Latar Belakang RIWAYAT PENDIDIKAN

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pesatnya perkembangan teknologi dan informasi sekarang ini, telah membuat perubahan dalam berbagai segala aspek perilaku bisnis dan perekonomian dunia. Dengan perkembangan tersebut, terutama dalam hukum Indonesia, misalnya : dituntut untuk bisa menyelaraskan diri terhadap fenomena dalam kerjasama internasional, yang tujuannya adalah untuk menciptakan kemakmuran bersama. Hukum Ekonomi Indonesia juga harus mampu mengantisipasi pengaruh perkembangan-perkembangan baru, seperti unifikasi global, karena semakin menipisnya batas-batas antar negara akibat berkembangnya liberalisasi informasi, dan berbagai tatanan baru lainnya yang kini sedang terus bergerak dalam perubahan-perubahan, sehingga dibutuhkan tanggung jawab secara professional dalam pekerjaan. Akta otentik sebagai alat bukti terkuat dan terpenuh mempunyai peranan penting dalam setiap hubungan hukum dalam kehidupan masyarakat. Dalam berbagai hubungan bisnis, kegiatan di bidang perbankan, pertanahan, kegiatan sosial, dan lain-lain, kebutuhan akan pembuktian tertulis berupa akta otentik makin meningkat sejalan dengan berkembangnya tuntutan akan kepastian hukum dalam berbagai hubungan ekonomi dan sosial, baik pada tingkat nasional, regional, maupun Universitas Sumatera Utara 2 global. Melalui akta otentik yang menentukan secara jelas hak dan kewajiban, menjamin kepastian hukum, dan sekaligus diharapkan pula dapat dihindari terjadinya sengketa. Walaupun sengketa tersebut tidak dapat dihindari, dalam proses penyelesaian sengketa tersebut, akta otentik yang merupakan alat bukti tertulis terkuat dan terpenuh memberi sumbangan nyata bagi penyelesaian perkara secara murah dan cepat. Lembaga notaris timbul dari kebutuhan dalam pergaulan sesama manusia yang menghendaki adanya alat bukti tertulis baginya. Notaris adalah pejabat umum yang satu-satunya berwenang untuk membuat akta otentik mengenai semua perbuatan, perjanjian dan penetapan yang diharuskan oleh suatu peraturan umum atau oleh yang berkepentingan dikehendaki untuk dinyatakan dalam suatu akta otentik, menjamin kepastian tanggalnya, menyimpan akta dan memberikan grosse, salinan dan kutipannya, semua sepanjang pembuatan akta itu oleh suatu peraturan umum tidak juga ditugaskan atau dikecualikan kepada pejabat atau orang lain. Notaris adalah pejabat umum yang diangkat oleh pemerintah dalam rangka memberikan pelayanan umum kepada pihak yang membutuhkan akta jual beli, sewa menyewa, dan lain-lain. 1 Notaris adalah pejabat umum yang berwenang untuk membuat akta otentik sejauh pembuatan akta otentik tertentu tidak dikhususkan bagi pejabat umum lainnya. Pembuatan akta otentik ada yang diharuskan oleh peraturan perundang-undangan dalam rangka menciptakan kepastian, ketertiban, dan perlindungan hukum. Selain akta 1 Tuti Irawati, Analisa Tanggung Jawab Notaris Sebagai Pejabat Umum Terhadap Akta Yang Dibuat dan Berindikasi Perbuatan Pidana, Tesis S2 Universitas Indonesia, http : lontar.cs.ui.ac.idgatewayfile?file = digital85658-T 16344a.pdf, tanggal 24 Maret 2010. Universitas Sumatera Utara 3 otentik yang dibuat oleh atau di hadapan Notaris, bukan saja karena diharuskan oleh peraturan perundang-undangan, tetapi juga karena dikehendaki oleh pihak yang berkepentingan untuk memastikan hak dan kewajiban para pihak demi kepastian, ketertiban, dan perlindungan hukum bagi pihak yang berkepentingan sekaligus, bagi masyarakat secara keseluruhan. Notaris selain merupakan pejabat umum yang ditunjuk oleh undang-undang dalam membuat akta otentik sekaligus juga merupakan perpanjangan tangan Pernerintah. Dalam menjalankan jabatannya notaris harus dapat bersikap