usaha yang ada di Kelurahan Balekambang bersama KSU agar Budaya yang mendapat pembinaan dari Kanwil Departemen Koperasi namun keberadaannya sampai saat ini sudah tidak aktif lagi adapun koperasi yang ada di Wilayah Kelurahan Balekambang sebagai berikut:6

6

Laporan Tahunan Kelurahan Condet Balekambang, Tentang Pembinaan Koperasi Serba Usaha (KSU,) h. 19.


(57)

a) Pembinaan Koperasi Serba Usaha (KSU)

No NAMA KOPERASI JUMLAH ANGGOTA

1 KSU Cagar Budaya orang

2 Lestari Mandiri 134 orang

Jumlah 134 orang

Sumber data Kelurahan Condet Balekambang tahun 2009

b) Pembinaan Usaha Ekonomi Lemah

Pembinaan yang kami lakukan terhadap Usaha Ekonomi Lemah, dalam bentuk pengarahan dan bantuan modal usaha PPMK tahun 2008 bidang ekonomi yang di gulirkan yang ada di Kelurahan Condet Balekambang. Selanjutnya sesuai permintaan dan harapan Pemerintah melalui Badan Pemberdayaan Masyarakat (BPM) Propinsi DKI Jakarta.

Kami mengusulkan agar diadakan pembinaan langsung terhadap usaha ekomomi lemah tersebut, sehingga dapat dicapai hasil menuju kemandirian yang optimal, yang selanjutnya dapat diikut sertakan dalam pameran atau bazar-bazar bagi Pengusaha Ekonomi Lemah. KSU yang ada di Kelurahan Balekambang bersama KSU Cagar Budaya yang mendapat pembinaan dari kanwil Departemen Koperasi.

2. Latar Belakang Tingkat Pendidikan

Adanya program pendidikan yang dilakukan oleh pemerintah di wilayah Kelurahan Condet Balekambang menjadi sebuah kebutuhan yang sangat penting untuk meningkatkan kecerdasan dan memberantas buta huruf di wilayah tersebut. Masyarakat dengan antusias dan penuh kesadaran menyekolahkan anak-anak mereka pada sekolah-sekolah yang telah dibangun oleh pemerintah di wilayah tersebut.


(58)

Mereka menyekolahkan anak-anak mereka dari SD sampai SLTA, adapun untuk sampai melanjutkan ke Perguruan Tinggi masyarakat hanya sebagian kecil saja masyarakat yang mampu melanjutkannya, salah satu yang menyebabkan hal ini adalah karena faktor perekonomian mereka yang tidak mampu mencukupi biaya untuk sampai pada Pendidikan Perguruan Tinggi.

Bagi mereka yang berpendidikan sampai tingkat SLTA, mencoba membantu orang tua mereka dengan bekerja misalnya membantu orang tuanya berjualan. Wilayah Kelurahan Condet Balekambang saat ini sudah melakukan pendataan terhadap jumlah penduduk menurut tingkat pendidikan. Adapun jumlah murid laki-laki dan perempuan di wilayah Condet Balekambang terlihat jelas dalam tabel di bawah ini:7

Tabel 3. Jumlah Murid Laki-Laki dan Perempuan

No PENDIDIKAN LK PR JUMLAH

1 Tidak tamat SD 312 338 650

2 Tamat SD 513 459 972

3 Tamat SLTP 1357 1134 2491

4 Tamat SLTA 682 737 1419

5 Tamat

Akademi/PT

262 301 563

JUMLAH 3.126 2.969 6.095

Sumber data Kelurahan Condet Balekambang tahun 2009

Dari tabel di atas dapat kita lihat bahwa tingkat kesadaran penduduk akan pentingnya pendidikan cukup tinggi, sehingga banyak orang tua yang menyekolahkan anak-anak mereka dari tingkat dasar hingga perguruan tinggi. Dengan demikian dapat kita tarik kesimpulan bahwa tingkat kesadaran akan

7

Laporan Tahunan Kelurahan Condet Balekambang, Tentang Jumlah Murid Laki-laki dan Perempuan, h. 10.


