negara. Selain itu, untuk memberikan kepastian hukum bagi para pelanggar HAM.
B. Komisi Tindak Pidana Korupsi KPK
Komisi ini dibentuk berdasarkan Pasal 43 Undang-undang No.31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi. Tujuan
pembentukan komisi ini adalah untuk meningkatkan daya guna dan hasil guna terhadap upaya pemberantasan korupsi.
8
Komisi ini bertugas mengkoordinasikan intansi yang berwenang melakukan pemberantasan
tindak pidana korupsi, supervisi terhadap instansi yang melakukan tindak pidana korupsi, melakukan penyelidikan, penyidikan, dan penuntutan
terhadap tindak pidana korupsi, melakukan tindakan-tindakan pencegahan tindak pidana korupsi dan melakukan monitoring terhadap
penyelenggaraan pemerintahan negara
9
. Adapun wewenang KPD adalah: mengkoordinasikan penyidikan,
dan penuntutan tindak pidana korupsi, menetapkan system pelaporan dalam kegiatan pemberantasan tindak pidana korupsi, meminta informasi
tentang kegiatan pemberantasan tindak pidana korupsi kepada instansi yang terkait, melaksanakan dengar pendapat atau pertemuan dengan
instasi yang berwenang melakukan pemberantasan tindak pidana korupsi, dan meminta laporan instansi terkait mengenai pencegahan tindak pidana
korupsi
10
. KPK terdiri dari 5 lima orang pimpinan komisi dan 4 orang tim
penasehat. Pimpinan komisi berstatus sebagai pejabat negara
11
. Pimpinan KPK dipilih oleh DPR RI berdasarkan calon anggota yang
diusulkan oleh Presiden RI. Untuk melancarkan pemilihan dan penentuan calon Pimpinan KPK, pemerintah membentuk panitia seleksi yang
bertugas menyaring calon anggota KPK yang akan diusulkan ke DPR RI.
Sebelum adanya KPK, telah dikeluarkan UU No.28 Tahun 1999 tentang Penyelnggaraan Negara yang Bersih dan Bebas KKN, yang
mengharuskan dibentuknya Komisi Pemeriksa. Untuk itu, dikeluarkanlah PP No.68 Tahun 1999 yang membentuk Komisi Pemeriksa Kekayaan
Penyelenggara Negara KPKPN. Setelah KPK terbentuk, dengan sendirinya KPKPN dibubarkan.
KPK dibentuk sebagai respon tidak efektifnya Kepolisian dan Kejaksaan dalam memberantas korupsi yang semakin merajalela.
Diharapkan dengan adanya KPK dapat mendorong penyelenggaraan Good Governance. Sehingga keberadaan komisi sangat penting, hanya
saya perlu ada koordinasi dengan instansi yang memiliki kewenangan yang serupa.
8
Pasal 4 UU No.30 Tahun 2002 tentang Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi.
9
Pasal 6 UU No.30 Tahun 2002 tentang Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi.
10
Pasal 7 UU No.30 Tahun 2002 tentang Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi.
11
Pasal 21 ayat 1 dan ayat 3 UU No.30 Tahun 2002 tentang Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi.
© TEAM TEACHING KELAS B Halam an 27 dari 35 halam an
C. Komisi Ombudsman Nasional KON