profesional. dan mematuhi peraturan perundang-perundangan serta menjunjung tinggi Kode Etik Notaris. Notaris sebagai pejabat umum kepadanya dituntut tanggung jawab terhadap akta yang di buatnya, yakni tanggung jawab hukum dan tanggung jawab moral. Jabatan notaris merupakan jabatan terhormat, yaitu suatu jabatan yang dalam pelaksanaannya mempertaruhkan martabat jabatannya. Dalam menjalankan jabatannya, notaris harus dapat bersikap profesional 2 dengan dilandasi kepribadian yang luhur dengan senantiasa melaksanakan undang-undang sekaligus menjunjung tinggi kode etik profesinya yaitu Kode Etik Notaris. Jika notaris tidak mempunyai keterampilan profesional dan kepribadian yang luhur, maka dapat menimbulkan dampak yang tidak baik di mata masyarakat. Hal ini akan berakibat rasa kepercayaan 2 Menurut Lili Rasjidi dan Ira Rasjidi, Dasar-dasar Filsafat dan Teori Hukum, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, 2001, hal.88, Profesi diartikan setiap pekerjaan untuk memperoleh uang. Dalam arti lebih teknis, profesi diartikan sebagai setiap kegiatan tertentu untuk memperoleh nafkah yang dilaksanakan secara berkeahlian yang berkaitan dengan cara berkarya dan hasil karya yang bermutu tinggi, dengan imbalan bayaran yang tinggi. Keahlian diperoleh lewat proses pengalaman, dengan belajar di lembaga pendidikan tertentu, latihan intensif, atau paduan dari ketiganya. Universitas Sumatera Utara 4 masyarakat hilang terhadap notaris dalam hal memberikan jasanya dan dalam hal membuat akta yang sesuai dengan keinginan para pihak atau bahkan notaris dinilai sebagai pejabat yang tidak profesional. Notaris merupakan salah satu profesi yang kepadanya dituntut suatu tanggung jawab untuk membuat akta otentik sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal 1868 KUHPerdata. Tanggung jawab melekat pada diri notaris mulai dari notaris diambil sumpahnya atau janjinya sampai dengan notaris pensiun pada usia yang telah ditentukan dalam Staatsblad Tahun 1860 Nomor 3 tentang Peraturan Jabatan Notaris, sebagaimana yang telah diubah menjadi Undang-Undang Jabatan Notaris No. 30 Tahun 2004 Tentang Jabatan Notaris. Dalam pelaksanaan tugas, notaris tunduk serta terikat dengan aturan-aturan yang ada yakni Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris, Kode Etik Notaris, Kitab Undang-Undang Hukum Perdata KUHPerdata, dan peraturan hukum lainnya yang berlaku umum. Keberadaan notaris sebagai pejabat umum yang bertugas untuk membuat akta-akta dalam setiap hubungan hukum perdata dibutuhkan masyarakat. Kepercayaan masyarakat terhadap notaris adalah salah satu bentuk wujud nyata kepercayaan masyarakat terhadap hukum. Hal ini dapat terus berlangsung apabila notaris dapat menanamkan kepada masyarakat bahwa perbuatan atau perjanjian yang akan dilakukan sesuai dengan hukum dan peraturan perundang- undangan akan membawa konsekwensi bahwa perbuatan atau perjanjian yang dilakukan dengan tidak melanggar peraturan perundang-undangan pasti akan Universitas Sumatera Utara 5 dilindungi oleh hukum. Selain itu masyarakat dalam hal melakukan suatu perbuatan atau perjanjian yang dilakukan di hadapan notaris secara otomatis akan menimbulkan hak dan kewajiban bagi mereka yang melakukan perjanjian tersebut dan merupakan suatu akta otentik. Sementara itu dalam Surat Edaran Mahkamah Agung Republik Indonesia MAPemb139284 Nomor 2 Tahun 1984, tentang Tata Cara Pengawasan Terhadap Notaris dinyatakan bahwa : “Pelaksanaan tugas jabatan notaris tersebut harus dilandasi pada suatu integritas dan kejujuran yang tinggi dari pihak notaris sendiri, karena hasil pekerjaannya yang berupa akta-akta maupun pemeliharaan. Protokol-protokol sangat penting dalam penerapan hukum pembuktian yaitu sebagai alat bukti yang otentik yang dapat menyangkut kepentingan bagi pencari keadilan yang baik di dalam maupun di luar negeri, maka pelaksanaan tugas jabatan notaris harus didukung oleh suatu itikad moral yang dapat dipertanggungjawabkan. Dengan demikian perlu adanya suatu pengawasan dan pembinaan yang terus menerus kepada para notaris di dalam melaksanakan tugas dan jabatannya.” 