(59)

pentingnya pendidikan terlihat dari besarnya murid-murid yang mengenyam pendidikan dibangku sekolah, di wilayah Condet Balekambang tersebut.

C. Hubungan Keturunan Arab dengan Masyarakat Pribumi

Hubungan keturunan Arab dengan masyarakat pribumi khususnya masyarakat Condet Balekambang atau disebut juga dengan interaksi sosial sering di identikan dengan adanya perasaan bersama di antara para pelakunya serta di dalamnya terdapat suatu hubungan sosial antara individu ataupun kelompok masyarakat, yang diakibatkan adanya interaksi sosial tersebut yang menghasilkan sebuah sikap saling memerlukan antar satu dengan yang lainnya.

Dalam hal ini hubungan yang saling membutuhkan dan saling melengkapi terlihat pada masyarakat keturunan Arab dengan masyarakat sekitarnya di kelurahan Condet Balekambang.

Yang di jadikan indikator terhadap sikap saling membtuhkan kedua komunitas tersebut yakni berada dalam kegiatan kemasyarakatan yang berhubungan dengan nilai yang berada dalam masyarakat (sifat saling membantu) misalnya partisipasi dalam kerja bakti, dan dalam hal menjaga keamanan dan kenyamanan (tugas ronda) di wilayah tersebut.

Dari hasil pengamatan, penulis mendapatkan informasi baik dari masyarakat keturunan Arab maupun masyarakat Condet Balekambang yang menceritakan keikutsertaan mereka dalam kerja bakti maupun dalam menjalankan tugas ronda.


(60)

Kegiatan kerja bakti dilakukan secara bersama-sama baik keturunan Arab maupun masyarakat Condet Balekambang, beberapa orang dari warga keturunan Arab bekerjasama dengan masyarakat sekitar untuk kerja bakti bersama untuk kepentingan umum.

Namun jika tidak bisa mengikuti kerja bakti maka mereka bisa memberikan sumbangan. Mereka melakukan hal ini dengan alasan kesibukan mereka dalam aktivitas kerja misalnya sebagai pedagang. Kalaupun ada yang ikut kerja bakti bersama masyarakat Condet Balekambang, mereka ini memang tidak sibuk dengan pekerjaannya serta sejak kecil sudah terbiasa untuk melakukan pekerjaan tersebut bersama masyarakat Condet Balekambang.

Menurut informan Salahudin bin Thohir bin Yahya:8

“Menurut gue sih sebagai bagian dari masyarakat sini ya seneng aja kalo diajak sama masyarakat sini buat kerja bakti, kalo ada waktu dan nggak sibuk sama kerjaan gue sih ikut aja.”

Sedangkan kegiatan menjaga keamanan dan kenyamanan (tugas ronda) yang dilakukan setiap malam di kelurahan Condet Balekambang merupakan kegiatan yang menguntungkan baik bagi warga keturunan Arab maupun warga Condet Balekambang, kegiatan ini di lakukan demi menjaga keamanan lingkungan bersama dan memiliki satu tujuan yaitu rasa aman dan nyaman untuk tinggal dan menetap di wilayah tersebut.

8

Wawancara Pribadi dengan Salahuddin bin Thohir bin Yahya, Condet Balekambang, 5 Januari 2010.


(61)

Menurut informan Bapak Benar Sigalingging:9

“Kalo masalah tugas ronda ya memang saya sangat nganjurin banget bahkan udah ngajak warga disini baik keturunan Arab atau warga Condet, ayo bareng-bareng kita tugas ronda malem buat ngejaga agar lingkungan kita aman dan nyaman gitu.”

Dari hasil observasi dan wawancara di lapangan dapat di ambil kesimpulan bahwa hubungan sosial antara keturunan Arab dengan masyarakat Condet Balekambang terlihat dalam melakukan kerja bakti dan kegiatan menjaga keamanan (tugas ronda ) yang di lakukan secara bersama-sama baik masyarakat keturunan Arab maupun masyarakat Condet Balekambang yang bertujuan untuk kepentingan umum, partisipasi antar kedua belah pihak terjadi sangat baik.

