Uji Keterbacaan Hasil Belajar Kognitif

50 Hal ini sesuai penelitian Suryadi 2007 yang menyatakan bahwa bahasa merupakan faktor yang penting dalam pengembangan media atau LKS.

4.3 Uji Keterbacaan

Tingkat keterbacaan LKS diukur menggunakan tes rumpang yang diujikan pada 10 orang. Keterbacaan adalah aktivitas membaca secara alamiah dan normal yang dimunculkan dari pengisian bagian yang dihilangkan pada tes rumpang. Berdasarkan analisis data, diperoleh persentase sebesar 79,10 yang artinya LKS berada dalam kriteria mudah dipahami. LKS disusun dengan kalimat yang sederhana namun memperhatikan struktur SPO atau SPOK, sehingga mudah dipahami. Menurut Rosmaini 2009, bacaan yang memiliki tingkat keterbacaan baik akan mempengaruhi pembacanya dalam meningkatkan minat belajar dan daya ingat, menambah efisiensi membaca, serta memelihara kebiasaan membacanya. Skor uji keterbacaan cukup tinggi karena penyajian materi dalam LKS menggunakan bahasa sesuai kemampuan siswa SMA, mudah dipahami, dan memiliki struktur kalimat yang jelas. Selain itu, penulisan materi LKS juga menggunakan jenis dan ukuran huruf yang disesuaikan aturan tipografi. Hal ini sesuai penelitian Suryadi 2007 bahwa tingkat keterbacaan dipengaruhi faktor bahasa dan rupa. Faktor bahasa menyangkut pilihan kata, susunan kalimat, dan unsur tata bahasa yang lain. Faktor rupa menyangkut tata huruf tipografi yang mencakupi jenis dan ukuran huruf, kerapatan baris, dan unsur tata rupa lain.

4.4 Hasil Belajar Kognitif

Hasil belajar kognitif sebelum dan sesudah menggunakan LKS berbasis pendekatan Problem Solving disajikan pada Tabel 4.5. 51 Tabel 4.5 Rata-Rata Hasil Belajar Kognitif Kelas Rata-rata Pretest Rata-rata Postest Hasil Uji gain Kriteria Peningkatan X MIA 1 31,11 71,67 0,59 Sedang Peningkatan hasil belajar kogntitif yang signifikan ini menunjukkan bahwa LKS berbasis pendekatan Problem Solving terbukti efektif meningkatkan hasil belajar siswa. Berdasarkan hasil penelitian Gök Sılay 2010 menunjukkan bahwa penerapan strategi pemecahan masalah dalam pembelajaran dapat meningkatkan hasil belajar kognitif dilihat dari peningkatan prestasi siswa. Hal ini menyebabkan terdapat peningkatan pada jumlah siswa yang mencapai tuntas belajar Fisika. LKS merupakan salah satu faktor yang dapat meningkatkan kemampuan berpikir siswa sehingga menyebabkan hasil belajar meningkat. Hal ini sesuai dengan Asmirani et al. 2013 yang menunjukkan bahwa penggunaan dari pengembangan LKS dapat meningkatkan jumlah siswa yang mencapai tuntas belajar Fisika. Peningkatan hasil belajar ditandai dengan meningkatnya ranah belajar kognitif, psikomotor, dan afektif siswa yang ditandai dengan terdapat perbedaan hasil belajar secara signifikan. Peningkatan hasil belajar karena pembelajaran menggunakan LKS didesain dengan strategi pemecahan masalah. Strategi pemecahan masalah memberikan pengalaman langsung kepada siswa melalui diskusi dan praktikum atau percobaan sederhana sehingga pembelajaran lebih menarik minat dan motivasi yang berdampak pada peningkatan hasil belajar. Hal ini sesuai dengan pernyataan Yulianti Wiyanto 2009: 1-3 bahwa siswa akan lebih mudah menerima pelajaran jika materi disampaikan melalui pengalaman langsung. Memberikan pengalaman langsung pada siswa dalam kerja laboratorium dengan berpendekatan pemecahan masalah juga sangat membantu dalam 52 peningkatan ranah kognitif. Hasil penelitian Gayatri et. al. 2014 menunjukkan bahwa Panduan Kerja Laboratorium yang dikembangkan mampu mengoptimalkan domain kognitif dengan hasil posttest melebihi batas KKM.

4.5 Perkembangan Kemampuan Berpikir Kritis