3 Akta otentik pada hakikatnya memuat kebenaran formal sesuai dengan apa yang diberitahukan para pihak kepada Notaris. Namun, Notaris mempunyai kewajiban untuk memasukkan keterangan dari para pihak bahwa apa yang termuat dalam Akta Notaris sungguh-sungguh telah dimengerti dan sesuai dengan kehendak para pihak, yaitu dengan cara membacakannya sehingga menjadi jelas isi Akta Notaris, serta memberikan akses terhadap informasi, termasuk akses terhadap peraturan perundang-undangan yang terkait bagi para pihak penanda tangan akta. Dengan demikian, para pihak dapat menentukan dengan bebas untuk menyetujui atau tidak menyetujui isi Akta Notaris yang akan ditandatanganinya. 3 Surat Edaran Mahkamah Agung Republik Indonesia MAPemb139284, tanggal 1 Maret 1984 Nomor 2 Tahun 1984 tentang Tata Cara Pengawasan Terhadap Notaris, hal. 60. Universitas Sumatera Utara 6 Akta yang dibuat notaris harus mengandung syarat-syarat yang diperlukan agar tercapai sifat otentik dari akta itu sebagaimana yang tercantum dalam Pasal 1868 KUHPerdata, yang berbunyi sebagai berikut : “Suatu akta otentik ialah suatu akta yang di dalam bentuk yang ditentukan oleh undang-undang, dibuat oleh atau di hadapan pegawai-pegawai umum yang berkuasa untuk itu di tempat di mana akta dibuatnya.” 4 Ketentuan pelaksanaan dari pelaksanaan Pasal 1868 KUHPerdata ini, diatur dalam Undang-undang Jabatan Notaris, yang telah merumuskan pengertian notaris sebagaimana yang tercantum dalam Pasal 1 angka ke-1, yang berbunyi sebagai berikut : “Notaris adalah pejabat umum yang berwenang untuk membuat akta otentik dan kewenangan lainnya sebagaimana yang dimaksud dalam Undang-Undang ini.” 5 Suatu akta hendak memperoleh stempel otentisitas, dimana hal ini terdapat pada akta notaris, maka menurut ketentuan dalam Pasal 1868 KUHPerdata, maka akta yang bersangkutan harus memenuhi persyaratan - persyaratan sebagai berikut : 1. Akta itu harus dibuat “oleh” atau “di hadapan” seorang pejabat umum; 2. Akta itu harus dibuat dalam bentuk yang ditentukan oleh Undang-Undang; 3. Pejabat umum atau di hadapan siapa akta itu dibuat, harus mempunyai wewenang untuk membuat akta itu. 6 4 Kitab Undang-undang Hukum Perdata, diterjemahkan oleh R. Soebekti dan R. Tjitrosudibio, Cetakan ke-40, Jakarta : Pradnya Paramita, 2009, pasal 1868. 5 Pasal 1, Undang-undang Republik Indonesia Nomor 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris, cetakan ke-1, Jakarta : Mitra Darmawan, 2004. 6 G.H.S. Lumban Tobing, Peraturan Jabatan Notaris, Cetakan ke-5, Erlangga, Jakarta, 1999, hal. 48. Universitas Sumatera Utara 7 Ada 2 dua golongan akta notaris, yaitu : 1. Akta yang dibuat oleh door een notaris, yang dinamakan “Akta Relaas” relaas acta atau “Akta Pejabat” ambtelijke akten atau “Akta Berita Acara”; 2. Akta yang dibuat dihadapan ten overstaan van een notaris, dinamakan “Akta Partij” partij acta atau “Akta Pihak” partij akten. Adapun yang termasuk dalam contoh Akta Relaas, yaitu : akta berita acara rapat para pemegang saham dalam perseroan terbatas, akta pencatatan budel, akta pendaftaran atau inventarisasi harta peninggalan, akta berita acara penarikan undian, dan lain-lain. Sedangkan, yang termasuk dalam contoh Akta Partij, yaitu : akta jual beli, akta sewa menyewa, akta perjanjian kredit, akta perjanjian kawin, akta