Dalam membuat perjanjian kredit terdapat berbagai judul dalam prakteknya perbankan tidak sama lain, ada yang menggunakan judul perjanjian kredit, akad
kredit, persetujuan pinjam uang, persetujuan membuka kredit dan lain sebagainya dalam bentuk akta otentik menggunakan nama pengakuan hutang yang diuraikan
tersendiri.meskipun judul dari perjanjian pinjam meminjam uang itu berbeda-beda tetapi secara yuridis isi perjanjian pada hakekatnya sama yaitu memberikan
pinjaman berbentuk uang. Pengertian tentang perjanjian kredit belum dirumuskan, oleh karenanya perlu
untuk memahami pengertian perjanjian kredit yang diutarakan oleh para pakar hukum antara lain:
Demikian juga halnya yang dikemukakan pula oleh Mariam Darus Badrulzaman:
Dari rumusan yang terdapat didalam Undang-Undang Perbankan mengenai perjanjian kredit, dapat disimpulkan bahwa dasar perjanjian kredit adalah
perjanjian pinjam-meminjam di dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata Pasal 1754. Perjanjian pinjam-meminjam ini juga mengandung
makna yang luas yaitu objeknya adalah benda yang menghabis jika verbruiklening termasuk di dalamnya uang. Berdasarkan perjanjian pinjam
meminjam ini pihak penerima pinjaman menjadi pemilik yang dipinjam dan kemudian harus dikembalikan dengan jenis yang sama kepada pihak yang
meminjamkan. Karenanya perjanjian kredit ini merupakan perjanjian yang bersifat riil, yaitu bahwa terjadinya perjanjian kredit ditentukan oleh
“penyerahan” uang oleh bank kepada nasabah.
39
B. Bentuk dan Jenis-JenisKredit
1. Bentuk Perjanjian Kredit
Menurut hukum perjanjian kredit dapat dibuat secara lisan atau tertulis, yang terpenting memenuhi syarat-syarat Pasal 1320 KUHPerdata. Namun dari sudut
39
Mariam Darus Badrulzaman, aneka hukum bisnis, Alumni, Bandung, 1994, hal.110-111.
Universitas Sumatera Utara
pembuktian perjanjian secara lisan sulit untuk dijadikan sebagai alat bukti bagi para pihak yang membuatnya. Dalam dunia modern perjanjian secara lisan tentu
sudah tidak dapat disarankan lagi untuk dipergunakan meskipun secara teori diperbolehkan, karena perjanjian secara lisan sulit untuk dijadikan sebagai alat
pembuktian bila terjadi masalah dikemudian hari.Untuk itu setiap perjanjian apapun harus dibuat akta dengan bentuk tertulis yang digunakan sebagai alat bukti.
Pasal 1 angka 11 UU No. 10 tahun 1998 tentang perbankan menyebutkan “penyediaan uang atau tagihan berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam
meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga”. Maka
dari kalimat tersebut menunjukkan bahwa pemberian kredit harus dibuat dengan bentuk tertulis berupa surat akta perjanjian, agar seluruh perjanjian jelas dan jika
perjanjian tidak ditepati oleh salah satu pihak akan di dilakukan upaya hukum yang telah disepakati oleh kedua belah pihak.
Bentuk perjanjian kredit didalam praktek perbankan dapat dibagi menjadi dua:
a. Perjanjian kredit yang dibuat di bawah tangan
Maksud dari perjanjian kredit yang dibuat dibawah tangan adalah perjanjian yang disiapkan dan dibuat sendiri oleh bank kemudian ditawarkan kepada debitur
untuk disepakati. Untuk mempermudah dan mempercepat kerja bank, biasanya bank sudah menyiapkan formulir perjanjian dalam bentuk standart standard
form
40
Kalau perjanjian standart kredit itu kita pelajari lebih mendalam lagi,
40
Sutarno, aspek-aspek hukum perkreditan pada bank,cet .3, Alfabeta, Bandung, 2005, hal.100.
Universitas Sumatera Utara
maka perjanjian kredit dibedakan menjadi dua bagian, yaitu “perjanjian induk” hoofdcontract dan “perjanjian tambahan” hulp contract. Perjanjian induk
mengatur tentang hal–hal pokok dari perjanjian tambahan, perjanjian tambahan menguraikan apa yang terdapat dalam perjanjian induk.
41
b. Perjanjian kredit yang dibuat oleh dan dihadapan notaris dinamakan akta
otentik atau akta notariil
Yang membuat perjanjian ini bisa seorang notaris, bisa dibuat dihadapan notaris, dan bisa dibuat oleh para pihak dan didaftarkan kepada notaris. Namun
pada prakteknya semua syarat dan ketentuan perjanjian kredit disiapkan oleh bank kemudian diberikan kepada notaris untuk dirumuskan dalam akta notariil. Akta ini
biasanya dibuat untuk pemberian kredit dalam jumlah yang besar dengan jangka waktu menengah atau panjang, seperti kredit investasi, kredit modal kerja, dan
kredit sindikasi.
