AKTIVITAS ANTIBAKTERI FRAKSI-FRAKSI EKSTRAK

VI. AKTIVITAS ANTIBAKTERI FRAKSI-FRAKSI EKSTRAK

SIRIH HIJAU Piper betle Linn TERHADAP PATOGEN PANGAN ABSTRAK Fraksinasi ekstrak etanol sirih hijau Piper betle Linn dengan kromatografi kolom pada silika gel dengan eluen kloroform: etanol dan asam asetat menghasilkan 17 fraksi yang umumnya mempunyai aktivitas antibakteri terhadap semua bakteri uji Escherichia coli, Salmonella Typhimurium, Pseudomonas aeruginosa, Staphylococcus aureus, Bacillus cereus dan Listeria monocytogenes. Diantara bakteri uji yang digunakan, fraksi-fraksi sirih tersebut paling efektif menghambat Salmonella Typhimurium dengan diameter penghambatan sekitar 10 mm sampai 26 mm. Hasil analisis GC-MS menunjukkan bahwa ekstrak etanol sirih mengandung kavikol, eugenol, trans –kariofilen , silen, amorfen; palmitat dan fitol. Senyawa-senyawa yang ditemukan pada fraksi 3 dan fraksi 4 adalah kavikol; asam dodekanoat; miristat; palmitat dan oleat. PENDAHULUAN Ekstrak sirih Piper betle Linn mengandung beberapa komponen aktif yang diduga mempunyai aktivitas antibakteri , diantaranya adalah kavikol, fenol, eugenol, karyofilen, humulen, amorfen, naftalen, kopaen, germakren, dan silen. Harapini et. al 1996 menduga senyawa yang berperan sebagai antimikroba adalah fenolik. Penelitian pemanfaatan bahan-bahan alami dari tumbuh-tumbuhan sebagai bahan antimikroba telah banyak dilakukan diantaranya ekstrak sirih sebagai bahan antimikroba dan fungisida yang dilakukan oleh Jenie et al 2001; Yang dan Chou 1997, Shitut et al 1999 dan Chou dan Yu 1984. Menurut Yang dan Chou 1997, dalam daun sirih terdapat eugenol dan hidroksikavikol yang mempunyai aktivitas antimikroba. Menurut Jenie et al 2001 dan Duke 2002, dalam daun sirih dapat ditemukan adanya bahan 77 kimia yang mempunyai aktivitas antibakteri yaitu: kavikol, kavibetol, tanin, eugenol, karvakrol, kariofilen dan asam askorbat. Selain hidroksikavikol, dalam daun sirih juga terdapat asam stearat dan palmitat, yang mempunyai aktivitas antimikroba Nalina dan Rahim, 2007 . Dari penelitian-penelitian tentang sirih yang telah dilakukan oleh peneliti sebelumnya belum diperoleh data yang pasti mengenai fraksi-fraksi sirih yang mempunyai aktivitas antibakteri yang kuat dan identifikasi komponen antibakteri tersebut. Dalam penelitian ini akan dikaji lebih lanjut mengenai aktivitas antibakteri dari fraksi-fraksi yang terdapat dalam ekstrak etanol sirih hijau serta identifikasi komponen volatil yang ada dalam fraksi tersebut. BAHAN DAN METODE Bahan dan Kultur Bakteri Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah ekstrak etanol daun sirih hijau. Bakteri uji yang digunakan adalah Bacillus cereus FNCC 057, Staphylococcus aureus, FNCC 047 Listeria monocytogenes FNCC 0156, Pseudomonas aeruginosa FNCC 063 dan Salmonella Typhimurium FNCC 0734 yang diperoleh dari Pusat Antar Universitas Pangan dan Gizi UGM; Escherichia coli ATCC yang diperoleh dari Laboratorium Mikrobiologi Seafast South East Asia Food and Agricultural Science and Technology Center IPB. Bakteri-bakteri