Bakteri Gram positif Antibacterial activity and mechanisms of inhibition of piper betle Linn extract (green variety) towards food pathogenic bacteria

65 ikatan kation tersebut akan rusak. Pada bakteri Gram positif, kation berfungsi untuk menghubungkan asam teikoat sehingga denga terlepasnya ikatan kation tersebut pada membran sel akan menyebabkan masuknya senyawa antibakteri ke dalam sel. Pada konsentrasi rendah, fenol akan bereaksi dengan dinding sel sedangkan pada konsentrasi yang lebih tinggi fenol akan merusak membran sitoplasma dan menyebabkan terjadinya denaturasi protein Murray et al 1998. Mg 2+ berfungsi sebagai penghubung fosfolipid dan grup karboksil membran Hurst et al 1974. Ca 2+ dan Mg 2+ berfungsi untuk menjaga kestabilan membran bakteri dan dengan adanya kebocoran ion-ion tersebut maka kestabilan membran akan terganggu yang selanjutnya dapat mengakibatkan kematian bakteri.. Pengamatan Morfologi Sel Bakteri Dengan SEM. Seperti yang terjadi pada kebocoran sel, makin tinggi dosis MIC ekstrak sirih yang digunakan maka morfologi sel bakteri uji juga semakin mengalami perubahan dibandingkan sel normal. Kerusakan morfologi sel bakteri uji yang diamati dengan SEM pembesaran 20.000 kali semakin jelas baik terhadap bakteri Gram positif Gambar 5.6; Gambar 5.7 dan Gambar 5.9 maupun bakteri Gram negatif Gambar 5.10; Gambar 5.11 dan Gambar 5.13.

