2.5 Penelitian yang Relevan
Penelitian yang relevan dengan penelitian ini adalah hasil penelitian yang berjudul penerapan model pembelajaran learning cycle 5E dalam pembelajaran
trigonometri untuk meningkatkan hasil belajar siswa kelas IX SMA Anatolian semester 2010-2011. Penelitian tersebut merupakan penelitian eksperimen
dengan disain penelitian berupa randomized pretest-posttest control group design yang bertujuan untuk; 1 Meningkatkan prestasi siswa dalam
pembelajaran Trigonometri; 2 Mengamati pengaruh penggunaan model pembelajaran learning cycle 5E. Kesimpulan yang didapat dari penelitian ini
bahwa hasil belajar dalam pembelajaran Trigonometri kelas eksperimen lebih tinggi daripada kelas kontrol dengan perbedaan yang signifikan Tuna dan
Kacar, 2013: 73. Hasil penelitian Kulsum dan Hindarto 2011: 128 hasil penelitian
menunjukkan bahwa penerapan model Learning Cycle dapat meningkatkan keaktifan siswa. Meningkatnya keaktifan siswa ditunjang dengan meningkatnya
hasil belajar kognitif dan hasil belajar psikomotorik siswa. Berangkat dari hasil penelitian yang relevan, menggunakan model
pembelajaran learning cycle 5E berbatuan modul dalam kompetensi sistem kemudi SMK Texmaco Pemalang. Dengan demikian, diharapkan hasil belajar
peserta didik dapat meningkat.
2.6 Kerangka Berpikir
Pembelajaran kompetensi Teknik Kendaraan Ringan TKR merupakan suatu proses interaksi belajar-mengajar antara siswa dan guru dengan
menggunakan suatu rancangan pembelajaran yang melibatkan segala aspek di dalamnya untuk mencapai tujuan pembelajaran. Pembelajaran Kompetensi
Teknik Kendaraan Ringan TKR khususnya memperbaiki sistem kemudi yang terjadi di SMK Texmaco Pemalang cenderung berpusat pada guru dengan
menerapkan model pembelajaran ekspositori. Dengan pembelajaran seperti ini partisipasi dan keaktifan siswa dalam mengikuti kegiatan belajar belum optimal.
Permasalahan lain yang dihadapi guru adalah rendahnya kemampuan siswa dalam memecahkan masalah. Hal ini semakin terlihat saat siswa melaksanakan
praktek yang membutuhkan penalaran lebih. Hasilnya beberapa siswa saja yang mampu menyelesaikan praktek tersebut dengan runtun dan benar, sedangkan
yang lain masih merasa kesulitan dalam melaksanankan praktek tersebut. Salah satu alternatif yang dapat dilakukan untuk mengatasi permasalahan
tersebut adalah dengan menerapkan model pembelajaran learning cycle 5E. Model
pembelajaran ini
menerapkan lima
tahapan dalam
proses pembelajarannya, yakni engagement, exploration, explanation, elaboration dan
evaluation. Melalui penerapan model learning cycle 5E, siswa diberi
kesempatan untuk mengkonstruksi pengetahuan mereka sendiri, bekerja sama dengan siswalain untuk memahami konsep, menjelaskan konsep dengan kata-
kata mereka sendiri, serta mengaplikasikan konsep yang telah mereka peroleh agar terjadi pembelajaran yang lebih efektif. Dalam pelaksanaannya, peran guru
adalah sebagai fasilitator proses pembelajaran. Selain itu, belajar akan lebih efektif jika dibantu dengan modul, daripada siswa belajar tanpa dibantu dengan
alat pembelajaran. Modul berperan menuntun siswa agar dapat belajar secara terstruktur.
Modul juga dapat digunakan sebagai pedoman dalam menggali pengalaman belajar mandiri bagi siswa. Siswa diharapkan termotivasi untuk belajar mandiri
sehingga siswa dapat sering terlatih untuk memahami dan mengolah pemikiranya.
Perpaduan model pembelajaran learning cycle 5E disertai modul yang sesuai dengan tujuan pembelajaran dalam proses pembelajaran diharapkan dapat
meningkatkan hasil belajar. Karena dengan learning cycle 5E siswa akan lebih aktif untuk mengkonstruksi pengetahuan baru dan menemukan serta memahami
konsep melalui modul. Hal itu bertujuan agar konsep yang diperoleh tidak cepat hilang dan menjadi pembelajaran bermakna, sehingga siswa dapat termotivasi
agar mau belajar guna mempertinggi daya serap dan resensi belajar siswa. Hal tersebut dapat dicapai dengan model yang mengutamakan pembelajaran yang
berpusat pada siswa yaitu model pembelajaran learning cycle 5E sehingga tujuan pembelajaran akan tercapai dan hasil belajar siswa dapat ditingkatkan.
Adapun kerangka berpikir ini dapat digambarkan sebagai berikut: Model pembelajaran Ekspositori.
Rata-rata nilai kelas belum memenuhi KKM, Pembelajaran sulit dipahami.
A
Gambar 2.12 Bagan Kerangka Berpikir
2.7 Hipotesis