tersebut ditumbuhkan ke dalam tabung reaksi yang berisi media agar miring Nutrien agar NA dan sebelum dipergunakan kultur- kultur bakteri tersebut disimpan pada suhu rendah 10 C . Metode Fraksinasi ekstrak sirih Sutedja dan Agustina, 1994 Fraksinasi ekstrak etanol sirih dilakukan dengan cara elusi pada kromatografi Kolom. Sebanyak 30 gram silika gel dibuat bubur dengan menambahkan kloroform kemudian bubur kloroform tersebut dimasukkan ke dalam corong gelas dengan diameter 78 2.5 cm dan panjang 30 cm, pelarut dialirkan sehingga diperoleh adsorben silika dan dibiarkan semalam. Selanjutnya ke dalam kolom tersebut ditambahkan ekstrak sirih, kemudian kolom di elusi dengan campuran eluent terpilih yang diperoleh dari hasil penelitian KLT yang menghasilkan spot terbanyak yaitu campuran kloroform, etanol dan asam asetat dengan perbandingan 4 : 1: 1. Fraksi-fraksi yang diperoleh kemudian diuapkan dan dihilangkan pelarutnya menggunakan gas N2. Volume awal fraksi yang diperoleh sebanyak 10 ml, setelah diuapkan volume fraksi yang diperoleh disamakan yaitu 3 ml. Persiapan bakteri uji Bakteri uji yang digunakan untuk pengujian aktivitas antibakteri dari ekstrak terpilih adalah Staphylococcus aureus , Escherichia coli, B. cereus, Salmonella typhimurium, Listeria monocytogenes dan Pseudomonas aeruginosa. Sebelum dipergunakan bakteri-bakteri uji yang telah ditumbuhkan dalam media agar miring NA dan disimpan pada suhu 10 C tersebut terlebih dahulu disegarkan dalam media cair Nutrient broth NB dan diinkubasikan selama 24 jam pada suhu 37 C. Pengujian aktivitas antibakteri Garriga et al 1993 Kemampuan aktivitas antibakteri fraksi-fraksi ekstrak sirih hijau diuji terhadap enam jenis bakteri meliputi Gram positif dan Gram negatif seperti Bacilus cereus, Staphylococcus aureus, Listeria monocytogenes, Escherichia coli, Salmonella Typhimurium dan Pseudomonas aeruginosa. Sebelum dipergunakan isolat bakteri disegarkan terlebih dahulu dalam media cair Nutrient broth NB selama 24 jam. Pengujian aktivitas antibakteri dilakukan dengan menggunakan metode difusi sumur dengan mengukur diameter penghambatan dari ekstrak tersebut terhadap masing- masing bakteri uji. Media nutrient agar 25 ml yang mengandung bakteri uji sebanyak 10 7 CFUml dituangkan ke dalam cawan petri steril dan dibiarkan membeku. Setelah membeku, kemudian pada media tersebut dibuat lubang-lubang atau sumur dengan diameter 6 mm. Ke dalam lubang tersebut dimasukkan 50µl masing-masing fraksi 79 ekstrak sirih hijau yang diperoleh. Selanjutnya cawan diinkubasikan dalam inkubator suhu 37 C selama 24 – 48 jam. Analisis GC-MS Analisis dengan GC-MS dilakukan terhadap ekstrak etanol siirih hijau dan fraksi ekstrak sirih hijau dengan daya hambat terkuat fraksi 3 dan 4 dianalisis lebih lanjut dengan GC-MS Gas Chromatography Mass Spectrofotometri GCMS-QP 5050a yang sudah diprogram. Contoh 0.2 µl disuntikkan pada GC-MS kondisi alat telah diprogram dengan spesifikasi sebagai berikut: Kolom yang dipergunakan adalah kolom DB 17; gas pembawa Helium; suhu awal 50 C