perjanjian kerja sama, akta hibah, akta pendirian perseroan terbatas, akta pernyataan keputusan rapat, akta surat kuasa, akta kemauan terakhir wasiat, akta perjanjian-perjanjian, dan lain-lain. Perbedaan di antara kedua golongan akta tersebut, dapat dilihat dari bentuk-bentuk akta itu. 7 Sebelum ditandatangani, akta terlebih dahulu dibacakan kepada penghadap dan saksi-saksi yang dilakukan oleh notaris yang membuat akta tersebut. Pembacaan akta tidak dapat diwakili oleh orang lain atau didelegasikan pembacaan akta tersebut kepada pegawai kantor notaris melainkan harus dilakukan oleh notaris 7 Op.Cit., hal. 51-52. Universitas Sumatera Utara 8 sendiri. Tujuan pembacaan akta ini adalah agar para pihak saling mengetahui isi dari akta tersebut yang mana isi dari akta itu merupakan kehendak para pihak yang membuat perjanjian, pembacaan akta ini juga dilakukan agar pihak yang satu tidak merasa dirugikan apabila terdapat keterangan serta bunyi akta yang memberatkan atau merugikan pihak lain. 8 Membuat akta seorang notaris dituntut ketelitian, kecermatan dan kehati-hatian. Pekerjaan ini memerlukan konsentrasi yang tinggi dan kondisi fisik yang baik. 9 Secara umum, kesalahan dan kurang konsentrasi mempengaruhi kualitas pekerjaan seseorang. Demikian halnya dengan notaris, oleh karena itu setiap notaris berhak mengambil cuti. Hal ini sesuai dengan ketentuan Pasal 25 butir 1 Undang-undang Nomor 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris selanjutnya disingkat UUJN menentukan sebagai berikut : 1 Notaris mempunyai hak cuti. 2 Hak cuti sebagaimana dimaksud pada ayat 1 dapat diambil setelah Notaris menjalankan jabatan selama 2 dua tahun. 3 Selama menjalankan cuti, Notaris wajib menunjuk seorang Notaris Pengganti. Notaris sebagai pejabat umum kepadanya dituntut tanggung jawab terhadap Akta yang dibuatnya. Apabila akta yang dibuatnya ternyata di belakang hari mengandung cacat hukum maka hal ini perlu dipertanyakan, apakah akta ini merupakan kesalahan notaris atau kesalahan para pihak yang tidak memberikan 8 Op.Cit., hal. 201. 9 Sri Lestari Budiarti, Implikasi Cuti Notaris Terhadap Pelaksanaan Jabatannya, Tesis S2 Universitas Indonesia, http:www.digilib.ui.eduopacdiemeslibri2detail.jsp?id--93184lokasi. Universitas Sumatera Utara 9 dokumen atau keterangan yang sebenarnya dalarn pembuatan akta tersebut. Semua kegiatan yang dilakukan oleh notaris khususnya dalam membuat akta akan selalu dimintakan pertanggung jawabkan. RUPS adalah rapat umum pemegang saham yang diselenggarakan oleh Direksi setiap tahun dan setiap waktu merupakan organ tertinggi perseroan. RUPS tidak dapat dipisahkan dari perseroan. Melalui RUPS, para pemegang saham sebagai pemilik perseroan melakukan kontrol terhadap kepengurusan yang dilakukan direksi maupun terhadap kekayaan serta kebijakan kepengurusan yang dijalankan manejemen perseroan. 10 Secara umum menurut Pasal 1 angka 4 UUPT No 402007 menjelaskan bahwa RUPS sebagai organ perseroan mempunyai wewenang yang tidak diberikan kepada direksi atau dewan komisaris, namun dalam batas yang ditentukan oleh Undang-Undang Perseroan Terbatas dan atau anggaran dasar Perseroan Terbatas yang bersangkutan. 11 Dalam Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas ini, menempatkan Notaris dalam kedudukan yang sangat penting, karena untuk mendirikan Perseroan Terbatas dan mengadakan perubahan Anggaran Dasar harus dibuat dengan akta Notaris. Berdasarkan ketentuan Pasal 7 ayat 1 Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas, dinyatakan bahwa “Perseroan didirikan oleh 2 dua orang atau lebih dengan akta yang dibuat dalam bahasa Indonesia”. 10 M. Yahya Harahap, Hukum Perseroan Terbatas, Sinar Grafika, Jakarta, 2009, hal. 306. 