10 kemampuan menghambat bakteri E. coli; S. aureus; Salmonella Typhimurium dan
Pseudomonas fluorescense dengan zona penghambatan berkisar antara 2 sampai 20 mm Sugiastuti, 2002.
Penerapan ekstrak sirih pada sistem pangan telah diteliti dan ternyata minyak atsiri sirih selain mampu memperbaiki kualitas daging ayam selama penyimpanan
Arka, 1994 juga dapat menghambat pertumbuhan bakteri pada daging sapi giling yang disimpan pada suhu refrigerator Sugiastuti, 2002. Penelitian Kusumaningrum
et al 2007, ekstrak sirih hijau sebagai bahan sanitaiser 1:2 bv dengan waktu celup 15 menit dapat mereduksi total mikroba alami potongan karkas ayam sebesar 94 .
D. EKSTRAKSI KOMPONEN BIOAKTIF
Komponen aktif dari tanaman dapat diperoleh dengan berbagai cara, yaitu dengan cara mengekstraksi. Proses ekstraksi dapat dilakukan dengan air panas,
penguapan atau dengan menggunakan pelarut kimia seperti alkohol, petroleum, etil asetat atau pelarut-pelarut yang lainnya tergantung dari jenis komponen aktif yang
akan diekstrak. Pemilihan pelarut merupakan faktor penting pada saat akan mengekstrak dan
menurut Somaatmaja 1981 di dalam Azmi 1991, pelarut harus mempunyai kelarutan yang tinggi, tidak berbahaya dan tidak bersifat racun. Untuk menseleksi
awal kemungkinan tumbuh-tumbuhan mempunyai aktivitas antimikroba maka untuk mengekstraksinya dapat digunakan air, alkohol atau pelarut organik yang lainnya.
Jenis-jenis pelarut yang dapat digunakan untuk memperoleh masing-masing komponan aktif dapat dilihat pada Tabel 2.2.
Biji pinang Areca catechu yang mengandung tanin dan beberapa alkaloid seperti arekolin, guavasin, guakolin dan arekain dengan pelarut air dapat diperoleh ektrak
yang mempunyai daya hambat terhadap S. aureus tetapi tidak menghambat E. coli Masduki, 1996. Dalam penelitiannya untuk menseleksi dan mengisolasi
komponen antimikroba dari tanaman Anthoeleista grandiflora dan Combretum erythrophyllum, Eloff 1998 menggunakan beberapa pelarut diantaranya aseton,
11 etanol, metanol, metilen diklorid, campuran metanol atau kloroform dan air 1:1
ternyata aseton merupakan pelarut yang baik. Tabel 2.2. Jenis-jenis pelarut untuk ekstraksi komponen aktif
No Jenis pelarut
Jenis komponen aktif 1.
Aseton Flavonol
2. Air
Antosianin, pati, tanin, saponin, terpenoid, polipeptida, lektin.
3. Etanol
Tanin, polifenol, poliasetilen, flavonol, terpenoid, sterol, alkaloid, propilis
4. Metanol
Antosianin, terpenoid, saponin, tanin, xantosilin, totarol, kuasinoid, lakton,
flavon, fenon, polifenol
5. Kloroform
Terpenoid, flavonoid 6.
Diklorometanol Terpenoid
7. Eter
Alkaloid, terpenoid, asam lemak, koumarin . Sumber : Cowan. 1999.
Minyak atsiri dari kemangi atau Ocinum basilicum yang mengandung metilkavikol, linalool, eugenol, metil sinamat dan sitrat mempunyai daya antimikroba.
Minyak atsiri tersebut dapat diperoleh dengan menggunakan pelarut etanol 95 Omoreghe et al 1996 atau dengan cara ekstraksi destilasi uap Praptiwi et al 2002.
Sutedja dan Agustina 1994, melakukan ekstraksi secara bertahap terhadap daun dan biji lada dengan menggunakan pelarut yang berbeda kepolarannya. Hasil yang
diperoleh dari penelitiannya ternyata ekstrak air, kloroform dan metanol dari biji lada mempunyai aktivitas antimikroba terhadap S. aureus dan C. albicans sedangkan
ekstrak haksan tidak mempunyai aktivitas antimikroba. Ekstrak dari daun lada tidak mempunyai aktivitas antimikroba.
Komponen aktif dari sirih terdapat dalam minyak atsiri dan kandungannya dipengaruhi oleh umur dan jenis daun. Dari beberapa penelitian untuk memperoleh
komponen aktif dari sirih dapat digunakan beberapa pelarut diantaranya adalah etanol, air, petroleum dan lain-lain.
Ekstraksi dengan menggunakan pelarut alkohol dapat digunakan contoh dalam keadaan kering, teksturnya halus dan kemudian direndam dalam pelarut metanol atau
etanol beberapa waktu, disaring dan dicuci kemudian dikeringkan dengan selanjutnya
12 diencerkan kembali dengan alkohol dan ditentukan konsentrasinya. Sarkar et al
2000 mengekstraksi daun sirih dengan cara merendam irisan daun sirih dalam pelarut etil alkohol 90 selama 20 sampai 30 hari.
Chou dan Yu 1984 menggunakan pelarut kloroform, etanol dan air baik secara sendiri-sendiri atau campuran untuk menguji pengaruh ekstrak daun sirih terhadap
pertumbuhan dan produksi aflatoksin A. parasiticus dan ternyata ekstrak kloroform dan etanol mempunyai aktivtas antimikotik yang lebih baik. Widarto 1990
menggunakan cara penyulingan uap air sistem kohobasi untuk mendapatkan minyak atsiri daun sirih kuning; Harapini et al 1996 menggunakan cara destilasi uap untuk
memperoleh minyak atsiri daun sirih kuning dan hijau. Menurut Yang dan Chou 1997, air dapat digunakan sebagai pelarut tetapi aktivitas antimikrobanya rendah
atau bahkan tidak menghambat mikroba Streptococcus salivarius, S. sanguis, S. mutans, Neisseria sp., Salmonella sp, S. aureus, Yersinia enterocolitica dan L.
monocytogenes. Sukarminah 1997 menggunakan cara destilasi uap dan pelarut etanol untuk memperoleh komponen aktif dari daun sirih baik yang volatil, non volatil
maupun campuran keduanya. Sugiastuti 2002 menggunakan pelarut etanol untuk memperoleh minyak atsiri daun sirih kuning. Shitut et al 1999, untuk mendapatkan
aktivitas antibakteri terhadap bakteri V. cholerae Ogawa, S. aureus, Diplococcus pneumoniae dan Klebsiella aerogenes dari ekstrak sirih digunakan pelarut benzen dan
heksan.
E. MEKANISME PENGHAMBATAN