ditahan selama 5 menit, suhu akhir 250 C dengan laju kenaikan suhu 4 C per menit; tekanan 40-45 Kpa; suhu interface 230 C dengan energi ionisasi 120 Kvkisaran masa 33-400. Identifikasi komponen dilakukan dengan mengacu pada pustaka Wiley 229 dan National Institute Standards and Technology NIST 62. HASIL DAN PEMBAHASAN Aktivitas antibakteri fraksi sirih Dengan menggunakan cara elusi kromatografi kolom dari ekstrak etanol sirih hijau telah diperoleh sebanyak 17 fraksi. Pada umumnya semua fraksi tersebut mampu menghambat pertumbuhan satu atau beberapa bakteri uji dengan diameter penghambatan berkisar antara 10 mm sampai dengan 27 mm Tabel 6.1. Kemampuan penghambatan dari fraksi –fraksi sirih berbeda untuk masing-masing bakteri uji karena ada fraksi tertentu yang tidak mampu menghambat pertumbuhan bakteri diameter penghambatan 0 mm yaitu fraksi 5 sampai fraksi 17 kecuali fraksi 14. Dari data diameter penghambatan yang diperoleh Tabel 6.1, kemampuan menghambat fraksi 1 dan fraksi 2 terhadap bakteri Gram positif lebih tinggi dari pada bakteri Gram negatif. Fraksi 3 mempunyai kemampuan menghambat yang sama antara bakteri Gram positif dan Gram negatif sedangkan fraksi 4 kemampuan menghambat 80 pertumbuhan bakteri Gram negatif lebih tinggi dari bakteri Gram positif. Terhadap S. Typhimurium, semua fraksi-fraksi yang diperoleh efektif menghambat pertumbuhan bakteri tersebut. Diameter penghambatan terendah adalah pada fraksi 5, 6, 7 dan fraksi 17 sedangkan fraksi yang mempunyai kemampuan menghambat tertinggi untuk S. Typhimurium adalah fraksi 3 dan fraksi 4. Tabel 6.1. Kemampuan fraksi-fraksi sirih dalam menghambat pertumbuhan bakteri uji Fraksi Rata-rata diameter penghambatan mm St Pa Bc Ec Sa Lm 1 21 19.3 23 16 22.7 19.6 2 18 20.3 25.3 17 22 20.3 3 23 20 26.7 26 23 17.3 4 26 26.6 25.3 25.6 23 12 5 10.6 15 12.3 13.6 6 10 11 11 10 10 7 10.6 10.1 15.3 11.3 10 8 15.3 17.3 9 15 10 14 12 11 11 20 12 11 12 19.6 21 23 14 10.3 13 18 25.3 11.7 14.7 10 14 14 21.7 18 15 11.3 10.3 15 16.7 21.3 12.7 12 16 18 21 17 11 13.3 19.3 14.3 Keterangan: 0: Tdak ada kemampuan menghambat diameter penghambatan 0 mm St : S. Typhimurium Pa: P. aeruginosa Bc : B. cereus Ec : E. coli Sa: S. aureus Lm : L. Monocytogenes. 81 Terhadap bakteri uji yang lainnya seperti B. cereus, E. coli; S. aureus; P. aeruginosa dan L. monocytogenes ada beberapa fraksi yang tidak mampu menghambat pertumbuhan bakteri-bakteri tersebut. Seperti misalnya fraksi 5, fraksi tersebut mampu menghambat pertumbuhan beberapa bakteri uji yang digunakan kecuali terhadap E. coli dan S. aureus; fraksi 6 tidak mampu menghambat pertumbuhan bakteri S. aureus ; fraksi 7 menghambat semua bakteri uji kecuali terhadap P. aeruginosa sedangkan fraksi 9 hanya efektif menghambat pertumbuhan S. Typhimurium. Kemampuan menghambat dari fraksi 1,2,3 dan fraksi 4 terhadap bakteri S. aureus dapat dilihat pada Gambar 6.1. Kemampuan menghambat dari fraksi-fraksi etanol sirih terhadap bakteri-bakteri uji secara umum lebih kuat bila dibandingkan dengan kemampuan menghambat dari ekstrak