institusional  terhadap  praktik  intellectual  capital  disclosure  di  Indonesia, dengan  size  dan  tipe  industri  sebagai  variabel  kontrol.  Berikut  ini
merupakan pengembangan hipotesis yang dilakukan:
1. Proporsi komisaris independen dan intellectual capital disclosure
Secara  umum  dewan  komisaris  ditugaskan  dan  diberi tanggungjawab atas pengawasan kualitas informasi  yang terkandung
dalam  laporan  keuangan.  Dewan  komisaris  juga  mewakili mekanisme internal untuk mengontrol perilaku oportunis manajemen
sehingga  dapat  menyelaraskan  kepentingan  pemegang  saham  dan manajer  Kusumawati  dan  Riyanto,  2005.  Melalui  perannya  dalam
menjalankan fungsi
pengawasan, komposisi
dewan dapat
mempengaruhi pihak manajemen dalam menyusun laporan keuangan sehingga dapat diperoleh suatu laporan yang berkualitas.
Komisaris  independen  merupakan  seseorang  yang  tidak memiliki  kepentingan  terhadap  perusahaan  dan  menjadi  bagian
dalam  mencapai  tujuan  kerja  dewan  komisaris  Wardhani,  2009. Komisaris  yang  independen  diharapkan  akan  lebih  mampu
melakukan  mekanisme  pengawasan  yang  lebih  baik,  karena  tidak adanya  campur  tangan  kepentingan  manajemen  perusahaan.
Akhirnya  akan  mendorong  perusahaan  untuk  meningkatkan pengungkapan.  Dari  uraian  di  atas,  maka  hipotesis  pada  penelitian
ini adalah :
H
1
:  Proporsi  komisaris  independen  berpengaruh  positif  terhadap intellectual capital disclosure.
2. Frekuensi  rapat  dewan  komisaris  dan  intellectual  capital
disclosure
Xie,  et  al.  2003,  meneliti  peran  dewan  komisaris  dengan latar  belakang  bidang  keuangan  dalam  mencegah  manajemen  laba.
Dari penelitian  ini diketahui makin  sering dewan komisaris  bertemu maka  akrual  kelolaan  perusahaan  makin  kecil.  Dari  segi  perspektif
pasar,  besarnya  dewan  komisaris  dapat  dipandang  sebagai  sarana untuk  memberikan  masukan  dan  mengontrol  perilaku  oportunistik
direksi  dan  manajemen.  Adanya  jadwal  atau  schedule  yang  tetap mengenai rutinitas pertemuan dewan komisaris, maka akan diketahui
pula  apakah  operasi  perusahaan  telah  sesuai  dengan  kebijakan  dan strategi perusahaan.
Seringnya  frekuensi  pertemuan  atau  rapat  dewan  komisaris diharapkan  mampu  meningkatkan  peran  dewan  komisaris  sehingga
tercipta  corporate  governance di
dalam perusahaan
dan meningkatnya  intellectual  capital  disclosure.  Menurut  penelitian
yang  dilakukan  oleh  Brick  dan  Chidambaran  2007,  menunjukkan bahwa semakin banyak rapat yang diselenggarakan dewan komisaris
akan  meningkatkan  kinerjanya.  Dari  uraian  di  atas,  maka  hipotesis pada penelitian ini adalah:
H
2
:  Frekuensi  rapat  dewan  komisaris  berpengaruh  positif  terhadap intellectual capital disclosure.
3. Frekuensi rapat komite audit dan intellectual capital disclosure