83
BAB III KEKUATAN PEMBUKTIAN DALAM BENTUK-BENTUK
PEMBUATAN RAPAT UMUM PEMEGANG SAHAM PERSEROAN TERBATAS YANG DITUANGKAN
KE DALAM BENTUK AKTA
A. Kekuatan Pembuktian Dalam Bentuk-bentuk Rapat Umum Pemegang Saham
1. Akta Berita Acara Rapat Umum Pemegang Saham
Setiap pelaksanaan Rapat Umum Pemegang Saham, Notaris wajib dibuat Akta Berita Acara Rapat Umum Pemegang Saham, beserta hal-hal yang diputuskan
oleh Rapat Umum Pemegang Saham. Isi dan bentuk dalam Akta Berita Acara Rapat Umum Pemegang Saham itu harus bisa menggambarkan jalannya acara pelaksanaan
Rapat Umum Pemegang Saham. Hal ini dikarenakan akta tersebut bersifat verbal akta atau yang dinamakan Akta Berita Acara Rapat Umum Pemegang Saham, yang
merupakan jenis akta yang dibuat oleh Notaris, yang berisi gambaran mengenai kejadian yang disaksikan oleh Notaris.
Notaris yang dihadirkan di dalam forum Rapat Umum Pemegang Saham ini dilakukan oleh pemegang saham, yang mempunyai tugas untuk membuat Berita
Acara Rapat Umum Pemegang Saham dalam kedudukannya sebagai pejabat umum, sebagaimana yang dinyatakan dalam Pasal 1 angka 1 Undang-Undang Nomor 30
Tahun 2004 Tentang Jabatan Notaris, yang disebutkan bahwa Notaris adalah pejabat umum yang berwenang untuk membuat akta otentik dan kewenangan lainnya
sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang ini.
Universitas Sumatera Utara
84
Sebagai pejabat umum, maka dalam Berita Acara Rapat Umum Pemegang Saham itu harus mempunyai kekuatan pembuatan yang otentik. Akta otentik pada
hakikatnya memuat kebenaran formal sesuai dengan apa yang diberitahukan oleh para
pihak kepada
Notaris. Namun,
Notaris mempunyai kewajiban untuk
memasukkan bahwa apa yang termuat dalam akta notaris sungguh-sungguh telah dimengerti
dan sesuai
dengan kehendak
para pihak,
yaitu dengan
cara membacakannya, sehinggan menjadi jelas isi akta notaris itu, serta memberikan akses
terhadap informasi, termasuk akses terhadap peraturan perundang-undangan yang terkait bagi para pihak dalam penandatanganan akta.
Akta Berita Acara Rapat Umum Pemegang Saham yang dibuat Notaris itu mempunyai kekuatan pembuktian otentik dengan sendirinya, meski para pemegang
saham yang hadir dalam rapat tidak menandatanganinya. Namun, hal itu tidak berarti bahwa para pemegang saham yang telah hadir dalam rapat itu, mutlak tidak perlu
menandatangani Akta Pernyataan Keputusan Rapat Umum Pemegang Saham yang dibuat oleh Notaris, tetapi dalam penandatanganan untuk dalam Berita Acara Rapat
Umum Pemegang Saham tetap diperlukan, kecuali kalau ada alasan-alasan tertentu yang menyebabkan para pemegang saham tidak dapat menandatangani Berita Acara
Rapat Umum Pemegang Saham tersebut. Akan tetapi, alasan-alasan tersebut itu tetap harus dijelaskan oleh Notaris di dalam Berita Acara Rapat Umum Pemegang Saham,
dan hal itu tidak berarti mengurangi otentisitas Akta Berita Acara Rapat Umum Pemegang Saham.