kasar etanol sirih. Ekstrak kasar etanol sirih mempunyai kemampuan pertumbuhan S. aureus 24 mm, E. coli 14 mm, S. Typhimurium 19.8 mm, 16.8 mm B. cereus; 16.9 mm P. aeruginosa dan 16.6 mm untuk L. monocytogenes. Gambar 6.1 . Kemampuan Fraksi sirih menghambat pertumbuhan S. aureus Keterangan : 1: fraksi 1; 2 : fraksi 2; 3 : fraksi 3; 4 : fraksi 4 Dengan uji statistik lebih lanjut Lampiran 9; 9.1; 9.3 , aktivitas antibakteri dari fraksi 1, 2, 3 dan 4 terhadap pertumbuhan E. coli; S. Typhimurium dan L. monocytogenes memberikan perbedaan yang nyata p 0.5. Daya hambat dari fraksi 1 1 3 2 4 82 terhadap pertumbuhan S. aureus Lampiran 9.2 memberikan perbedaan yang nyata sedangkan aktivitas antibakteri dari fraksi 2,3 dan 4 tidak berbeda nyata p 0.5. Kemampuan menghambat dari fraksi 1 dan 3 terhadap pertumbuhan B. cereus Lampiran 9.4 memberikan perbedaan yang nyata p 0.5 sedangkan fraksi 2 dan 4 tidak memberikan perbedaan yang nyata. Untuk bakteri P. aeruginosa, dengan uji statistik Lampiran 9.5 kemampuan menghambat pertumbuhan bakteri fraksi 1 dan 4 memberikan perbedaan yang nyata sedangkan kemampuan menghambat fraksi 2 dan 3 tidak memberikan perbedaan yang nyata p 0.5. Perbedaan kemampuan menghambat dari masing-masing fraksi ini diduga mungkin disebabkan karena adanya kandungan senyawa kimia yang berbeda dari masing-masing fraksi tersebut. Hasil ini sesuai dengan pendapat dari Naidu 2000, yaitu bahwa aktivitas antimikroba dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya adalah komposisi kimia. Senyawa antrakuinon yang diperoleh dari tanaman Cassia italica bersifat bakterisidal terhadap P. pseudomalliae dan bersifat bakteristatik terhadap B. antthracis; Corynebacterium pseudodiphthericum dan P. aeruginosa Cowan, 1999. Eugenol yang merupakan komponen penyusun dari minyak esensial cardamon kapulaga lebih efektif menghambat bakteri B. subtilis dan S. aureus bila dibandingkan terhadap E. coli. Dari penelitian Pepeljnajk et al 2005 diperoleh hasil bahwa 2 fraksi flavonoid F1 dan F2 yang diperoleh dari tanaman Pelargonium radula mempunyai aktivitas antimikroba yang berbeda. Staphylococcus sp koagulase negatif dan Candida lusitaniae dihambat kuat oleh fraksi F1 sedangkan F2 hanya menghambat pertumbuhan Fusarium gramineum. Identifikasi Komponen aktif ekstrak dan fraksi-fraksi ekstrak sirih. Identifikasi komponen aktif dilakukan terhadap ekstrak sirih dan fraksi-fraksi ekstrak sirih hijau yang mempunyai kemampuan menghambat yang tinggi terhadap semua bakteri uji khususnya fraksi 3 dan fraksi 4. Dengan menggunakan GC-MS dapat diketahui bahwa ekstrak sirih Tabel 6.2 mengandung komponen-komponen seperti kavikol, eugenol, trans –karyofilen , silen, amorfen; palmitat dan fitol. Sedangkan dari fraksi 3 dan fraksi 4 Tabel 6.3 83 dan Tabel 6.4 diketemukan adanya senyawa kavikol; asam dodekanoat; miristat; palmitat dan oleat. Tabel 6.2. Waktu retensi dan identifikasi komponen penyusun ekstrak sirih No Waktu retensi Komponen 1. 10.517 Kavikol 2. 12.367 eugenol 3 13.075 Trans kariofilen 4. 13.850 - amorfen 5. 