11 Ibid. Universitas Sumatera Utara 10 Pembuatan suatu Akta Notaris menggunakan Bahasa Indonesia yang merupakan Bahasa Negara Kesatuan Republik Indonesia. Bahasa Indonesia yang dimaksud ini, diatur dalam Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2009 Tentang Bendera, Bahasa, dan Lambang Negara, serta Lagu Kebangsaan. Menurut Pasal 1 angka 2 Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2009, dikatakan bahwa Bahasa Negara Kesatuan Republik Indonesia, yang selanjutnya disebut Bahasa Indonesia adalah bahasa resmi nasional yang digunakan di seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia. Kemudian, juga dipertegas dalam Pasal 27 Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2009, yang dikatakan bahwa Bahasa Indonesia wajib digunakan dalam dokumen resmi negara. Hal ini juga ditentukan dalam Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 Tentang Jabatan Notaris, yang menyebutkan bahwa Akta Notaris adalah akta otentik yang dibuat oleh atau di hadapan Notaris menurut bentuk dan tata cara yang ditetapkan oleh Undang-Undang. Dalam ketentuan tersebut di atas, terlihat jelas bahwa akta Notaris merupakan syarat mutlak untuk berdirinya suatu Perseroan. Untuk pendirian Perseroan Terbatas yang tidak dibuat dengan akta Notaris akan menjadi non-existent, yang pada keadaan non-existent itu, yang sejak semula Perseroan Terbatas itu tidak ada, sebab tidak memenuhi unsur-unsurnya. Oleh karena itu, maka peranan Notaris ini mutlak diperlukan, sebab Undang-Undang mensyaratkan bahwa untuk pendirian Perseroan Terbatas ini diatur dalam Pasal 7 ayat 1 Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas, dan perubahan anggaran dasar Perseroan Terbatas yang Universitas Sumatera Utara 11 diatur dalam Pasal 21 ayat 4 Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas, harus dibuat dengan akta Notaris. Akta Notaris yang dikehendaki oleh Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas ini, tidak lain adalah akta otentik. Karena wewenang Notaris adalah untuk membuat akta otentik, sebagaimana yang diatur dalam Pasal 15 Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris. Perubahan Anggaran Dasar yang dibuat berdasarkan risalah rapat yang dibuat secara notariil, disebut dengan “Berita Acara Rapat”, yang merupakan “relaas akta”, yaitu: akta yang dibuat “oleh” Notaris Pasal 21 ayat 4 Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas. Sedangkan perubahan Anggaran Dasar yang dibuat di bawah tangan, yang kemudian dinyatakan dalam akta Notaris, disebut dengan “Pernyataan Keputusan Rapat”, yang merupakan “partij akta”, yaitu : akta yang dibuat “di hadapan” Notaris Pasal 21 ayat 5 Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas. Dalam Pasal 21 ayat 5 Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas ini, dikatakan bahwa “perubahan Anggaran Dasar yang tidak dimuat dalam berita acara rapat yang dibuat Notaris harus dinyatakan dalam akta Notaris paling lambat 30 tiga puluh hari terhitung sejak tanggal keputusan Rapat Umum Pemegang Saham. Tetapi dalam pertanggungjawabannya, Notaris hanya bertanggungjawab atas isi dari keterangan para penghadap yang hadir dalam Rapat Umum Pemegang Saham yang dituangkan dalam akta Notaris tersebut. Universitas Sumatera Utara 12 RUPS yang diselenggarakan oleh suatu perseroan merupakan organ yang sangat penting dalam mengambil berbagai kebijakan yang berkaitan dengan perseroan, sehingga sesuai dengan Pasal 77 ayat 4 UUPT setiap penyelenggaraan RUPS harus dibuatkan risalah rapat pernyataan keputusan rapat yang disetujui dan ditandatangani oleh semua peserta RUPS. Dalam prakteknya RUPS dituangkan dalam Berita Acara Rapat suatu akta otentik yang dibuat di hadapan notaris. