37
1. Validitas Tes
Rumus yang digunakan untuk menguji validitas instrumen adalah rumus korelasi product moment.
=
Σ − Σ Σ
√{ Σ − Σ }{ Σ − Σ
}
.....................................................3.1 Arikunto, 2007 : 72
Kemudian, untuk menguji signifikan hasil korelasi kita gunakan uji-t. Adapun kriteria untuk menentukan signifikan dengan membandingkan nilai
r
hitung
dan  t
tabel
. Jika  r
hitung
r
tabel
,  maka  dapat  kita  simpulkan  bahwa  butir item tersebut valid.
Dari hasil analisis validitas instrumen diperoleh 8 butir soal dinyatakan valid dari 18 soal yang diuji cobakan. Butir soal yang dinyatakan valid yaitu
nomor 3, 7, 9, 10, 12, 13, 16, dan 18. Soal yang dipakai untuk pretest dan posttest berjumlah 6 butir soal.
2. Reliabilitas Tes
Untuk menguji reliabilitas soal digunakan rumus Alpha sebagai berikut:
= [
−
] [ −
∑
��
�
]
Arikunto, 2007 : 109
∑XY  = jumlah perkalian skor item dengan skor total
∑X
2
= jumlah kuadrat skor item ∑Y
2
= jumlah kuadrat skor item Keterangan :
r
XY
= koefisien korelasi antara variabel X dan variabel Y
N     = banyaknya peserta tes ∑X  = jumlah skor item
∑Y  = jumlah skor total
38 dengan,
r
11
: Reliabilitas soal 
i 2
: Jumlah varians semua item k
: banyaknya item soal 
t 2
: Varians total
Kriteria  r
11
r
tabel
, maka instrumen reliabel.
Hasil analisis  yang dilakukan, diketahui bahwa  r
11
= 0,8496 dan r
tabel
product moment untuk k = 18 dengan taraf kepercayaan 5 adalah 0,468.
Dengan demikian r
11
r
tabel
product moment, artinya soal tersebut reliabel.
3. Taraf Kesukaran
Taraf kesukaran butir soal dihitung dengan menggunakan rumus :
� = �
Keterangan : �
= tingkat kesukaran =
ℎ ℎ
� = skor maksimum yang ditetapkan di penskoran.
Arikunto, 2009: 210 Tabel 3.1. Klasifikasi Tingkat Kesukaran
Interval P Kriteria
0,00  P  0,30 Sukar
0,31  P  0,70 Sedang
0,71  P  1,00 Mudah
Arikunto, 2007: 210 Hasil analisis tingkat  kesukaran pada uji coba soal  dapat  dilihat  pada
tabel 3.2 berikut ini.
39 Tabel 3.2 Hasil Analisis Tingkat Kesukaran Uji Coba Soal
4. Daya Pembeda
Daya pembeda butir soal dihitung menggunakan rumus :
� = −
ℎ �
Tabel 3.3. Klasifikasi Daya Pembeda
Interval DP Kriteria
0,71  DP ≤ 1,00 Baik Sekali
0,41  DP ≤ 0,70 Baik
0,21  DP ≤ 0,40 Cukup
0,00  DP ≤ 0,20 Jelek
Arikunto, 2007: 218 Hasil  analisis  daya  pembeda  dari  soal  uji  coba  dapat  dilihat  pada  tabel  3.4
berikut ini. Tabel 3.4. Hasil Analisis Tingkat Daya Pembeda Uji Coba Soal
Setelah analisis instrumen dilakukan  yang meliputi analisis validitas, daya pembeda, tingkat kesukaran dan reliabilitas diperoleh 6 soal yang memenuhi syarat
Kriteria Nomor Soal
Jumlah
Mudah 1-2, 5
3 Sedang
3-4, 6-11, 13- 17 13
Sukar 12, 18
2
Kriteria Nomor Soal
Jumlah Soal
Baik Sekali -
Baik 3, 7, 10
3 Cukup
9, 12-13, 16, 18 5
Kurang 1, 2, 4-6, 8, 11, 14-15, 17
10
40 dari 18 soal yang diuji cobakan. Dengan demikian soal yang digunakan sebagai soal
pretest dan posttest adalah nomor 3, 7, 9, 12, 16, dan 18.
3.6 Angket
3.6.1 Angket Uji Kelayakan
Angket  uji  kelayakan  digunakan  untuk  mengetahui  tingkat  kelayakan  LKS ini  layak  atau  tidak  digunakan  sebagai  alat  bantu  pendamping  guru.  Pengisian
angket  ini  akan  dilakukan  oleh  guru  sebagai  responden.  Kisi –  kisi  angket  uji
kelayakan ditinjau dari dimensi tampilan, bahasa, dan materi.
Sistem  penskoran  menggunakan  skala  Likert.  Skala  Likert  dimodifikasi dengan menggunakan 4 pilihan yang disajikan pada Tabel 3.5 berikut:
Tabel 3.5 Skala Likert pada Angket Uji Kelayakan LKS
Pilihan Skor
Baik 4
Cukup 3
Tidak Baik 2
Sangat Tidak Baik 1
3.6.2 Angket Minat Belajar Fisika dan Tanggapan Siswa
Angket  minat  belajar  fisika  dan  tanggapan  siswa  digunakan  untuk mengetahui minat belajar fisika siswa dan tanggapan siswa selama melaksanakan
kegiatan pembelajaran menggunakan  LKS berbasis pendekatan Problem Solving. Sistem  penskoran  yang  digunakan  menggunakan  skala  Likert.  Skala  Likert
dimodifikasi dengan menggunakan 4 pilihan yang disajikan pada Tabel 3.6 berikut. Sugiyono, 2010:135