I.  PENDAHULUAN Latar Belakang
Kasus  infeksi  dan  intoksikasi  pangan  merupakan  kasus  keracunan  pangan  yang banyak    terjadi  didunia  yang    disebabkan  oleh  bakteri  patogen.    Terdapatnya  bakteri
patogen  penyebab keracunan pangan tersebut terjadi  karena adanya kontaminasi silang, kesalahan  pada saat penanganan atau penerapan  suhu penyimpanan.   Pada tahun 2006,
dari  108  kasus yang terjadi sebanyak 5792 orang sakit dan yang meninggal 24 orang dan pada  tahun  2007    mengalami  peningkatan  yaitu  dari  162  kasus,  7170    sakit  dan    yang
meninggal 50 orang  Anonim, 2007.   Beberapa bakteri yang menyebabkan keracunan adalah  Staphylococcus  aureus,  Salmonella  sp  dan  E.  coli.    Bakteri  lain  yang  diduga
menyebabkan kebusukan pangan adalah Pseudomonas aeruginosa dan  Bacillus subtilis. Adanya  bakteri  pembusuk  tersebut  akan  menyebabkan  kualitas  makanan  menurun  dan
tidak  dapat  dikonsumsi.  Pencegahan  kontaminasi  pangan  oleh  bakteri  patogen  dan pembusuk dapat dilakukan dengan  menggunakan  bahan pengawet  kimia  dan  yang lebih
disukai oleh konsumen adalah bahan pengawet alami. Dengan  pertimbangan  kesehatan,    konsumen  cenderung  menghendaki  penggunaan
bahan-bahan  alami    pada  makanan  sebagai    bahan  pengawet,  pewarna,  pemberi  flavor dan aditif lainnya.    Penggunaan ekstrak tumbuh-tumbuhan untuk pengobatan alternatif
sudah  dikenal  oleh  nenek  moyang  sejak  dahulu  kala    dan  mulai    marak  kembali penggunaannya  pada  tahun  1990.  Secara  tradisional,  banyak  bahan-bahan  alami  yang
sudah lama dimanfaatkan sebagai penyedap, penambah aroma, pengawet serta jamu yaitu ekstrak dari tumbuh- tumbuhan atau  rempah-rempah seperti bawang  putih, jahe, kunyit,
salam, lengkuas, lada atau kayu manis dan sirih. Penelitian pemanfaatan bahan-bahan alami dari tumbuh-tumbuhan sebagai bahan
antimikroba  telah  banyak  dilakukan  diantaranya    penelitian  pemanfaatan  ekstrak  sirih sebagai  bahan  antimikroba  yang  dilakukan  oleh  Yang  dan  Chou  1997;  Shitut  et  al.
1999,  Chou  dan  Yu  1984  dan  Nalina  dan  Rahim  2006.  Di  Indonesia,  penelitian aktivitas  antimikroba  dari  komponen  aktif  tanaman  sirih  sudah  banyak  dilakukan,
diantaranya oleh Widarto 1990, Harapini et al.  1996, Sukarminah 1997 dan  Jenie et al.  2001.  Selain  sebagai  antimikroba,  peneliti  terdahulu  melaporkan  bahwa    sirih  juga
2 mempunyai  aktiivitas  antioksidan  dan  dapat  memperpanjang  masa  simpan  dari  daging
ayam atau daging sapi giling yang disimpan pada suhu refrigerator Arka, 1994; Astuty, 1997  dan  Sugiastuti,  2002.    Penelitian  komponen  aktif  dari  beberapa  tanaman  lainnya
diantaranya adalah:  aktivitas antimikroba ekstrak dan fraksi rimpang lengkuas terhadap mikroba  patogen  dan  perusak  makanan  Rahaju,  1999.    aktivitas  antimikroba  buah
andaliman  Zanthoxylum  acanthopodium  dan  anataras  Litse  eubeba  Mulia,  2000, Suteja.  dan  Agustina  1994  mempelajari  ekstraksi  dan  fraksinasi  komponen  bioaktif
antimikroba  dari  biji  dan  daun  lada  serta  Parhusip  2006  melaporkan    aktivitas antimikroba  dari  biji  andaliman.  Hasil  yang  diperoleh  dari  penelitian-penelitian
sebelumnya,  komponen  aktif  dari  beberapa  tanaman  di  Indonesia  tersebut  mempunyai aktivitas antimikroba.