Universitas Sumatera Utara
85
Arti akta otentik mempunyai kekuatan pembuktian yang sempurna, yang dapat pula ditentukan bahwa siapa pun terikat dengan akta tersebut, sepanjang tidak
bisa dibuktikan dengan bukti, maka sebaliknya dapat dilakukan dengan putusan pengadilan yang mempunyai kekuatan hukum tetap. Kesempurnaan akta Notaris
sebagai alat bukti, maka akta tersebut harus dilihat apa adanya, tidak perlu dinilai atau ditafsirkan lain, selain yang tertulis dalam akta tersebut. Baik alat bukti akta di bawah
tangan maupun akta otentik, keduanya harus memenuhi rumusan mengenai sahnya suatu perjanjian berdasarkan Pasal 1320 KUHPerdata, sebagai suatu perjanjian yang
harus ditepati oleh para pihak pacta sunt servanda. Akta-akta yang dibuat oleh Notaris merupakan akta otentik yang dapat
digunakan sebagai alat bukti yang mempunyai kekuatan pembuktian yang sempurna. Sebagai akta otentik, apabila akta itu sah secara formalitas pada saat pembuatannya,
maka juga sah bentuknya sesuai dengan yang ditetapkan oleh Undang-Undang, serta sah secara materiil isi dari akta tersebut. Jika tidak dipenuhinya, hal-hal tersebut,
maka dapat menyebabkan suatu akta menjadi kehilangan otentisitasnya. Pembuatan Akta Relaas ini tidak menjadi soal, apakah
orang-orang yang hadir dalam rapat tersebut, menolak untuk menandatangai akta itu. Apabila misalnya
pada pembuatan Akta Berita Acara Rapat Umum Pemegang Saham, yang dalam perseroan terbatas itu, orang-orang yang hadir itu telah meninggalkan rapat sebelum
akta itu ditandatangani, maka Notaris cukup menerangkan di dalam akta yang dituangkannya, bahwa para pihak yang hadir itu telah meninggalkan rapat sebelum
menandatangani akta itu dan dalam hal ini, akta itu tetap merupakan akta otentik.
Universitas Sumatera Utara
86
Pada akta relaas, tidak selalu terdapat kekuatan bukti materiil, yang artinya setiap orang dapat menyangkal kebenaran isi akta otentik itu asal dapat
membuktikannya, sebab apa yang dilihat dan dilakukan oleh pejabat itu hanya berdasarkan pada apa yang dikehendaki oleh yang berkepentingan.
Kekuatan pembuktian akta otentik, yang demikian halnya merupakan akta notaris, adalah akibat langsung yang merupakan keharusan dari ketentuan
perundang-undangan, yang berarti bahwa harus ada akta-akta otentik sebagai alat pembuktian dan dari tugas yang dibebankan oleh Undang-Undang kepada Notaris.
Dalam pemberian tugas inilah, terletak pemberian kepercayaan kepada Notaris itu, dan pemberian kekuatan pembuktian pada akta-akta yang mereka buat. Sebab jika
tidak demikian, untuk apa menegaskan kepada mereka untuk “memberi keterangan dari semua apa yang mereka saksikan di dalam menjalankan jabatan mereka”
atau untuk “merelatir secara otentik semua apa yang diterangkan oleh para penghadap kepada notaris, dengan permintaan agar keterangan-keterangan mereka
itu dicantumkan dalam suatu akta” dan menugaskan para Notaris untuk membuat akta mengenai itu. Demikian halnya dalam Akta Berita Acara Rapat Umum
Pemegang Saham. Berdasarkan hasil wawancara dengan responden, yang menyatakan bahwa
notaris berwenang dan wajib memeriksa notulen rapat umum pemegang saham, tentang kesesuaian tata cara dalam mengadakan rapat tersebut sesuai dengan
Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas, apabila notulen rapat tersebut ternyata tidak memenuhi ketentuan dalam anggaran dasar perseroan
Universitas Sumatera Utara
87
dan undang-undang, maka notaris berhak untuk menolak pembuatan berita acara rapat. Notaris bertanggung jawab sebatas tentang adanya notulen rapat dan penghadap
yang memohon dibuat Akta Berita Acara Rapat Umum Pemegang Saham tersebut. Sedangkan, hasil keputusan rapat tersebut adalah tanggung jawab si penghadap
sendiri. Kekuatan pembuktian formal ini oleh akta otentik tersebut, dibuktikan bahwa