9


(62)

MASYARAKAT CONDET BALEKAMBANG

A. Bentuk dan Proses Asimilasi

Komunitas keturunan Arab di sebut sebagai golongan minoritas yang berbaur atau berasimilasi dengan masyarakat Condet Balekambang sebagai golongan mayoritas. Hubungan sosial yang terjadi antar keduanya melalui bentuk dan proses asimilasi. Bentuk dari asimilasi adalah:1

1. Asimilasi melalui perkawinan (amalgamasi)

2. Asimilasi melalui kebudayaan atau perilaku perubahan dalam pola kebudayaan untuk menyesuaikan diri dengan kelompok mayoritas (baik secara bahasa, pakaian, dan makanan)

Kedua bentuk asimilasi diatas akan sangat berpengaruh dalam proses terjadinya asimilasi.

Asimilasi melalui perkawinan, merupakan sebuah ikatan suci yang sudah terjadi antara masyarakat keturunan Arab dengan masyarakat Condet Balekambang. Kesamaan agama (Islam) sudah tentu menjadi salah satu faktor yang memudahkan terjadinya proses asimilasi terutama dalam perkawinan tersebut. Seperti yang sudah di jelaskan dalam bab satu sebelumnya bahwa masyarakat keturunan Arab memiliki susunan atau strata suatu golongan misalnya sayid dan bukan sayid.

1

Selo Soemardjan, Steriotip Etnik, Asimilasi, Integrasi Sosial, h. 175.


(1)

WAWANCARA DENGAN TOKOH MASYARAKAT Nama : Bulan indah

Umur : 26 Tahun

Profesi : Guru PAI (Global Islamic School) Tgl Wawancara: 26 Januari 2010

1. T: Bagaimanakah pendapat anda terhadap tingkah laku masyarakat keturunan Arab dengan masyarakat Condet Balekambang dalam kehidupan sehari-hari? J: menurut saya perilaku mereka baik-baik saja dengan masyarakat Condet Balekambang.

2. Menurut anda faktor apakah yang membuat masayrakat keturunuan Arab tinggal dan menetap di wilayah ini?

J: menurut saya karena faktor ekonomi. Rata-rata mereka bekerja sebagai pedagang dan warga keturunan Arab juga memiliki profesi sebagai penghasil TKW.

3. T: Adakah hubungan kerjasama antara masyarakat keturunan Arab dengan masyarakat Condet Balekambang?

J: ada, kerjasama mereka terlihat dari tenaga kerja yang mempekerjakan masyarakat Condet Balekambang dengan keturunan Arab misalnya sebagai pedagang minyak wangi, makanan Arab yang sudah berbaur dengan adat-istiadat masyarakat Condet, dan menjual buku-buku agama Islam dengan sistem kepercayaan.


(2)

4. T: Menurut anda, pembauran di wilayah ini telah terjadi di bidang apa saja? Berikan contohnya!

J: menurut saya pembauran tersebut terjadi di bidang pendidikan, misalnya terdapat pemeratan pendidikan yang sama baik bagi masyarakat ketruunan Arab maupun masyarakat Condet Balekambang, di dalamnya mereka baerbaur tanpa ada perbedaan. Dan di bidang agama masyarakat keturunan Arab

membuka pengajian dan majlis taklim yang di ikuti pula oleh masyarakat Condet Balekambang serta kegiatan Idul Adha.

5. T: Apakah dalam kegiatan bermasyarakat masyarakat keturunan Arab dengan masyarakat sekitar berbaur atau ikut berpartisipasi? Jika ada dalam hal apa saja?

J: ya, mereka berbaur bersama dalam kegiatan masyarakat seperti acara selamatan atau hajatan dalam pernikahan. Pertisipasi keturunan Arab biasanya memberikan sumbangan untuk acara tersebut.