Sirih dapat berfungsi sebagai bahan antimikroba karena dalam tanaman tersebut baik daun, biji maupun akar  terkandung senyawa metabolit sekunder atau komponen alami.
Menurut Ultee et al 1999, komponen aktif tersebut memiliki mekanisme penghambatan yang  berbeda-beda.  Beberapa  cara  penghambatan  yang  dilakukan  oleh  komponen  aktif
diantaranya  adalah  dengan  bereaksi  dengan  membran  sel,  mengganggu  kestabilan membran  sitoplasma,  peningkatan  permeabilitas  membran,  menghambat  enzim
ekstraseluler mikroba dan berpengaruh pada metabolisme mikroba. Mekanisme penghambatan ekstrak daun sirih hijau terhadap bakteri patogen pangan
belum  dilaporkan.  Mekanisme  penghambatan  ini  perlu  dipelajari  karena  penting  dalam aplikasinya pada sistem pangan.  Dalam penelitian ini akan dipelajari aktivitas antibakteri
ekstrak  sirih  hijau  dan  fraksi  daun  sirih  hijau  serta  mekanisme  antibakterinya  terhadap beberapa  mikroba  patogen  pangan  dengan  melakukan  berbagai  pengujian  meliputi
pengujian MIC ekstrak, kebocoran dan perubahan morfologi sel.
Tujuan Dan Manfaat Penelitian
Secara umum tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui mekanisme kerja antibakteri  sebagai  senyawa  antibakteri,  sehingga  diharapkan  pemanfaatan  ekstrak  sirih
sebagai  pengawet  pangan  dapat  lebih  efektif  dan  tepat  sasaran.      Secara  khusus,  tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
3 1.
Memilih jenis pelarut untuk ekstraksi daun sirih hijau yang menghasilkan ekstrak sirih  dengan  aktivitas  antibakteri  terbaik  dengan    menentukan    konsentrasi
minimum  penghambatan  MIC  dan  MBC  ekstrak  sirih  hijau  terhadap  bakteri patogen pangan.
2. Mengetahui  efektivitas  dari  fraksi-fraksi  sirih  hijau  dalam  menghambat
pertumbuhan bakteri patogen dan perusak pangan. 3.
Mengetahui  mekanisme  penghambatan    komponen  aktif  ekstrak  sirih  hijau  dan perubahan morfologi sel terhadap  beberapa  bakteri patogen pangan.
Manfaat  dari  penelitian  ini  adalah  dengan  mengetahui  mekanisme  kerja  dari ekstrak  sirh  hijau  maka  akan  dapat  direkomendasikan  berbagai  faktor  penting  yang
terkait dengan aplikasi ekstrak siirih pada makanan sehingga aplikasinya efektif terhadap mikroorganisme patogen dan perusak sasaran sesuai jenis makanan.
Hipotesis
1.  Jenis pelarut berpengaruh terhadap aktivitas antibakteri ekstrak daun sirih hijau. 2.  Ekstrak  daun  sirih  hijau  dapat  menyebabkan  kebocoran  sel  bakteri  dan  perubahan
morfologi sel bakteri. 3.  Fraksi-fraksi  ekstrak  daun  sirih  hijau  mempunyai  kemampuan  menghambat  atau
aktivitas antibakteri yang berbeda terhadap masing-masing bakteri uji.
4
II.  TINJAUAN PUSTAKA A.