Notaris yang bersangkutan telah menyatakan dalam tulisan ini, sebagaimana yang tercantum dalam akta itu dan selain dari itu, kebenaran dari apa yang diuraikan oleh
Notaris dalam akta itu sebagai yang dilakukan dan disaksikannya di dalam menjalankan jabatannya. Dalam arti formal, sepanjang mengenai akta relaas,
contohnya : pada Akta Berita Acara Rapat Umum Pemegang Saham, dikatakan bahwa akta itu membuktikan kebenaran dari apa yang disaksikan, yaitu : yang dilihat,
didengar, dan juga dilakukan sendiri oleh Notaris sebagai pejabat umum dalam menjalankan jabatannya pada pembuatan Akta Berita Acara Rapat Umum
Pemegang Saham, serta juga, dalam arti formal lainnya, dikatakan bahwa akta otentik perlu menjamin kebenaran : a. Tanggal, b. Tanda Tangan, c. Komparan,
dan d. Tempat akta itu dibuat. Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 Tentang Jabatan Notaris, mengatur
secara rinci tentang jabatan umum, yang dijabat oleh Notaris, sehingga Akta Berita Acara Rapat Umum Pemegang Saham sebagai akta otentik yang dibuat oleh atau di
hadapan Notaris harus mampu menjamin kepastian, ketertiban, dan perlindungan hukum bagi para pemegang saham ataupun kepada pihak ketiga dari perseroan
Universitas Sumatera Utara
88
terbatas tersebut. Karena kedudukan Akta Berita Acara Rapat Umum Pemegang Saham sebagai alat bukti tertulis yang terkuat dan terpenuh, sehingga apa yang
dinyatakan dalam Akta Berita Acara Rapat Umum Pemegang Saham yang dibuat di hadapan Notaris tersebut harus diterima. Namun, Notaris harus bertanggung jawab
dalam hal adanya pihak yang berkepentingan dapat membuktikan hal yang sebaliknya,
yang secara
memuaskan di
hadapan persidangan
pengadilan. Sebagaimana yang diatur dalam Pasal 16 ayat 1 Undang-Undang Nomor 30 Tahun
2004 Tentang Jabatan Notaris, yang menyatakan dalam jabatannya, bahwa Notaris berkewajiban: bertindak jujur, saksama, mandiri, tidak berpihak, dan menjaga
kepentingan pihak yang terkait dalam perbuatan hukum. Dari
pembahasan di
atas, dapat
dipahami bahwa
dalam setiap
penyelenggaraan Rapat Umum Pemegang Saham harus dibuatkan berita acara rapat yang disetujui dan ditandatangani oleh semua peserta Rapat Umum Pemegang Saham,
yang sebagaimana hal tersebut itu diatur dalam Pasal 77 ayat 4 Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas. Dalam prakteknya, Berita Acara Rapat
Umum Pemegang Saham yang dibuat di hadapan Notaris, dimana penandatanganan oleh semua peserta Rapat Umum Pemegang Saham tidak menjadi mutlak, tetapi
cukup ditandatangani oleh ketua atau salah seorang peserta rapat dan Notaris yang bersangkutan. Namun demikian, Notaris yang bersangkutan harus menerangkan
bahwa para yang hadir telah meninggalkan rapat sebelum menandatangani akta itu.
Universitas Sumatera Utara
89
Notaris dalam pembuatan Akta Berita Acara Rapat Umum Pemegang Saham ini sesuai dengan pernyataan yang terdapat pada Pasal 1 ayat 1 Undang-Undang
Nomor 30 Tahun 2004 Tentang Jabatan Notaris, yang disebutkan bahwa Notaris adalah pejabat umum yang berwenang untuk membuat akta otentik dan kewenangan
lainnya sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang ini. Sedangkan, kalau dilihat dari cara pembuatannya, maka akta otentik merupakan akta yang dibuat dalam bentuk
yang diisyaratkan dan dibuat oleh pejabat-pejabat yang berwenang yang menurut atau berdasarkan pada Undang-Undang yang dibebani untuk menyatakan apa yang
telah disaksikan atau dilakukannya. Akta yang dibuat notaris harus mengandung syarat-syarat yang diperlukan
agar tercapai sifat otentik dari akta itu sebagaimana yang tercantum dalam Pasal 1868 KUHPerdata, yang berbunyi sebagai berikut :
“Suatu akta otentik ialah suatu akta yang di dalam bentuk yang ditentukan oleh undang-undang, dibuat oleh atau di hadapan pegawai-pegawai umum
yang berkuasa untuk itu di tempat di mana akta dibuatnya.”