6. T: Apakah pernah terjadi konflik antara masyarakat keturunan Arab dengan masyarakat Condet Balekambang?

J: tidak ada konflik antar kedua belah pihak, keduanya saling bersikap toleransi.

7. T: adakah manfaat keberadaan masyarakat keturunan Arab terhadap kehidupan keberagamaan di wilayah Condet Balekambang?

J: ada. Secara lansung keberadaan keturunan Arab bermanfaat dengan berkembangnya yayasan pendidikan agama salah satunya adalah yayasan Global Islamic School.


(3)

8. T: Apakah menurut anda pembauran masyarakat keturunan Arab merupakan langkah yang tepat untuk terwujudnya integrasi sosial?

J: ya. Bagi saya ini adalah langkah yang sangat tepat agar tidak ada perbedaan baik ras, budaya, pendidikan maupun ekonomi.


(4)

WAWANCARA DENGAN TOKOH MASYARAKAT Nama : Pak Benar

Umur : 45 Tahun Profesi : Seketaris Lurah Tgl Wawancara: 27 Januari 2010

1. T: Bagaimanakah pendapat anda terhadap tingkah laku masyarakat keturunan Arab dengan masyarakat Condet Balekambang dalam kehidupan sehari-hari? J: perilaku keturunan Arab menurut saya bergaul dengan baik terhadap masyarakat Condet Balekambang begitu juga sebaliknya.

2. Menurut anda faktor apakah yang membuat masayrakat keturunuan Arab tinggal dan menetap di wilayah ini?

J: karena faktor ekonomi yaitu sebagian besar keturunan Arab berprofesi sebagai pedagang, ada juga yang berprofesi sebagai penghasil TKW. 3. T: Adakah hubungan kerjasama antara masyarakat keturunan Arab dengan

masyarakat Condet Balekambang?

J: ada, hubungan kerjasama masyarakat Condet Balekambang dengan

keturunan Arab dapat di lihat dalam hal pekerjaan misalnya ada yang menjadi supir pribadi, satpam dan lainnya.

4. T: Menurut anda, pembauran di wilayah ini telah terjadi di bidang apa saja? Berikan contohnya!


(5)

J: di bidang agama misalnya adanya kegiatan menyambut hari raya Idul Fitri antar kedua belah pihak saling mengunjungi satu sama lain dan Maulid Nabi SAW. Serta di bidang ekonomi misalnya banyak pedagang Arab yang bekerjasama dengan masyarakat pribumi misalnya berjualan alat-alat musik marawis, dan menjual buku-buku agama.

5. T: Apakah dalam kegiatan bermasyarakat masyarakat keturunan Arab dengan masyarakat sekitar berbaur atau ikut berpartisipasi? Jika ada dalam hal apa saja?

J: ya, mereka berbaur dan berpartisipasi misalnya kegiatan dalam hal kerja bakti dan menjaga keamanan serta kenyamanan (tugas ronda) lingkungan bersama masyarakat di wilayah ini.

6. T: Apakah pernah terjadi konflik antara masyarakat keturunan Arab dengan masyarakat Condet Balekambang?

J: selama ini baik keturunan Arab maupun masyarakat Condet balekambang selalu hidup rukun dan tidak pernah terjadi konflik antar keduanya.

7. T: adakah manfaat keberadaan masyarakat keturunan Arab terhadap kehidupan keberagamaan di wilayah Condet Balekambang?

J: ya ada. Secara langsung berbaurnya keturunan Arab maupun masyarakat di wilayah ini dalam keberagamaan menimbulkan hal positif yaitu makin

berkembangnya syiar Islam di wilayah ini yang di bawa para habaib keturunan Arab dan mereka juga memberikan bantuan untuk pembangunan masjid. 8. T: Apakah menurut anda pembauran masyarakat keturunan Arab merupakan


(6)

J: tentu, menurut saya berbaurnya keturunan Arab dengan masyarakat Conde Balekambang langkah yang tepat agar perbedaan antar keduanya tidak terlihat terlalu mencolok serta tidak ada lagi sifat ekslusivisme antar kedua belah pihak.