2. Jenis-Jenis Kredit
Dalam praktek perbankan, kredit dapat dibedakan berdasarkan faktor-faktor yang terdapat dalam pemberian kredit tersebut sehingga dapat ditemukan jenis-
jenis kredit berdasarkan jangka waktunya, sifat penggunaannya, dan juga berdasarkan cara pemakaiannya.
Berdasarkan jangka waktunya, kredit terbagi menjadi
42
: 1
Kredit jangka pendek yaitu kredit yang mempunyai jangka waktu sampai satu tahun. Kredit ini diberikan untuk jangka waktu tiga bulan, enam bulan,
dan selama-lamanya satu tahun. Setelah berakhir jangka waktunya maka
41
Mariam Darus Badrulzaman, op. cit, hal.36.
42
Munir Fuadi, Hukum Perkreditan Kontemporer, Citra Aditya Bhakti, Bandung, 2002, hal.13.
Universitas Sumatera Utara
bank dapat memberikan perpanjangan waktu lagi atas permohonan debitur. Jenis kredit jangka pendek ini sering diberikan untuk Kredit Modal Kerja,
kredit dalam perdagangan ekspor dan impor. 2
Kredit jangka menengah yaitu kredit yang jangka waktunya antara satu tahun hingga tiga tahun. Biasanya kredit ini diberikan untuk investasi yang tidak
lebih dari tiga tahun, misalnya untuk membeli kendaraan bermotor, kredit untuk keperluan produksi, atau untuk Kredit Modal Kerja.
3 Kredit jangka panjang yaitu kredit yang jangka waktunya lebih dari tiga
tahun. Kredit ini biasanya diberikan untuk investasi dalam rangka rehabilitasi, ekspansi atau pendirian suatu proyek.
a. Kredit menurut sifat penggunaannya terbagi menjadi dua yaitu:
1 Kredit konsumtif, yaitu kredit yang digunakan untuk keperluan yang
bersifat konsumsi. Kebutuhan ini berupa kebutuhan primer seperti kebutuhan akan tempat tinggal, dan kebutuhan sekunder.
2 Kredit produktif, yaitu kredit yang digunakan untuk tujuan roduksi
baik untuk meningkatkan usaha debitur dalam berproduksi, investasi, maupun untuk perdagangan.
b. Kredit ditinjau dari segi cara pemakaiannya terbagi menjadi :
1 Kredit rekening Koran bebas, yaitu kredit dalam bentuk rekening
Koran kredit berdasarkan perhitungan debet dan kredit, dimana bank selalu membukukan pengambilan dan setoran oleh debitur
yang diberikan secara berangsur-angsur dimana rekening korannya telah diisi menurut besarnya kredit maksimum jumlah kredit dan
Universitas Sumatera Utara
debitur bebas melakukan penarikan rekening Koran selama kredit berjalan.
2 Kredit rekening Koran terbatas, yaitu kredit rekening Koran dengan
pembatasan tertentu dalam penarikan uang dari rekening korannya secara berangsur-angsur. Disini debitur dilarang menarik uang
sekaligus, tetapi secara teratur dan sesuai dengan kebutuhannya berdasarkan laporan perkembangan usaha debitur.
3 Kredit rekening Koran aflopend, disini debitur dapat menarik
seluruh maksimum jumlah kredit. Dalam kredit ini yang diatur adalah saldo debet pada waktu-waktu tertentu yang harus ditaati
debitur. Kredit ini biasanya digunakan pada kredit investasi. 4
Revolving credit, disini penarikan kredit sama dengan pada jenis kredit rekening Koran bebas dan masa penggunaannya satu tahun
tetapi dengan syarat penarikannya yaitu pada akhir triwulan kesatu saldo peminjam harus tersisa nol, dan pada triwulan kedua debitur
dapat menarik lagi secara bebas dan seterusnya sampai akhir satu tahun. Bila bank beranggapan bahwa kredit masih dapat dilanjutkan
maka dapat diadakan pembaharuan kredit. 5
Term loan, jenis kredit ini mirip dengan kredit rekening Koran bebas tetapi penggunannya sangat fleksibel, artinya debitur dapat
menggunakan kreditnya untuk keperluan apa saja dan bank tidak tahu tentang penggunaannya. Jenis kredit ini dapat digunakan untuk
kredit perdagangan dan investasi.
Universitas Sumatera Utara
Ada juga penamaan jenis kredit didasarkan pada penggunannya, yaitu Kredit Usaha Tani, Kredit Konsumtif dan Kredit Profesi, Kredit Investasi Kecil KIK dan
Kredit Modal Kerja, Kredit Usaha Kecil KUK dan lain-lain.
43
C. Perjanjian Kredit Bank