VI. AKTIVITAS ANTIBAKTERI  FRAKSI-FRAKSI EKSTRAK
SIRIH  HIJAU   Piper betle Linn TERHADAP PATOGEN PANGAN
ABSTRAK
Fraksinasi  ekstrak  etanol  sirih  hijau  Piper  betle  Linn  dengan  kromatografi kolom pada silika gel dengan eluen kloroform: etanol dan asam asetat  menghasilkan 17
fraksi    yang  umumnya    mempunyai  aktivitas  antibakteri  terhadap      semua  bakteri  uji Escherichia  coli,  Salmonella  Typhimurium,  Pseudomonas  aeruginosa,  Staphylococcus
aureus,  Bacillus  cereus  dan    Listeria  monocytogenes.    Diantara  bakteri  uji  yang digunakan,  fraksi-fraksi  sirih  tersebut  paling  efektif  menghambat  Salmonella
Typhimurium  dengan  diameter  penghambatan    sekitar  10  mm  sampai  26  mm.        Hasil analisis  GC-MS  menunjukkan bahwa ekstrak etanol sirih mengandung kavikol, eugenol,
trans –kariofilen  ,    silen,
amorfen;  palmitat  dan  fitol.  Senyawa-senyawa  yang ditemukan pada fraksi 3 dan fraksi 4 adalah kavikol; asam dodekanoat; miristat; palmitat
dan  oleat.
PENDAHULUAN
Ekstrak  sirih  Piper  betle  Linn      mengandung  beberapa  komponen  aktif  yang diduga  mempunyai  aktivitas  antibakteri  ,  diantaranya  adalah  kavikol,  fenol,  eugenol,
karyofilen,  humulen,  amorfen,  naftalen,  kopaen,  germakren,  dan  silen.    Harapini  et.  al 1996 menduga senyawa yang berperan sebagai antimikroba adalah fenolik.
Penelitian  pemanfaatan  bahan-bahan  alami  dari  tumbuh-tumbuhan  sebagai  bahan antimikroba telah banyak dilakukan diantaranya ekstrak sirih sebagai bahan antimikroba
dan fungisida yang dilakukan oleh Jenie et al 2001; Yang dan Chou 1997, Shitut et al 1999  dan  Chou  dan  Yu  1984.      Menurut  Yang  dan  Chou  1997,  dalam  daun  sirih
terdapat  eugenol  dan  hidroksikavikol  yang  mempunyai  aktivitas  antimikroba.    Menurut Jenie  et  al  2001  dan  Duke  2002,  dalam  daun  sirih  dapat  ditemukan  adanya  bahan
77 kimia  yang  mempunyai  aktivitas  antibakteri  yaitu:  kavikol,  kavibetol,  tanin,  eugenol,
karvakrol, kariofilen dan asam askorbat.  Selain hidroksikavikol,  dalam daun sirih juga terdapat  asam stearat dan palmitat, yang    mempunyai aktivitas antimikroba Nalina dan
Rahim,  2007 . Dari  penelitian-penelitian  tentang  sirih  yang  telah  dilakukan  oleh  peneliti
sebelumnya    belum  diperoleh  data  yang  pasti    mengenai  fraksi-fraksi  sirih  yang mempunyai  aktivitas  antibakteri  yang  kuat  dan  identifikasi  komponen  antibakteri
tersebut.  Dalam penelitian ini akan  dikaji lebih lanjut mengenai aktivitas antibakteri dari fraksi-fraksi  yang  terdapat  dalam  ekstrak  etanol  sirih  hijau  serta  identifikasi  komponen
volatil yang ada dalam fraksi tersebut.