14.208 -silen 6. 19.900 Asam palmitat 7 21.467 fitol Tabel 6.3. Waktu retensi dan identifikasi komponen penyusun fraksi 3. No Waktu retensi Komponen 1. 14.475 Kavikol 2 20.083 Asam dodekanoat 3 23.150 Asam miristat 4 26.025 Asam palmitat 5. 28.358 Asam oleat Tabel 6.4. Waktu retensi dan identifikasi komponen penyusun fraksi 4. No Waktu retensi Komponen 1. 14.492 kavikol 2 20.017 Asam dodekanoat 3 23.117 Asam miristat 4. 26.000 Asam palmitat 5. 28.358 Asam oleat Kandungan komponen terbesar pada ekstrak etanol sirih adalah kavikol 34.7 yang kemudian berturut-turut amorfen 19 ; silen 17.8 ; fitol 11.3 , palmitat 8.8 ; trans kariofilen 7.1 dan yang terendah adalah eugenol 1.2 . Pada fraksi 3 kandungan komponen dari yang terendah ke tertinggi berturut-turut adalah oleat 8.9 ; kavikol 10.2; asam miristat 16.5 ; palmitat 24.3 dan asam dodekanoat 40.1 Pada fraksi 4, kandungan komponen dari yang terendah ke tertinggi berturut-turut adalah kavikol 8.8 ; asam miristat 10.5 ; palmitat 21.8 ; asam dodekanoat 30.4 dan oleat 28.5 . 84 Dari beberapa penelitian yang telah dilakukan sebelumnya diketahui bahwa di dalam ekstrak sirih terdapat beberapa komponen penyusun dan masing-masing peneliti mendapatkan komponen aktif yang ada dalam ekstrak tersebut berbeda-beda Tabel 6.5. Tabel 6.5. Komponen-komponen penyusun ekstrak sirih yang diperoleh dari peneliti Terdahulu. No Komponen Peneliti 1 2 3 4 5 6 1 Asam stearat v v 2 Kavikol Hidroksikavikol v v v 3 Heksadekanoat Palmitat v v v 4 Kavibetol v 5 Linalool v 6 z-3- heksenal v 7 fenol v 8 Sineol v 9 Kadinen v 10 meton v 11 O –alifenol v 12 2-metoksi-4-1-propenil fenol v 13 Eugenol metil eugenol v v v v 14 Eugenil asetat v 15 Safrol v 16 Alilpirokatekol v v 17 Kariofilen , isokariofilen; trans ß kariofilen v v 18 Kopana v 85 Tabel 6.5. Komponen-komponen penyusun ekstrak sirih yang diperoleh dari peneliti Terdahulu Lanjutan No Komponen Peneliti 1 2 3 4 5 6 19 Bisiklo-7,2- O undek -4-en-4-11-11- trimetil-8- metilen v 20 ß – elemen v 21 Silen , ß – silen v 22. Amorfen v 23 Fitol v Keterangan: 1 : Nalina dan Rahim, 2007 pelarut air, pemanasan; 2 : 3 : 4 : 5 : 6 : Solsoloy et al 2001 destilasi; Suriyaphan, 2003 pelarut kloroform, destilasi; Mohottalage et al 2006 destilasi; Harapini et al 1996 destilasi ; Suliantari , 2006 pelarut etanol. Dari Tabel 6.5. dapat diketahui bahwa untuk mendapatkan ekstrak tersebut, masing-masing peneliti menggunakan cara ekstraksi dan pelarut yang berbeda. Harapini et al 1996 yang menggunakan dengan cara destilas menemukan adanya komponen- komponen seperti linalool; - alilfenol; metil eugenol; isokariofilen; -kariofilen; kopana; elemen, -farnesen; biisiklo-7,2 –undek-4 en-4-11-11 trimetil-8-metilen. Sementara Suriyaphan 2003, yang menggunakan pelarut kloroform menemukan adanya kavibetol dan linalooli dalam ekstrak sirih. Faktor lain yang juga berpengaruh pada perbedaan komponen yang berhasil diidentifikasi dari suatu contoh adalah faktor lingkungan. Menurut Alipieva et al 2003, adanya perbedaan lokasi contoh akan berpengaruh pada komponen penyusun dari contoh. Hasil penelitian dari Lu HM et al 2006 terhadap dua tanaman Houttuynia sp yang diperoleh dari tempat yang berbeda ternyata dari hasil analisis GC-MS ekstrak dari tanaman tersebut komponen aktif yang teridentifikasi berbeda. 