proses komunitas keturunan Arab yaitu daerah Batavia, di tempat tersebut di temukan orang Arab yang berasal dari segala tempat di Hadramaut dan dari
segala lapisan masyarakat, hanya golongan sayid yang merupakan minoritas. Sebagian besar orang Arab yang datang ke pulau Jawa dari Singapura,
terlebih dahulu singgah di Batavia, kemudian menyebar ke daerah- daerah lain.
Sebagai akibat perkembangan itu, Batavia di jumpai hanya sedikit keluarga yang turun-temurun sudah menghuni Nusantara, dan sebagian besar
menikah dengan wanita pribumi. unsur Arab memiliki keturunan campuran, sehingga mereka terpaksa belajar bahasa Arab untuk bisa berkomunikasi.
Cara-cara orang Arab di Nusantara mematuhi prinsip-prinsip hukum Islam dengan berzakat merupakan bukti bahwa semangat kemakmuran
memang sudah melembaga dalam diri mereka. Tidak seorang Arab Hadramaut yang ketagihan minuman keras atau candu. Menabung merupakan
budaya bagi mereka, dan fakta bahwa mereka pernah menikmati kemakmuran, sebagian dari rezki merekapun tidak lupa mereka sumbangkan
kepada masjid, sekolah, atau yayasan keagamaan lain. Orang Arab mulai menetap di Jawa setelah tahun 1820, dan kolonoi-
koloni mereka baru tiba di bagian Timur Nusantara tahun 1870. Koloni Arab di Batavia, meskipun baru setengah abad umurnya, sudah merupakan koloni
terbesar di Nusantara, jika kita masukkan pula para anggotanya yang lahir di Arab.
3. Realitas Asimilasi Masyarakat Keturunan Arab di Indonesia
Realitas Asimilasi masyarakat keturunan Arab di Indonesia dapat kita lihat dari berbagai fakta yang ada dimasyarakat, didukung pula oleh para
peneliti Sosiologi yang melakukan penelitian seperti Selo Soemardjan dalam bukunya Sterotip Etnik, Asimilasi, Interaksi Sosial. Realitas asimilasi
keturunan Arab ini terjadi di Surabaya, mereka memiliki suatu susunan atau strata sebagai keanggotaan keturunan masyarakat Arab yang di sebut “sayid”
dan bukan “sayid”. Sayid yaitu identifikasi diri kelompok orang Arab yang menyatakan
dirinya sebagai golongan ‘Alawiyyin. Golongan ini berpendapat mereka langsung keturunan dari Nabi Muhammad SAW melalui garis keturunan anak
Nabi yakni Fatimah istri Ali bin Abi Tholib. Bagi mereka yang bukan tergolong Sayid berarti tidak mempunyai garis keturunan langsung dengan
Nabi Muhammad SAW. Tentu hal ini menjadi salah satu yang mempengaruhi asimilasi mereka terutama dalam perkawinan yang merupakan penyebab
terjadinya asimilasi, bagi mereka keturunan Arab jika wanita menikah dengan orang di luar Arab maka garis keturunan mereka teputus atau tidak lagi
termasuk golongan sayid tetapi jika untuk laki-laki Arab tetap menjadi golongan sayid.
Sedangkan koloni Arab yang berada di Pekalongan, mereka sangat menjaga jarak dengan orang Arab yang datang dari Hadramaut. Orang Arab
campuran yang tinggal di daerah pinggiran seperti Ledok, Mipitan, Kauman, dan Krapyak. Mereka sama sekali tidak menggunakan bahasa Arab dalam
berkomunikasi dengan masyarakat pribumi. Mereka mencari nafkah, cara berpakaian, dan mengikuti adat-istiadat seperti masyarakat pribumi.
21
Kemudian begitu pula dalam masyarakat kota Surakarta yang menggunakan bahasa Jawa untuk komunikasi bukan hanya etnis Jawa, tetapi
juga etnis Tionghoa dan Arab. Penelitian Markhamah terhadap penggunaan bahasa Jawa oleh orang-orang Tionghoa di Surakarta menyimpulkan, bahwa
tuturan Ngoko dan Krama pada orang-orang Tionghoa dewasa 50 responden hampir tidak berbeda dengan kualitas tuturan ngoko dan krama masyarakat
Jawa.