BAHAN DAN METODE
Bahan dan Kultur Bakteri
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah ekstrak etanol daun sirih hijau. Bakteri uji yang digunakan adalah   Bacillus cereus FNCC 057, Staphylococcus aureus,
FNCC  047  Listeria  monocytogenes  FNCC  0156,  Pseudomonas  aeruginosa    FNCC 063  dan  Salmonella  Typhimurium  FNCC  0734  yang  diperoleh  dari  Pusat  Antar
Universitas  Pangan  dan  Gizi  UGM;    Escherichia  coli  ATCC    yang  diperoleh  dari Laboratorium Mikrobiologi Seafast South East Asia Food and Agricultural Science and
Technology   Center IPB.  Bakteri-bakteri tersebut ditumbuhkan ke dalam tabung reaksi yang  berisi  media  agar  miring    Nutrien  agar  NA  dan  sebelum  dipergunakan  kultur-
kultur bakteri tersebut disimpan  pada suhu rendah 10 C .
Metode Fraksinasi  ekstrak  sirih   Sutedja  dan Agustina, 1994
Fraksinasi ekstrak etanol sirih dilakukan dengan  cara elusi pada kromatografi Kolom.    Sebanyak  30  gram  silika  gel  dibuat  bubur  dengan  menambahkan  kloroform
kemudian bubur kloroform tersebut dimasukkan ke dalam corong gelas dengan diameter
78 2.5  cm  dan  panjang  30  cm,  pelarut  dialirkan  sehingga  diperoleh  adsorben  silika  dan
dibiarkan  semalam.    Selanjutnya    ke  dalam  kolom  tersebut  ditambahkan  ekstrak  sirih, kemudian        kolom  di  elusi  dengan    campuran  eluent  terpilih  yang  diperoleh  dari  hasil
penelitian KLT yang menghasilkan spot terbanyak yaitu campuran kloroform, etanol dan asam  asetat  dengan  perbandingan  4  :  1:  1.      Fraksi-fraksi  yang  diperoleh  kemudian
diuapkan  dan  dihilangkan  pelarutnya  menggunakan  gas  N2.      Volume  awal  fraksi  yang diperoleh   sebanyak 10  ml, setelah diuapkan   volume  fraksi  yang  diperoleh  disamakan
yaitu 3 ml.
Persiapan bakteri  uji
Bakteri  uji  yang  digunakan  untuk  pengujian  aktivitas  antibakteri  dari  ekstrak terpilih  adalah  Staphylococcus    aureus  ,  Escherichia    coli,  B.  cereus,  Salmonella
typhimurium,  Listeria  monocytogenes  dan  Pseudomonas  aeruginosa.    Sebelum dipergunakan  bakteri-bakteri  uji  yang  telah  ditumbuhkan  dalam  media  agar  miring  NA
dan  disimpan  pada  suhu  10 C  tersebut  terlebih  dahulu  disegarkan  dalam  media  cair
Nutrient broth NB dan diinkubasikan selama 24 jam pada suhu 37 C.
Pengujian aktivitas antibakteri Garriga et al  1993
Kemampuan  aktivitas  antibakteri  fraksi-fraksi  ekstrak  sirih  hijau  diuji  terhadap enam  jenis  bakteri  meliputi  Gram  positif  dan  Gram  negatif    seperti    Bacilus  cereus,
Staphylococcus  aureus,  Listeria  monocytogenes,  Escherichia  coli,  Salmonella Typhimurium  dan    Pseudomonas  aeruginosa.      Sebelum  dipergunakan  isolat  bakteri
disegarkan terlebih dahulu  dalam  media cair Nutrient broth NB selama 24 jam. Pengujian  aktivitas  antibakteri  dilakukan  dengan  menggunakan  metode  difusi
sumur dengan mengukur diameter penghambatan dari ekstrak tersebut terhadap masing- masing bakteri  uji.  Media nutrient agar 25 ml yang mengandung bakteri uji  sebanyak
10
7
CFUml    dituangkan  ke  dalam  cawan  petri  steril  dan  dibiarkan  membeku.    Setelah membeku,    kemudian  pada  media  tersebut    dibuat  lubang-lubang  atau  sumur  dengan
diameter  6  mm.    Ke  dalam  lubang  tersebut  dimasukkan  50µl  masing-masing  fraksi
79 ekstrak  sirih  hijau  yang  diperoleh.    Selanjutnya  cawan  diinkubasikan  dalam  inkubator
suhu 37 C selama 24 – 48 jam.
