melakukan Pengujian Undang-Undang terhadap Undang-Undang Dasar hal tersebut berdasarkan Pasal 10 ayat 1 Undang-undang Nomor 24 Tahun
2003 tentang Mahkamah Konstitusi. Pengujian Undang-undang, diatur dalam Bagian Kesembilan Pasal 50
sampai dengan Pasal 60 UU Nomor 24 Tahun 2003. Undang-undang disini adalah produk politik biasanya merupakan kristalisasi kepentingan-
kepentingan politik para pembuatnya. Sebagai produk politik, isinya mungkin saja mengandung kepentingan yang tidak sejalan atau melanggar konstitusi.
Sesuai prinsip hierarki hukum, tidak boleh isi suatu peraturan undang-undang yang lebih rendah bertentangan atau tidak mengacu pada peraturan di
atasnya. Pengujian suatu undang-undang bertentangan atau tidak dengan
konstitusi, mekanisme yang disepakati adalah Judicial review. Jika undang- undang atau bagian di dalamnya itu dinyatakan terbukti tidak selaras dengan
konstitusi, maka produk hukum itu dibatalkan Mahkamah Konsitusi. Melalui kewenangan Judicial review, Mahkamah Konstitusi menjadi lembaga negara
yang mengawal agar tidak lagi terdapat ketentuan hukum yang keluar dari koridor konstitusi.
2.4.2 Putusan Mahkamah Konstitusi No.46PUU-VIII2010
Putusan No.46PUU-VIII2010 ini sebagai hasil dari Judicial review Pasal 2 ayat 2dan Pasal 46 ayat 1 Undang-Undang Perkawinan No. 1
Tahun 1974 yang diajukan oleh Hj. Aisyah Mochtar alias Machica Bin H.
Mochtar Ibrahim dan anaknya yang bernama Muhammad Iqbal Ramadhan bin Moerdiono terhadap Moerdiono dimana Moerdiono sebagai seorang
suami yang telah beristri menikah kembali dengan istrinya yang kedua
bernama Hj. Aisyah Mokhtar secara syari’at Islam dengan tanpa dicatatkan dalam register Akta Nikah, oleh karena itu ia tidak memiliki Buku Kutipan
Akta Nikah, dan dari perkawinan tersebut lahir seorang anak laki-laki yang bernama Muhammad Iqbal Ramdhan Bin Moerdiono.
Dasar adanya Judicial review ini ialah pihak dari pemohon merasa hak- hak konstitusinya sebagai warga negara Indonesia yang dijamin oleh Pasal
28 B ayat 1 dan ayat 2 serta Pasal 28 D ayat 1 UUD 1945 telah dirugikan, karena status perkawinannya menjadi tidak sah, demikian juga
terhadap anak yang dilahirkannya menjadi tidak sah. Dengan berlakunya Pasal 2 ayat 2 dan Pasal 43 ayat 1 Undang-Undung Perkawinan Nomor
1 Tahun 1974. Perkawinan yang tidak sah berakibat hilangnya status perkawinan
antara Moerdiono dengan Hj. Aisyah serta status Muhammad Iqbal Ramdhan sebagai anak Moerdiono. Pasal 2 ayat 1 Undang-Undang Perkawinan No. 1
Tahun 1974 menyatakan “ perkawinan adalah sah apabila dilakukan menurut hukum masing-masing agamanya dan kepercayaanya itu”
Pada Pasal 2 ayat 2 menyatakan “tiap-tiap pernikahan dicatat menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku. Pasal 43 ayat 1 Undang-
Undang Perkawinan menyatakan “anak yang dilahirkan di luar perkawinan
hanya mempunyai hubungan perdata dengan ibunya dan keluarga ibunya”. Undang- Undang Dasar RI 1945 Pasal 28 B ayat 1 yang
menyatakan “setiap orang berhak membentuk keluarga dan melanjutkan keturunan melalui perkawinan yang sah”.
Pasal 28 B ayat 2 menyatakan bahwa “setiap anak berhak atas kelangsungan hidup, tumbuh dan berkembang serta berhak atas
perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi”, dan Pasal 28 D ayat 1 yang menyatakan “setiap orang berhak atas pengakuan, jaminan,
perlindungan dan kepastian hukum yang adil serta perlakuan yang sama di hadapan hukum”.