22
Interaksi melalui perkawinan dengan wanita Jawa dan pemelukan agama Islam oleh imigran Tionghoa merupakan cara terbaik, hal ini didasari
adaya soal keuangan yakni mereka dan keturunannya dapat terbebas dari pajak yang di berlakukan VOC bila kemudian hari dapat berasimilasi dengan
baik dalam kebudayaan Jawa. Melalui perkawinan tersebut, pengetahuan kebudayaan, bahasa, adat-istiadat Jawa melekat pada keturunan-keturunan
hasil perkawinan mereka. Dapat kita pahami walaupun yang di jelaskan diatas realitas asimilasi Tionghoa dengan masyarakat Surakarta namun tidak
berbeda pula asimilasi yang dialami masyarakat keturunan Arab di Surakarta, seringnya berkomunikasi dengan masyarakat Surakarta maka penggunaan
bahasa Jawa bisa di gunakan pula oleh komunitas keturunan Arab. Begitu
21
L.W.C. van den Berg, Hadramaut dan koloni Arab di Nusantara,h. 74.
22
Rustopo, Menjadi Jawa: Orang-Orang Tionghoa dan Kebudayaan Jawa di Surakarta Yogyakarta: Penerbit Ombak, 2007, h. 51.
pula dengan melalui perkawinan merupakan strategi utama supaya dapat berasimilasi dengan masyarakat pribumi khususnya masyarakat Surakarta.
23
Kembali pada realitas asimilasi di Indonesia khususnya di daerah Condet Balekambang Jakarta Timur, dapat kita ketahui bahwa asimilasi
keturunan Arab dengan masyarakat pribumi di sekitarnya berlansung dengan baik, sikap toleransi yang mereka miliki dan juga dari ajaran agama membuat
mereka menghilangkan adanya perbedaan. Asimilasi keturunan Arab di Condet di awali dengan adanya pernikahan orang-orang keturunan Arab
dengan masyarakat setempat pribumi dari inilah yang kemudian berkembang menjadi asimilasi sosial-budaya baik dalam bahasa, keseniaan,
seta adat-istiadat yang sudah bercampur. Untuk memperkuat lagi rasa kekeluargaan mereka maka mereka juga
ikhlas memberikan bantuan pada masyarakat sekitar misalnya pada acara Maulid SAW dengan memberikan sajadah, mukenah, ataupun santunan untuk
anak-anak yatim. Inilah yang menjadi salah satu cara masyarakat keturunan Arab dapat berasimilasi dengan masyarakat pribumi khususnya masyarakat
Condet.
23
Rustopo, Menjadi Jawa: Orang-Orang Tionghoa dan Kebudayaan Jawa di Surakarta, h. 60.
BAB III GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
A. Letak dan Keadaan Geografis
Kelurahan Balekambang merupakan salah satu kelurahan yang berada di wilayah Kecamatan Kramat Jati, Kotamadya Jakarta Timur dengan batas-
batas wilayah sebagai berikut:
1
Wilayah Batas- Batas Wilayah
Batas Sebelah Utara Jalan Buluh, berbatasan dengan Kelurahan
Cililitan
Batas Sebelah Timur Jalan
Raya Condet, berbatasan dengan Kelurahan Batuampar dan Kelurahan Gedong Kecamatan
Pasar Rebo Batas Sebelah Selatan
Kelurahan Gedong Kecamatan Pasar Rebo Batas sebelah Barat
Sungai Ciliwung, Wilayah Jakarta Selatan
Sumber data Kelurahan Condet Balekambang tahun 2009
Kelurahan Condet Balekambang merupakan salah satu kelurahan yang ditetapkan sebagai cagar budaya dan buah-buahan sesuai dengan Surat
Keputusan Gubernur DKI Jakarta No. D. 1-7903A301975, tertanggal 18 Desember 1975 tentang “Penetapan Kelurahan Condet Balekambang dan
1
Laporan Tahunan Kelurahan Condet Balekambang, Tentang Gambaran Umum Wilayah, Jakarta: Oktober, 2009, h.1.
32