Analisis GC-MS
Analisis  dengan  GC-MS  dilakukan  terhadap  ekstrak  etanol    siirih  hijau    dan fraksi    ekstrak  sirih  hijau  dengan  daya  hambat  terkuat  fraksi  3  dan  4    dianalisis  lebih
lanjut dengan GC-MS  Gas Chromatography Mass Spectrofotometri GCMS-QP 5050a yang sudah diprogram.  Contoh 0.2 µl  disuntikkan pada GC-MS   kondisi alat telah
diprogram dengan spesifikasi sebagai berikut: Kolom yang dipergunakan adalah kolom DB 17; gas pembawa Helium; suhu awal 50
C ditahan selama 5 menit, suhu akhir 250 C dengan laju kenaikan suhu 4
C per menit; tekanan 40-45 Kpa; suhu interface 230 C
dengan energi ionisasi 120 Kvkisaran masa 33-400.   Identifikasi  komponen dilakukan dengan  mengacu  pada  pustaka  Wiley  229  dan  National  Institute  Standards  and
Technology  NIST  62.
HASIL DAN PEMBAHASAN Aktivitas  antibakteri fraksi  sirih
Dengan menggunakan  cara elusi kromatografi kolom dari ekstrak etanol sirih hijau telah  diperoleh  sebanyak    17  fraksi.    Pada  umumnya  semua  fraksi  tersebut  mampu
menghambat pertumbuhan satu atau beberapa bakteri uji dengan diameter penghambatan berkisar antara   10 mm sampai dengan  27 mm Tabel 6.1.  Kemampuan penghambatan
dari  fraksi  –fraksi  sirih  berbeda  untuk  masing-masing  bakteri  uji  karena  ada  fraksi tertentu yang tidak mampu menghambat pertumbuhan bakteri  diameter penghambatan 0
mm yaitu fraksi 5 sampai fraksi 17  kecuali fraksi 14. Dari  data  diameter  penghambatan  yang  diperoleh  Tabel  6.1,  kemampuan
menghambat fraksi 1 dan fraksi 2  terhadap bakteri Gram positif  lebih tinggi dari pada bakteri Gram negatif.   Fraksi 3 mempunyai  kemampuan menghambat  yang sama  antara
bakteri  Gram  positif  dan  Gram  negatif  sedangkan  fraksi  4  kemampuan  menghambat
80 pertumbuhan  bakteri  Gram  negatif  lebih  tinggi  dari  bakteri  Gram  positif.    Terhadap  S.
Typhimurium,    semua  fraksi-fraksi    yang  diperoleh  efektif  menghambat  pertumbuhan bakteri tersebut.  Diameter penghambatan terendah adalah  pada fraksi 5, 6, 7 dan fraksi
17    sedangkan  fraksi  yang  mempunyai  kemampuan  menghambat  tertinggi  untuk    S. Typhimurium adalah fraksi  3 dan fraksi 4.
Tabel  6.1.  Kemampuan fraksi-fraksi sirih dalam menghambat pertumbuhan bakteri   uji Fraksi
Rata-rata diameter penghambatan mm St
Pa Bc
Ec Sa
Lm 1
21 19.3
23 16
22.7 19.6
2 18
20.3 25.3
17 22
20.3 3
23 20
26.7 26
23 17.3
4 26
26.6 25.3
25.6 23
12 5
10.6 15
12.3 13.6
6 10
11 11
10 10
7 10.6
10.1 15.3
11.3 10
8 15.3
17.3 9
15 10
14 12
11 11
20 12
11 12
19.6 21
23 14
10.3 13
18 25.3
11.7 14.7
10 14
14 21.7
18 15
11.3 10.3
15 16.7
21.3 12.7
12 16
18 21
17 11
13.3 19.3
14.3
Keterangan:  0:  Tdak ada kemampuan menghambat diameter penghambatan 0 mm St :  S.  Typhimurium                    Pa:  P.  aeruginosa           Bc :  B.  cereus
Ec :  E. coli              Sa: S. aureus                            Lm :  L. Monocytogenes.