59
Akta notaris selain sebagai undang-undang bagi mereka yang membuat akta-akta, yang sesuai dengan bunyi dari Pasal 1337 KUHPerdata jo Pasal 1338
KUHPerdata, juga merupakan salah satu alat bukti tertulis, sebagaimana yang tercantum dalam Pasal 1866 KUHPerdata yang tertulis sebagai berikut :
“Alat-alat bukti terdiri atas: Bukti tulisan, bukti dengan saksi-saksi, persangkaan-persangkaan, pengakuan, sumpah. Segala sesuatunya dengan
mengindahkan aturan-aturan yang ditetapkan dalam bab-bab yang berikut.”
59
Kitab Undang-undang Hukum Perdata, diterjemahkan oleh R. Soebekti dan R. Tjitrosudibio, Cetakan ke-40, Jakarta : Pradnya Paramita, 2009, pasal 1868.
Universitas Sumatera Utara
90
Akta notaris adalah akta otentik yang memiliki kekuatan hukum dengan jaminan kepastian hukum sebagai alat bukti tulisan yang sempurna, sebab tidak
memerlukan tambahan alat pembuktian lain, dan hakim terikat karenanya, serta dalam kekuatan pembuktiannya itu dikatakan bahwa kekuatan pembuktian pada Akta
Otentik lebih kuat dibandingkan dengan Akta di bawah tangan karena mempunyai pembuktian formil, pembuktian mengikat dan pembuktian keluar. Namun, dalam
grosse akta notaris itu, mempunyai kedudukan yang sama dengan vonis keputusan hakim yang tetap dan pasti, dan mempunyai kekuatan Eksekutorial. Kemudian,
akta yang dibuat secara notariel itu menurut Undang-Undang yang mempunyai sifat, bahasa, bentuk, bagian, dan teknik pembuatan yang spesifik atau khusus.
Akta otentik merupakan alat bukti yang sempurna sebagaimana yang diatur pada Pasal 1870 KUHPerdata, ia memberikan diantara para pihak, termasuk para ahli
warisnya atau orang yang mendapat hak dari para pihak itu suatu bukti yang sempurna tentang apa yang diperbuat atau dinyatakan dalam akta ini, hal ini berarti
mempunyai kekuatan bukti yang sedemikian rupa, karena dianggap melekatnya pada akta itu sendiri, sehingga tidak perlu dibuktikan lagi dan bagi hakim itu merupakan
“Bukti wajib atau Keharusan”. Dengan demikian, barang siapa yang menyatakan bahwa akta otentik itu palsu, maka ia harus membuktikan tentang kepalsuan akta itu,
oleh karena itulah, dikatakan bahwa akta otentik mempunyai kekuatan pembuktian, baik lahiriah, formil, maupun materiil.
Universitas Sumatera Utara
91
Akta notaris Notariel Acta sebagaimana diuraikan dalam Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 Tentang Jabatan Notaris itu, mempunyai sifat otentik,
sehingga tidak perlu diragukan lagi kesempurnaan keabsahannya, karena proses pembuatan maupun dalam kewenangan Notaris sebagai pejabat umum dalam
menjalankan profesinya itu telah sesuai dengan yang diatur pada Pasal 1870 KUHPerdata, yang berkaitan erat dengan Pasal 1868 KUHPerdata. Bahwa disebut
sebagai akta Notaris, karena akta tersebut sebagai akta otentik yang dibuat oleh Notaris yang memenuhi syarat yang telah ditentukan dalam Undang-Undang Nomor
30 Tahun 2004 Tentang Jabatan Notaris. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa Akta Notaris sudah pasti akta otentik.
Dalam menjalankan profesinya dalam jabatannya sebagai pejabat umum, Notaris mempunyai tanggung jawab atas kebenaran isi dari berita acara rapat yang
dibuatnya dan menjamin kepastian hukum, ketertiban, dan perlindungan hukum bagi para pemegang saham sendiri ataupun kepada pihak ketiga, demi kelanjutan dalam
perseroan terbatas tersebut tanpa berpihak kepada siapapun.
2. Akta Pernyataan Keputusan Rapat