Menurut Sani 2014:127 Problem Based Learning PBL merupakan pembelajaran yang penyampaiannya dilakukan dengan cara menyajikan suatu
permasalahan, mengajukan pertanyaan-pertanyaan, memfasilitasi penyelidikan, dan membuka dialog. Menurut Arikunto, permasalahan yang dikaji hendaknya
merupakan permasalahan kontekstual yang ditemukan oleh peserta didik dalam kehidupan sehari-hari. Permasalahan harus dipecahkan dengan menerapkan
beberapa konsep dan prinsip yang secara stimultan dipelajari dan tercakup dalam kurikulum mata pelajaran. Sebuah permasalahan umumnya diselesaikan dalam
beberapa kali pertemuan karena merupakan permasalahan multikonsep, bahkan dapat merupakan masalah multidisplin ilmu.
Senada dengan pendapat Sani, Suprijono 2011:70-71 menyatakan bahwa Problem Based Learning PBL dalam hal ini belajar penemuan merupakan model
yeng mendorong peserta didikmenghubungkan pengalaman yang telah dimiliki dengan pengalaman baru yang dihadapi sehingga peserta didik menemukan
prinsip baru. Menurut Suprijono peserta didik dimotovasi menyelesaikan pekerjaannya sampai mereka menemukan jawaban atas permasalahan yang
dihadapi. Peserta didik berusaha belajar mandiri dalam memecahkan problem dengan mengembangkan keterampilan menganalisis dan mengelola informasi.
PBL membantu peserta didik memahami struktur dan ide-ide kunci suatu disiplin.
2.4.2.2 Nilai-Nilai Karakter
Menurut Suyadi 2013:135-137 nilai-nilai karakter yang dapat
ditransmisikan dalam model pembelajaran Problem Based Learning. Nilai sikap
tersebut terdiri dari enam nilai sikap dari 18 nilai sikap yang dicanangkan Kemendikbud yaitu sebagai berikut.
1 Tanggung jawab, mengingat asumsi dasar dibangunnya Problem Based
Learningadalah menyelesaikan masalah, sedangkan orang yang memiliki komitmen menyelesaikan masalah adalah orang yang bertanggung jawab.
Maka nilai karakter inti dalam Problem Based Learning adalah tanggung jawab. Orang yang memiliki tanggung jawab tinggi adalah orang yang
memiliki kepekaan masalah tinggi, sehingga ia mempunyai panggilan jiwa untuk menyelesaikannya.
2 Kerja keras, untuk dapat menyelesaikan masalah, diperlukan kerja keras.
Terlebih penyelesaian masalah secara baik dan elegan, tentunya membutuhkan tenaga ekstra. Baik secara emosional maupun intelektual untuk
menyelesaikannya. 3
Toleransi , penyelesaian masalah yang dikehendaki dalam model Problem Based Learning adalah penyelesaian masalah yang bersifat terbuka. Artinya,
tidak ada penyelesaian masalah yang bersifat tunggal dan paling benar atau paling baik. Sehingga dalam hal ini dibutuhkan sikap toleransi antar peserta
didik untuk dapat menerima solusi dari peserta didi lain, serta tidak memaksakan solusinya kepada peserta didik lain.
4 Mandiri, setiap peserta didik memilikimemiliki permasalahan yang berbeda-
beda, sehingga memerlukan cara pemecahan masalah yang berbeda pula. Bahkan jika masalahnya sama, setiap peserta didik harus bersikap mandiri
dalam menyelesaikan masalahnya. Khususnya masalah yang bersifat
interapersonal, seperti mengatasi rasa malas, memotivasi diri, mengerjakan tugas individu dan sebagainya.
5 Kepedulian lingkungan dan sosial keagamaan, selain setiap peserta didik
menghadapi masalah-masalah individu yang berbeda-beda. Tidak menutup kemungkinan ia juga menghadapi masalah-masalah sosial keagamaan di
lingkungan sekolahnya. Dalam hal ini, penyelesaian ini tidak boleh lagi dihadapi secara mandiri. Namun harus diselesaikan secara berkelompok atau
kerja sama denga teman sejawatnya dan komponen sekolah yang lain. 6
Demokratis, topik-topik pembelajaran dari semua mata pelajaran sering kali membehas tema-temabesar kebangsaaan. Konsekuensinya, guru harus
menyajikan masalah-masalah kenegaraan atau kebangsaan, seperti dekadensi moral bangsa, korupsi, krisisekonomi dan sebagainya. Upaya menyelesaikan
permasalahan ini dapat menumbuhkan sikap cinta tanah air, semangat kebangsaan dan menumbuhkan jiwa nasionalisme.
2.4.2.3 Sintakmatik