81 Terhadap  bakteri  uji  yang  lainnya  seperti    B.  cereus,  E.  coli;    S.  aureus;    P.
aeruginosa dan L. monocytogenes  ada  beberapa fraksi  yang tidak  mampu menghambat pertumbuhan bakteri-bakteri tersebut.   Seperti misalnya fraksi 5, fraksi tersebut mampu
menghambat pertumbuhan beberapa bakteri  uji yang digunakan kecuali terhadap E. coli dan  S.    aureus;  fraksi  6    tidak  mampu  menghambat  pertumbuhan  bakteri    S.  aureus  ;
fraksi 7 menghambat semua bakteri uji kecuali terhadap  P. aeruginosa  sedangkan fraksi 9  hanya  efektif menghambat pertumbuhan S. Typhimurium. Kemampuan menghambat
dari fraksi 1,2,3 dan fraksi 4 terhadap bakteri  S. aureus dapat dilihat  pada Gambar  6.1. Kemampuan  menghambat  dari  fraksi-fraksi  etanol  sirih  terhadap  bakteri-bakteri
uji    secara  umum  lebih  kuat    bila  dibandingkan    dengan  kemampuan  menghambat  dari ekstrak  kasar  etanol  sirih.      Ekstrak  kasar  etanol  sirih  mempunyai  kemampuan
pertumbuhan    S.  aureus    24  mm,  E.  coli  14  mm,  S.  Typhimurium  19.8  mm,    16.8 mm B. cereus; 16.9 mm P. aeruginosa dan 16.6 mm untuk L. monocytogenes.
Gambar  6.1 .  Kemampuan  Fraksi sirih menghambat pertumbuhan  S. aureus Keterangan :  1:  fraksi 1;  2 :  fraksi 2;  3 :  fraksi 3;  4 :  fraksi 4
Dengan uji statistik  lebih lanjut Lampiran 9; 9.1; 9.3 , aktivitas antibakteri dari fraksi  1,  2,  3  dan  4  terhadap  pertumbuhan    E.  coli;  S.  Typhimurium  dan  L.
monocytogenes memberikan  perbedaan  yang nyata p  0.5.   Daya hambat dari fraksi 1
1
3 2
4
82 terhadap  pertumbuhan  S.  aureus    Lampiran  9.2    memberikan  perbedaan  yang  nyata
sedangkan  aktivitas  antibakteri  dari  fraksi  2,3  dan  4  tidak  berbeda  nyata  p  0.5. Kemampuan menghambat dari fraksi 1 dan 3 terhadap pertumbuhan  B. cereus Lampiran
9.4  memberikan  perbedaan  yang  nyata    p  0.5    sedangkan  fraksi  2  dan  4  tidak memberikan  perbedaan  yang  nyata.    Untuk  bakteri  P.  aeruginosa,  dengan  uji  statistik
Lampiran  9.5  kemampuan  menghambat  pertumbuhan  bakteri  fraksi  1  dan  4 memberikan  perbedaan  yang  nyata  sedangkan  kemampuan  menghambat  fraksi  2  dan  3
tidak memberikan perbedaan yang nyata p  0.5. Perbedaan kemampuan menghambat dari masing-masing fraksi ini diduga mungkin
disebabkan karena adanya kandungan senyawa  kimia yang  berbeda dari masing-masing fraksi  tersebut.        Hasil  ini  sesuai  dengan  pendapat  dari  Naidu  2000,  yaitu  bahwa
aktivitas  antimikroba  dipengaruhi  oleh  beberapa  faktor  diantaranya  adalah  komposisi kimia.    Senyawa  antrakuinon  yang  diperoleh  dari  tanaman  Cassia  italica  bersifat
bakterisidal terhadap P. pseudomalliae  dan bersifat bakteristatik terhadap B. antthracis; Corynebacterium pseudodiphthericum dan P. aeruginosa Cowan, 1999.  Eugenol yang
merupakan  komponen  penyusun  dari  minyak  esensial    cardamon    kapulaga    lebih efektif menghambat bakteri B. subtilis dan S. aureus bila dibandingkan terhadap E. coli.
