Konsepsi Tanggung Jawab Notaris Dalam Pembuatan Akta Keputusan Rapat Umumpemegang Saham (Studi Pada PT. Multi Megah Mandiri Di Jakarta Utara)

27 Untuk penandatanganan dalam Berita Acara Rapat ini, harus memenuhi ketentuan Pasal 90 ayat 2 UUPT Nomor 40 Tahun 2007, yang mensyaratkan agar hasil RUPS itu ditandatanagani oleh minimal ketua RUPS dan paling sedikit 1 satu orang pemegang saham. Akan tetapi, Berita Acara Rapat ini cukup ditandatangani oleh Notaris yang bersangkutan. Namun bisa saja penandatanganan berita acara ini melaksanakan Pasal 90 UUPT Nomor 40 Tahun 2007, tetapi dalam Pasal 44 UUJN Nomor 30 Tahun 2004 mengharuskan disebutkan alasan apabila akta tidak ditandatangani, misalnya : jika peserta rapat terlebih dahulu meninggalkan ruang rapat.

2. Konsepsi

Konsep diartikan sebagai kata yang menyatukan aksi-aksi yang digeneralisasikan dari hal-hal yang khusus yang disebut dengan definisi operasional. Menurut pendapat Soerjono Soekanto, bahwa kerangka konsep pada hakekatnya merupakan suatu pengarah, atau pedoman yang lebih konkrit dan kerangka teoritis yang seringkali bersifat abstrak, sehingga diperlukan definisi-definisi operasional yang menjadi pegangan konkrit dalam proses penelitian. Oleh karena itu, untuk menjawab permasalahan dalam penelitian ini dan menghindarkan terjadinya perbedaan penafsiran terhadap istilah-istilah yang digunakan dalam penelitian ini, maka dipandang perlu untuk mendefinisikan beberapa konsep penelitian agar secara operasional diperoleh hasil penelitian yang sesuai dengan makna variabel yang ditentukan dalam topik penelitian, yaitu : Universitas Sumatera Utara 28

a. Tanggung Jawab

Tanggung Jawab adalah keadaan wajib menanggung segala sesuatunya kalau ada sesuatu hal, boleh dituntut, diperkarakan, dan sebagainya. 36 Notaris sebagai pejabat umum yang berwenang untuk membuat akta otentik yang dapat dibebani tanggung jawab atas perbuatannya sehubungan dengan profesinya dalam membuat akta. Tanggung jawab notaris dapat dibedakan dalam 4 empat jenis, yaitu : 1. Tanggung jawab notaris secara perdata terhadap kebenaran materiil dalam akta yang dibuatnya; 2. Tanggung jawab notaris secara pidana terhadap kebenaran materiil dalam akta yang dibuatnya; 3. Tanggung jawab notaris berdasarkan Peraturan Jabatan Notaris terhadap kebenaran materiil dalam akta yang dibuatnya; 4. Tanggung jawab notaris dalam menjalankan tugas jabatannya berdasarkan kode etik notaris.

b. Notaris

Menurut Pasal 1 butir ke-1, Undang-undang Nomor 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris, dikatakan bahwa notaris adalah pejabat umum yang berwenang untuk membuat akta otentik dan kewenangan lainnya sebagaimana dimaksud dalam undang-undang ini. 36 Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Balai Pustaka, Jakarta, 2002, hal. 1139. Universitas Sumatera Utara 29 Adapun juga terdapat pengertian lain tentang notaris, yang dikatakan bahwa notaris adalah pejabat umum, yang berwenang untuk membuat akta otentik mengenai semua perbuatan, perjanjian, dan ketetapan yang diharuskan oleh peraturan perundang-undangan atau dikehendaki yang berkepentingan untuk dinyatakan dalam akta otentik, menjamin kepastian tanggal pembuatan akta, menyimpan akta, memberikan grosse, salinan dan kutipan akta. 37

c. Pembuatan

Pembuatan adalah proses, cara, perbuatan membuat. 38

d. Akta

Menurut kamus besar Bahasa Indonesia penerbit Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, menyebutkan bahwa yang dimaksud dengan akta adalah surat tanda bukti berisi pernyataan keterangan, pengakuan, keputusan, dan sebagainya tentang peristiwa hukum yang dibuat menurut peraturan yang berlaku, yang disaksikan dan disahkan oleh pejabat resmi. 39

e. Akta Notaris

Di dalam Pasal 1 butir ke-7, Undang-undang Nomor 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris, menyebutkan bahwa yang dimaksud dengan akta notaris adalah akta otentik yang dibuat oleh atau di hadapan Notaris menurut bentuk dan tata cara yang ditetapkan dalam undang-undang ini. 37 Pasal 1 huruf I juncto Pasal 15 1 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris. 38 Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, Op.Cit, hal. 168. 39 Ibid, hal. 22. Universitas Sumatera Utara 30

f. Keputusan

Keputusan adalah perihal yang berkaitan dengan putusan, atau segala putusan yang telah ditetapkan sesudah dipertimbangkan, dipikirkan, dan sebagainya. 40

g. Rapat Umum Pemegang Saham

Menurut Pasal 1 angka ke-4, Undang-undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas, dikatakan bahwa Rapat Umum Pemegang Saham, yang selanjutnya disebut RUPS, adalah Organ Perseroan yang mempunyai wewenang yang tidak diberikan kepada Direksi atau Dewan Komisaris dalam batas yang ditentukan dalam Undang-Undang ini danatau anggaran dasar. 41

G. Metode Penelitian 1. Spesifikasi Penelitian

Penelitian hukum merupakan suatu kegiatan ilmiah yang didasarkan pada metode, sistematika, dan pemikiran tertentu yang bertujuan untuk mempelajari satu atau beberapa atau beberapa gejala hukum tertentu, dengan jalan menganalisanya. 42 Untuk tercapainya penelitian ini, sangat ditentukan dengan metode yang digunakan dalam memberikan gambaran dan jawaban terhadap permasalahan yang dibahas. 40 Ibid, hal. 914. 41 Cornelius Simanjuntak dan Natalie Mulia,Organ Perseroan Terbatas, Sinar Grafika, Jakarta, 2009, hal. 2. 42 Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, UI-Press, Jakarta, 1986, hal. 43. Universitas Sumatera Utara 31 Ditinjau dari segi sifatnya, penelitian ini bersifat preskriptif analitis, yaitu suatu ilmu hukum yang mempelajari tujuan hukum, nilai-nilai keadilan, validitas aturan hukum, konsep-konsep hukum, dan norma-norma hukum 43 , dalam hal ini terhadap tanggungjawab notaris dalam pembuatan akta pernyataan keputusan rapat studi pada PT. Multi Megah Mandiri di Jakarta Utara.

2. Metode Pendekatan