86 Dari hasil penelitian ini, komponen-komponen dalam ekstrak sirih tersebut mempunyai aktivitas antibakteri. Menurut Duke 2002, komponen dalam daun sirih yang mempunyai aktivitas antimikroba adalah eugenol, tanin, karvakrol, kariofilen, p- simen dan asam askorbat. Dari penelitian Nalina dan Rahim 2007 diketahui bahwa ekstrak sirih mengandung hidroksikavibetol yang mempunyai aktivitas menghambat pertumbuhan bakteri. Selain itu ditemukan juga adanya asam seperti asam stearat dan palmitat yang juga dapat menghambat pertumbuhan mikroba. Dalam daun sirih terdapat komponen aktif hidroksikavikol dengan spektrum penghambatan yang luas terhadap bakteri patogen seperti Raistonia, Xanthomonas dan Erwinia FFTC, 2003. Hasil peneltian Naidu 2000, kayu manis mengandung eugenol dan fenol yang mempunyai kemampuan menghambat pertumbuhan mikroba. Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Dilika et al 2000, asam oleat yang diperoleh dari fraksi diklorometan dari ekstrak daun Helichrysum pedunculatum aktif menghambat pertumbuhan bakteri gram positif. Asam oleat bersifat bakterisidal terhadap beberapa bakteri patogen dan pembusuk karkas ayam boiler dan pada konsentrasi 10 dapat mereduksi jumlah bakteri aerobik, Enterobacteriaceae, Enterococcus dan Campylobacter sp yang terdapat pada karkas ayam boiler Hinton dan Ingram, 2000. SIMPULAN Dari ekstrak etanol sirih hijau diperoleh 17 fraksi dan tidak semua fraksi mampu menghambat pertumbuhan bakteri uji. Dari ke 17 fraksi tersebut yang dapat menghambat ke enam bakteri uji hanya fraksi 1, 2, 3, 4 dan 14 dengan diameter penghambatan antara 10 mm sampai 27 mm. Dari ke enam bakteri uji yang digunakan, bakteri yang efektif dihambat oleh fraksi- fraksi sirih hijau berturut-turut dari yang tertinggi rendah berturut- turut adalah B. cereus, S. aureus, P. aeruginosa, S. Typhimurium, L. monocytogenes dan E. coli. Analisis dengan GC-MS, diketahui bahwa dalam ekstrak etanol sirih terdapat komponen-komponen seperti kavikol, eugenol, trans kariofilen; silen ; amorfen; palmitat dan fitol. Komponen penyusun fraksi 3 dan fraksi 4 adalah kavikol; miristat; dodekanoat; palmitat dan oleat. 87 DAFTAR PUSTAKA Alipieva et al. 2003. Comparative Analysis of the Composition of Flower Volatiles from Lamium L species and Lamiatstrum galeobdolan Heist. Ex. Fabr. Z. Naturforsch. 58C : 779-782. Chou C.C dan Yu R.C. 1985. Effect of Piper betle L and Its Extracts on The Growth And Aflatoxin Production by Aspergillus parasiticus. Proc. Natl Sci Coune Repub China B. 8 1: 30-35. httpw.w.w. ncbi.nlm.nih.goventrezquery.fcgi?cmd- retievedbList_uids-6531413dopt-Abstract. Cowan M.M. 1999. Plant Product as Antimicrobial Agents. J, Microbiology Reviews. 12 4 : 564-582. Dilika F., P. D. Bremmer dan J. J. Meyer. 