Dari penelitian Pepeljnajk et al  2005  diperoleh hasil bahwa 2 fraksi flavonoid F1 dan F2 yang diperoleh dari tanaman Pelargonium radula  mempunyai aktivitas antimikroba
yang  berbeda.    Staphylococcus  sp  koagulase  negatif  dan  Candida  lusitaniae  dihambat kuat  oleh  fraksi  F1  sedangkan  F2  hanya  menghambat  pertumbuhan  Fusarium
gramineum.
Identifikasi Komponen  aktif  ekstrak  dan fraksi-fraksi ekstrak sirih.
Identifikasi  komponen  aktif    dilakukan  terhadap  ekstrak  sirih  dan  fraksi-fraksi ekstrak  sirih  hijau  yang  mempunyai  kemampuan  menghambat  yang  tinggi  terhadap
semua bakteri uji khususnya fraksi 3 dan fraksi 4. Dengan  menggunakan  GC-MS  dapat  diketahui  bahwa  ekstrak  sirih  Tabel  6.2
mengandung  komponen-komponen  seperti  kavikol,  eugenol,  trans –karyofilen  ,
silen, amorfen; palmitat dan fitol.   Sedangkan dari fraksi 3 dan fraksi 4 Tabel  6.3
83 dan  Tabel  6.4  diketemukan  adanya  senyawa  kavikol;  asam  dodekanoat;  miristat;
palmitat dan  oleat. Tabel 6.2.  Waktu retensi dan  identifikasi  komponen penyusun ekstrak sirih
No Waktu retensi
Komponen 1.
10.517 Kavikol
2. 12.367
eugenol 3
13.075 Trans   kariofilen
4. 13.850
- amorfen 5.
14.208 -silen
6. 19.900
Asam palmitat 7
21.467 fitol
Tabel 6.3.  Waktu retensi dan  identifikasi  komponen penyusun fraksi 3. No
Waktu retensi Komponen
1. 14.475
Kavikol 2
20.083 Asam  dodekanoat
3 23.150
Asam miristat 4
26.025 Asam palmitat
5. 28.358
Asam oleat Tabel 6.4.  Waktu retensi dan  identifikasi  komponen penyusun fraksi 4.
No Waktu retensi
Komponen 1.
14.492 kavikol
2 20.017
Asam dodekanoat 3
23.117 Asam miristat
4. 26.000
Asam palmitat 5.
28.358 Asam oleat
Kandungan  komponen  terbesar  pada  ekstrak  etanol  sirih  adalah  kavikol  34.7 yang  kemudian  berturut-turut        amorfen  19  ;      silen    17.8  ;  fitol  11.3  ,
palmitat 8.8  ; trans   kariofilen 7.1  dan yang terendah adalah eugenol 1.2 . Pada fraksi 3 kandungan komponen dari yang terendah ke tertinggi berturut-turut adalah
oleat  8.9 ;  kavikol   10.2; asam  miristat   16.5 ; palmitat 24.3  dan   asam dodekanoat    40.1      Pada  fraksi  4,  kandungan  komponen  dari  yang  terendah  ke
tertinggi  berturut-turut  adalah  kavikol  8.8    ;  asam  miristat    10.5  ;  palmitat  21.8 ; asam dodekanoat  30.4   dan  oleat 28.5 .