1. Bakteri Gram positif

Pada bakteri Gram positif S. aureus; B. cereus dan L. monocytogenes dengan perlakuan ekstrak sirih 1 MIC sel bakteri memanjang dan permukaan sel menjadi kasar Gambar. 5.6 b, 5.7 b dan Gambar 5.9 b sedangkan dengan perlakuan ekstrak sirih pada dosis 2 MIC pada permukaan sel bakteri gram positif terbentuk lubang Gambar 5.7 c; 5.8 c dan 5.9 c. S. aureus dalam keadaan normal berbentuk bulat, bergerombol seperti anggur dengan permukaan yang licin seperti terlihat pada Gambar 5.7 a. Dengan adanya perlakuan pemberian ekstrak sirih 1 MIC, terjadi perubahan yaitu sel memanjang 66 dan permukaan tidak rata Gambar 5.7 b. Perlakuan dengan ekstrak sirih dosis 2 MIC, akan terbentuk lubang pada permukaan sel Gambar 5.7 c. a b c Gambar 5.6. Morfologi normal sel S. aureus a, sel S. aureus dengan perlakuan ekstrak sirih 1 MIC b dan sel S. aureus dengan perlakuan ekstrak sirih 2 MIC c Pembesaran 20.000 X Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Nychas 1995 dan Lorian dan Fernandes 1999 terhadap sel S. aureus. Menurut Nychas 1995, setelah kontak dengan senyawa fenolik selama 24 jam, permukaan sel S. aureus berubah menjadi kasar. Penambahan derivat dari pristinamisin terhadap S. aureus pada konsentrasi 0.5 MIC menyebabkan ukuran sel membesar dan ketebalan dinding sel berkurang Lorian dan Fernandes , 1999. Dari penelitian yang dilakukan oleh Miller dan Shah 1999, pemberian komponen P yaitu salah satu komponen hasil isolasi dari teh hijau terhadap sel S. aureus akan menyebabkan perubahan morfologi sel bakteri. Dengan pemberian komponen P tersebut akan terjadinya perubahan morfologi sehingga bentuk sel bakteri berubah menjadi tidak beraturan bila dibandingkan dengan sel normal atau kontrol. Hasil serupa juga diperoleh oleh Nychas 1995, dengan perlakuan fenolik terhadap S. aureus maka morfologi sel tersebut juga mengalami perubahan. Seperti halnya S. aureus, B. cereus dalam keadaan normal berbentuk batang panjang seperti terlihat pada Gambar 5.7 a. Perlakuan penambahan ekstrak sirih 1 MIC akan menyebabkan terjadinya perubahan morfologi dari B. cereus yaitu sel 67 memanjang dan pada bagian permukaan dinding sel menipis Gambar 5.7b. Pemberian ekstrak sirih pada dosis yang lebih tinggi yaitu dosis 2 MIC menyebabkan terbentuknya lubang pada permukaan sel Gambar 5.7 c. a b c Gambar 5.7. Morfologi normal sel B. cereus a; morfologi sel B. cereus dengan perlakuan ekstrak sirih dosis 1 MIC b; morfologi sel B. cereus dengan perlakuan ekstrak sirih dosis 2 MIC c. Pembesaran 20.000 X Hasil ini juga didukung dengan menurunnya kemampuan menyerap warna dari B. cereus terhadap jingga akridin Gambar 5.8 b dan Gambar 5.8 c . Dengan adanya penambahan ekstrak sirih, maka sel akan mengalami kerusakan dan dengan penambahan zat warna jingga akridin akan berwarna merah. Pengaruh pemberian ekstrak sirih dosis 1 dan 2 MIC menghasilkan kerusakan pada sel bakteri uji. Dengan penambahan jingga akridin terhadap sel bakteri yang tidak ditambah ekstrak sirih kontrol, sel bakteri tampak berwarna hijau sedangkan pada sel yang mendapat perlakuan ekstrak sirih sel tampak berwarna antara jingga sampai merah. Pewarnaan dengan jingga akridin merupakan salah satu metode cepat untuk menghitung sel yang hidup dan mati yang berhubungan dengan aktivitas metabolisme Duffy et al 2001. Dengan jingga akridin maka sel yang utuh atau sel yang tidak mengalami kerusakan tampak berwarna hijau sedangkan sel yang rusak akan berwarna merah Ranade et al 1961; Bank, 1987 ; Bunthof, 2002. 68 Dari Gambar 5.8 diperoleh hasil bahwa sel bakteri yang normal tampak berwarna hijau Gambar 5.8 a, sel yang mendapat perlakuan dengan sirih dosis 1 MIC tampak sel sebagian besar berwarna merah dan ada juga sel yang berwarna hijau Gambar 5.8 b. Pada perlakuan ekstrak sirih 2 MIC maka semua sel-sel tampak berwarna jingga – merah Gambar 5.8 c. a b c Gambar 5.8. Gambar sel B. cereus yang normal berwarna hijau a; sel rusak berwarna hijau – jingga dosis 1MIC b dan sel yang rusak berwarna merah dosis 2 MIC c Dengan pemberian perlakuan ekstrak sirih maka akan terjadi perubahan morfologi dimana pada dosis 1 MIC, sel akan mengalami pemanjangan dan permukaannya tidak rata Gambar 5.9 b. Pada dosis 2 MIC akan menyebabkan permukaan sel berlubang pada permukaan sel seperti terlihat pada Gambar 5.9 c. Hasil penelitian dari Rasooli 2006, bakteri L. monocytogenes yang diberi perlakuan minyak atsiri dari thyme karena adanya kerusakan membran maka sel bakteri tersebut akan mengalami perubahan morfologi. Sel L. monocytogenes Gambar 5.9 dalam keadaan normal berbentuk batang pendek seperti terlihat pada Gambar 5.9 a. 69 a b c Gambar 5.9. Morfologi normal sel L. monocytogenes a; morfologi sel L. monocytogenes dengan perlakuan ekstrak sirih dosis 1 MIC b; Morfologi sel L. monocytogenes dengan perlakuan ekstrak sirih dosis 2 MIC c. Pembesaran 20.000 x

2. Bakteri Gram negatif