2000. Antibacterial activity of linoleic and oleic acids isolated from Helichrysum pedunculatum : A Plant Used during Circumcision Rites. Fitoperapia. 71 4: 450-452 Duke S. 2002. Phytochemical and ethnobotanical Database. Http www. dr.duke’s. phytochemical and database com. 2182002. Elgayyar M.; F. A. Draughon , D. A. Golden dan J. R. Mount. 2000. Antimicrobial activity of essential oils from plants against selected pathogenic and saprophytic microorganisms. J. of Food Protection 64 2: 1019-1024. Food and Fertilizer Technology Center FFTC. 2003. Antibacterial Property of Piper betle L. FFTC Resaerch Highlights. Maret 2003. Taipei, Taiwan ROC. Garriga M, H. M. Aymerich dan Monfort J. M. 1993. Bacteriocinogenic Activity of Lactobacilli from Fermentor Sausages. J. Appl Bacteria 75: 142-148. Harapini M; A. Agusta dan R. D. Rahayu 1996. Analisis komponen kimia minyak atsiri dari dua macam sirih daun kuning dan hijau. Prosiding Simposium Nasional I Tumbuhan Obat dan Aromatika. Bogor 10-12 Oktober 1995. Hinton A dan Ingram. K. D. 2000. Use of Oleic Acid to Reduce the Population of Bacterial Flora of Poultry Skin. J. Food Protection 63 9: 1282-1286. Jawetz E, Melnick J dan Adelberg E. 1996. Medical Microbiology. Appleton Large. San Fransisco 88 Jenie B. S. L. et al . 2001. Antimicrobial Activity of Piper betle Linn Extract Towards Foodborne Pathogens and Spoilage Microorganisms. Httpift. Confex.com ift 2001 technoprogram paper.9068. htm. Lu HM et al. 2006. Variation in Chemical Composition and Antibacterial Activities of Essential oils from Two Species of Houttuynia Thunb. Mohottalage S., R. Tabacchi dan P. M. Guerin. 2006. Components from Srilankan Piper betle L. Leaf Oil and their Analogies Showing Toxicity against the Housefly, Musa domestica. Research Article. University of Neuchatel, Switzerland. Nalina T dan Z.H. A. 2007. The Crude Aqueous Extract of Piper betle Linn and its Antibacterial Effect Toward Streptococcus mutans. American Journal of Biotechnology and Biochemistry 3 1: 10-15. Naidu A. S. 2000. Natural Food Antimicrobial Systems. CRC Press. London. Pepeljnjak S., Z. Kalodera dan M. Zovko. 2005. Antimicrobial Fctivity of flavonoid from Pelargonium radula Cav. L’Herit. Acta Pharm 55 2005: 431-435. Sarac N dan A. Ugur. 2007. Antimicrobial Activities and Usage in Folkloric Medicine of some Lamiaceae Species growing in Mugla, Turkey. EurAsia J. of Biosciences 4, 28-37. Suriyaphan O. 2003. Identification of Key Aroma Component of Piper betle Linn. Leaf. http:ift.confex.comift2003technoprogrampaper 18487.htm . 15 Juni 2007. Shitut S., Pandit V dan Metha B. K. 2003. The Antimicrobial Efficiency of Piper betle Leaf stalk against Human Pathogenic Bacteria and Phytopathogenis Fungi. Centeur J. Public Health Agu 7 3: 137- 139. Abstrak Suteja L dan Agustina. 1994. Ekstraksi dan Fraksinasi Komponen Bioaktif Antimikroba dalam Biji dan Daun Lada. JKTI, Vol 4- No. 2. Desember. 1994. Yang J.N. dan C.C. Chou. 1997. Antimicrobial Activity of various Solvent Extracts of Betel Quid Ingredients. Food Science, Taiwan; 24 5 : 497-505.

VII. PEMBAHASAN UMUM