84 Dari  beberapa  penelitian    yang  telah  dilakukan  sebelumnya    diketahui  bahwa  di
dalam  ekstrak  sirih  terdapat  beberapa  komponen  penyusun  dan  masing-masing  peneliti mendapatkan komponen aktif yang ada dalam ekstrak tersebut berbeda-beda Tabel 6.5.
Tabel 6.5.  Komponen-komponen penyusun ekstrak sirih yang diperoleh dari peneliti Terdahulu.
No Komponen
Peneliti 1
2 3
4 5
6 1
Asam stearat v
v 2
Kavikol Hidroksikavikol v
v v
3 Heksadekanoat Palmitat
v v
v 4
Kavibetol v
5 Linalool
v 6
z-3- heksenal v
7 fenol
v 8
Sineol v
9 Kadinen
v 10
meton v
11 O –alifenol
v 12
2-metoksi-4-1-propenil fenol v
13 Eugenol metil eugenol
v v
v v
14 Eugenil asetat
v 15
Safrol v
16 Alilpirokatekol
v v
17 Kariofilen   , isokariofilen; trans ß
kariofilen v
v 18
Kopana v
85 Tabel 6.5.  Komponen-komponen penyusun ekstrak sirih yang diperoleh dari peneliti
Terdahulu Lanjutan
No Komponen
Peneliti 1
2 3
4 5
6 19
Bisiklo-7,2- O undek -4-en-4-11-11- trimetil-8- metilen
v 20
ß – elemen v
21 Silen   , ß – silen
v 22.
Amorfen v
23 Fitol
v Keterangan:
1  :  Nalina dan Rahim,   2007   pelarut air, pemanasan;
2  : 3  :
4  : 5  :
6  : Solsoloy et al 2001 destilasi;
Suriyaphan,  2003 pelarut kloroform, destilasi; Mohottalage et al   2006 destilasi;
Harapini et al  1996 destilasi ; Suliantari , 2006 pelarut etanol.
Dari  Tabel  6.5.  dapat  diketahui  bahwa  untuk  mendapatkan  ekstrak  tersebut, masing-masing peneliti menggunakan cara ekstraksi dan pelarut  yang berbeda. Harapini
et  al  1996  yang  menggunakan  dengan  cara  destilas  menemukan  adanya  komponen- komponen  seperti    linalool;  -  alilfenol;  metil  eugenol;  isokariofilen;  -kariofilen;
kopana; elemen,
-farnesen;  biisiklo-7,2  –undek-4  en-4-11-11  trimetil-8-metilen. Sementara Suriyaphan 2003, yang menggunakan pelarut kloroform menemukan adanya
kavibetol dan linalooli dalam ekstrak sirih. Faktor  lain  yang  juga  berpengaruh  pada  perbedaan  komponen  yang  berhasil
diidentifikasi dari suatu contoh adalah faktor lingkungan.  Menurut Alipieva et al 2003, adanya perbedaan lokasi contoh akan berpengaruh pada komponen penyusun dari contoh.
Hasil  penelitian  dari  Lu    HM  et  al  2006  terhadap    dua  tanaman  Houttuynia  sp  yang diperoleh  dari  tempat  yang  berbeda  ternyata    dari  hasil  analisis  GC-MS  ekstrak  dari
tanaman tersebut komponen aktif yang teridentifikasi berbeda.