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas, dikatakan bahwa akta pendirian dan perubahan Anggaran Dasar ini bisa dibuat secara notariil maupun di bawah tangan, sesuai dengan ketentuan yang terdapat pada Pasal 21 ayat 4 dan Pasal 21 ayat 5 Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas. Isi keputusan rapat yang risalahnya dibuat secara di bawah tangan sebaiknya dituangkan dalam bentuk akta notaris, maka dapat diberikan kuasa kepada seseorang dari perseroan terbatas yang bersangkutan, berdasarkan kuasa yang diberikan kepadanya oleh Rapat Umum Pemegang Saham, maka penerima kuasa dapat menghadap notaris dalam rangka pembuatan Akta Pernyataan Keputusan Rapat untuk selanjutnya disebut Akta PKR. Dalam pernyataan tersebut di atas ini, secara tegas diatur dalam Pasal 21 ayat 5 Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas. Notaris harus memperhatikan dengan benar, bahwa penerima kuasa tersebut benar-benar berwenang dan cakap untuk membuat akta tersebut, yaitu harus berdasarkan kuasa yang diberikan oleh RUPS, dan cakap untuk melakukan tindakan hukum. Setelah syarat-syarat untuk pembuatan suatu akta terpenuhi, maka dapat Universitas Sumatera Utara 13 dibuat Akta Pernyataan Keputusan Rapat di hadapan Notaris. Bentuk Akta PKR tersebut merupakan akta notaris, tetapi isi dari Akta PKR tersebut merupakan hasil keputusan rapat yang dibuat secara di bawah tangan. Dalam hal ini, jika terjadi cacat formal dari Akta PKR yang mengakibatkan hilangnya otentisitas akta, maka akta tersebut hanya mempunyai kekuatan bukti seperti akta di bawah tangan, apabila para pihak menandatangani akta tersebut. Hal ini berhubungan dengan tanggung jawab notaris terhadap isi Akta PKR mengenai perubahan anggaran dasar yang dibuatnya, mengingat Akta PKR itu bukan risalah rapat murni, melainkan mendasarkan pada risalah rapat di bawah tangan, dimana notaris harus bertanggung jawab atas kebenaran akta yang dibuatnya. PT Multi Megah Mandiri ini masih berstatus sebagai perusahaan tertutup atau perusahaan yang belum go public, serta pada umumnya jenis Perseroan Terbatas Tertutup ini adalah Perseroan Terbatas keluarga, kerabat atau saham yang di kertasnya sudah tertulis nama pemilik saham yang tidak mudah untuk dipindahtangankan ke orang atau pihak lain. Namun, PT Multi Megah Mandiri ini telah berstatus badan hukum, dan juga dalam melakukan kegiatan usahanya telah melalui proses hukum yang dikukuhkan berdasarkan keputusan pengesahan oleh Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia, yang sesuai dengan prosedur yang diatur dalam Pasal 21 ayat 1 Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas, yang dikatakan bahwa, “perubahan anggaran dasar tertentu harus mendapat persetujuan Menteri”. Universitas Sumatera Utara 14 Kemudian, PT Multi Megah Mandiri dalam Akta Pernyataan Keputusan Rapat ini, telah mendaftarkan perusahaannya itu di Kantor Pendaftaran Perusahaan Kotamadya Jakarta Utara, dan juga telah mengikuti prosedur ataupun tata cara yang sesuai yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1982 tentang wajib daftar perusahaan. Berkaitan dengan tanggung jawab Notaris dalam pembuatan akta pernyataan keputusan rapat umum pemegang saham pada PT Multi Megah Mandiri yang berkedudukan di Jakarta bergerak dibidang industri, perdaganganjasa angkutan dan percetakan perlu diteliti keberadaanya. Berdasarkan pada latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka penulis tertarik untuk menyusun penelitian ini dalam bentuk Tesis dengan judul “Tanggung Jawab Notaris Dalam Pembuatan Akta Keputusan Rapat Umum Pemegang Saham Studi Pada PT. Multi Megah Mandiri di Jakarta Utara”.

B. Perumusan Masalah