86 Dari  hasil  penelitian  ini,  komponen-komponen  dalam  ekstrak  sirih  tersebut
mempunyai  aktivitas  antibakteri.  Menurut    Duke  2002,    komponen  dalam  daun  sirih yang  mempunyai  aktivitas  antimikroba  adalah  eugenol,    tanin,  karvakrol,  kariofilen,  p-
simen  dan  asam  askorbat.    Dari  penelitian  Nalina  dan  Rahim  2007  diketahui  bahwa ekstrak  sirih  mengandung  hidroksikavibetol  yang  mempunyai  aktivitas  menghambat
pertumbuhan bakteri.  Selain itu ditemukan juga adanya   asam seperti  asam stearat dan palmitat yang juga dapat menghambat pertumbuhan mikroba. Dalam daun sirih terdapat
komponen  aktif    hidroksikavikol  dengan  spektrum  penghambatan    yang  luas  terhadap bakteri  patogen  seperti  Raistonia,  Xanthomonas  dan  Erwinia  FFTC,  2003.      Hasil
peneltian  Naidu  2000,  kayu  manis  mengandung    eugenol  dan  fenol  yang  mempunyai kemampuan  menghambat  pertumbuhan  mikroba.  Dari  hasil  penelitian  yang  dilakukan
oleh  Dilika  et  al    2000,    asam  oleat    yang  diperoleh  dari  fraksi  diklorometan    dari ekstrak  daun  Helichrysum  pedunculatum  aktif  menghambat  pertumbuhan  bakteri  gram
positif.    Asam  oleat  bersifat  bakterisidal  terhadap  beberapa  bakteri  patogen  dan pembusuk  karkas  ayam  boiler    dan  pada  konsentrasi  10    dapat  mereduksi  jumlah
bakteri  aerobik,  Enterobacteriaceae,  Enterococcus  dan  Campylobacter  sp  yang  terdapat pada karkas ayam boiler  Hinton dan Ingram, 2000.
SIMPULAN
Dari  ekstrak  etanol  sirih  hijau  diperoleh  17  fraksi    dan  tidak  semua  fraksi  mampu menghambat pertumbuhan bakteri uji.  Dari ke 17 fraksi tersebut yang dapat menghambat
ke enam bakteri uji hanya fraksi 1, 2, 3, 4 dan 14  dengan diameter penghambatan  antara 10 mm sampai  27 mm.   Dari ke enam bakteri uji  yang digunakan, bakteri  yang efektif
dihambat oleh fraksi- fraksi  sirih hijau berturut-turut  dari yang tertinggi rendah berturut- turut  adalah  B. cereus, S. aureus,  P. aeruginosa,  S. Typhimurium, L. monocytogenes
dan E. coli.  Analisis dengan GC-MS, diketahui bahwa dalam ekstrak etanol sirih terdapat komponen-komponen seperti kavikol, eugenol,  trans   kariofilen;    silen ;    amorfen;
palmitat dan fitol.  Komponen penyusun fraksi 3  dan fraksi 4 adalah  kavikol; miristat; dodekanoat; palmitat dan  oleat.
87
DAFTAR PUSTAKA
Alipieva  et  al.    2003.    Comparative  Analysis  of  the  Composition  of  Flower  Volatiles from  Lamium  L  species  and    Lamiatstrum  galeobdolan  Heist.  Ex.  Fabr.  Z.
Naturforsch. 58C : 779-782. Chou C.C dan Yu R.C.   1985.  Effect of Piper  betle  L  and  Its Extracts on The Growth
And Aflatoxin Production by Aspergillus parasiticus.  Proc. Natl Sci Coune Repub China  B.    8  1:  30-35.    httpw.w.w.  ncbi.nlm.nih.goventrezquery.fcgi?cmd-
retievedbList_uids-6531413dopt-Abstract.
Cowan M.M.  1999.  Plant Product as Antimicrobial Agents.  J, Microbiology Reviews. 12 4 : 564-582.
Dilika F.,  P. D. Bremmer  dan J. J. Meyer.  2000.  Antibacterial activity of linoleic and oleic  acids  isolated  from  Helichrysum  pedunculatum  :  A  Plant  Used  during
Circumcision Rites.  Fitoperapia.  71 4: 450-452 Duke  S.      2002.    Phytochemical  and  ethnobotanical    Database.    Http  www.  dr.duke’s.
phytochemical and database com.  2182002. Elgayyar  M.;  F.  A.  Draughon  ,  D.  A.  Golden  dan  J.  R.  Mount.    2000.  Antimicrobial
activity  of  essential  oils  from  plants  against  selected  pathogenic  and  saprophytic microorganisms.  J. of Food Protection 64 2: 1019-1024.
Food and  Fertilizer Technology  Center  FFTC.   2003.  Antibacterial  Property  of  Piper betle L.  FFTC Resaerch Highlights.  Maret 2003.    Taipei, Taiwan ROC.
Garriga  M,  H.  M.  Aymerich  dan  Monfort  J.  M.    1993.    Bacteriocinogenic  Activity  of Lactobacilli from Fermentor Sausages.  J. Appl Bacteria 75: 142-148.
Harapini M;  A.  Agusta  dan  R. D. Rahayu 1996.  Analisis komponen kimia minyak atsiri dari dua macam sirih daun kuning dan hijau.  Prosiding Simposium Nasional
I Tumbuhan Obat dan Aromatika.  Bogor 10-12 Oktober 1995. Hinton  A  dan  Ingram.  K.  D.    2000.    Use  of  Oleic  Acid  to  Reduce  the  Population  of
Bacterial Flora of Poultry  Skin.  J. Food Protection 63 9: 1282-1286. Jawetz E, Melnick J dan Adelberg E.  1996.  Medical Microbiology.  Appleton  Large.
San Fransisco
88 Jenie B. S. L. et al .  2001.  Antimicrobial Activity of Piper betle Linn Extract Towards
Foodborne Pathogens and Spoilage Microorganisms.  Httpift. Confex.com  ift 2001  technoprogram  paper.9068. htm.
Lu HM et al.  2006.  Variation in Chemical Composition and Antibacterial Activities of Essential oils from Two Species of Houttuynia  Thunb.
Mohottalage  S.,  R.  Tabacchi  dan  P.  M.  Guerin.    2006.    Components  from  Srilankan Piper betle L. Leaf Oil and their Analogies Showing Toxicity against the Housefly,
Musa domestica.   Research Article.  University of Neuchatel,  Switzerland. Nalina  T  dan  Z.H.  A.    2007.    The  Crude  Aqueous  Extract  of  Piper  betle  Linn  and  its
Antibacterial  Effect  Toward  Streptococcus  mutans.    American  Journal  of Biotechnology and Biochemistry 3 1: 10-15.
Naidu  A. S.  2000.  Natural Food Antimicrobial Systems.  CRC Press.  London. Pepeljnjak  S.,  Z.  Kalodera  dan  M.  Zovko.    2005.    Antimicrobial  Fctivity  of  flavonoid
from Pelargonium radula Cav. L’Herit.  Acta Pharm 55 2005: 431-435. Sarac N dan A. Ugur.  2007.   Antimicrobial Activities and Usage in Folkloric Medicine
of some  Lamiaceae Species growing in Mugla, Turkey.  EurAsia J. of Biosciences 4, 28-37.
Suriyaphan    O.    2003.    Identification  of  Key  Aroma  Component  of  Piper  betle  Linn. Leaf.
http:ift.confex.comift2003technoprogrampaper  18487.htm .    15  Juni
2007. Shitut S., Pandit V dan Metha B. K.  2003.  The Antimicrobial Efficiency of Piper betle
Leaf stalk against Human Pathogenic Bacteria and Phytopathogenis Fungi.  Centeur J. Public Health  Agu 7 3: 137- 139.  Abstrak
Suteja  L  dan    Agustina.    1994.    Ekstraksi  dan  Fraksinasi  Komponen  Bioaktif Antimikroba dalam Biji dan Daun Lada.  JKTI, Vol 4- No. 2.  Desember.  1994.
Yang  J.N. dan   C.C. Chou.  1997.  Antimicrobial Activity of various Solvent Extracts of Betel Quid Ingredients.  Food Science, Taiwan; 24 5 : 497-505.
VII.  PEMBAHASAN UMUM