Atas permohonan Hj. Aisyah serta status Muhammad Iqbal Ramdhan tersebut Mahkamah Konstitusi berpendapat mengenai ketentuan Pasal 2
ayat 2 Undang-Undang Perkawinan No. 1 Tahun 1974 tentang pencatatan perkawinan bahwa sesuai penjelasan umum angka 4 huruf b Undang-
Undang Perkawinan No. 1 Tahun 1974 , Mahkamah Konstitusi menyimpulkan bahwa pencatatan perkawinan bukan faktor yang menentukan
sahnya perkawinan, pencatatan merupakan kewajiban administrasi yang diwajibkan berdasarkan perundang-undangan. Oleh karena itu Mahkamah
Konstitusi berpendapat bahwa Pasal 2 ayat 2 Undang-Undang Perkawinan No. 1 Tahun 1974 tidak bertentangan dengan konstitusi
. Mahkamah Konstitusi juga berpendapat mengenai anak yang dilahirkan
di luar perkawinan yang dikonklusikan dengan anak yang tidak sah.
Menurut Mahkamah Konstitusi secara alamiah tidak mungkin seorang perempuan hamil tanpa terjadinya pertemuan antara ovum dengan sperma
baik melalui hubungan seksual maupun melalui cara lain berdasarkan perkembangan teknologi yang menyebabkan terjadinya pembuahan.
Maka dari itu tidak tepat dan tidak adil manakala hukum menetapkan bahwa anak yang lahir dari suatu kehamilan karena hubungan seksual di
luar perkawinan hanya memiliki hubungan dengan perempuan tersebutlah sebagai ibunya karena tidak tepat dan tidak adil pula apabila laki-laki yang
membuahi sang anak dibebaskan dari tanggung jawabnya sebagai seorang ayah.
Amar Putusan Mahkamah Konstitusi No.46PUU-VIII2010 ini mengubah Pasal 43 ayat 1 Undang-Undang Perkawinan No. 1 Tahun 1974
Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1974 Nomor 1, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3019 yang menyatakan, “Anak
yang dilahirkan di luar perkawinan hanya mempunyai hubungan perdata dengan ibunya dan keluarga ibunya”, dimana Pasal tersebut bertentangan
dengan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 sepanjang dimaknai menghilangkan hubungan perdata dengan laki-laki yang
dapat dibuktikan berdasarkan ilmu pengetahuan dan teknologi danatau alat bukti lain menurut hukum ternyata mempunyai hubungan darah sebagai
ayahnya.
Sehingga Pasal 43 ayat 1 Undang-Undang Perkawinan No. 1 Tahun 1974 Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1974 Nomor 1,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3019 yang menyatakan, “Anak yang dilahirkan di luar perkawinan hanya mempunyai
hubungan perdata dengan ibunya dan keluarga ibunya”, tidak memiliki kekuatan hukum mengikat sepanjang dimaknai menghilangkan hubungan
perdata dengan laki-laki yang dapat dibuktikan berdasarkan ilmu pengetahuan dan teknologi danatau alat bukti lain menurut hukum ternyata mempunyai
hubungan darah sebagai ayahnya, sehingga ayat tersebut harus dibaca, “Anak yang dilahirkan di luar mempunyai hubungan perdata dengan ibunya dan
keluarga ibunya serta dengan laki-laki sebagai ayahnya yang dapat dibuktikan berdasarkan ilmu pengetahuan dan teknologi danatau alat bukti lain menurut
hukum mempunyai hubungan darah, termasuk hubungan perdata dengan keluarga ayahnya”.
Putusan Mahkamah Konstitusi bersifat final dan mengikat final and binding. Pasal 24C ayat 1 UUD 1945 menyatakan bahwa putusan
Mahkamah Konstitusi bersifat final. Artinya, tidak ada peluang menempuh upaya hukum berikutnya pasca putusan itu sebagaimana putusan pengadilan
biasa yang masih memungkinkan kasasi dan Peninjauan Kembali PK. Selain itu juga ditentukan putusan Mahkamah Konstitusi memiliki kekuatan
hukum tetap sejak dibacakan dalam persidangan Mahkamah Konstitusi . Putusan pengadilan yang telah memiliki kekuatan hukum tetap memiliki
kekuatan hukum mengikat untuk dilaksanakan. Semua pihak termasuk
penyelenggara negara yang terkait dengan ketentuan yang diputus oleh Mahkamah Konstitusi harus patuh dan tunduk terhadap putusan Mahkamah
Konstitusi
BAB 3
METODE PENELITIAN
3.1
Metode Penelitian
Penelitian merupakan suatu sarana pokok dalam pengembangan ilmu pengetahuan maupun teknologi Soekanto 1981:2. Ilmu pengetahuan yang
merupakan pengetahuan yang tersusuk secara sistematis dengan penggunaan kekuatan pemikiran, pengetahuan mana senantiasa dapat diperiksa dan
ditelaah secara kritis, akan berkembang terus atas dasar penelitian-penelitian yang dilakukan oleh pengasuh-pengasunya.
Pemilihan metode yang tepat dalam melakukan penelitian sangat penting bagi penelitian itu. Obyek yang akan diteliti dapat digali dengan dalam dan
apa yang menjadi tujuan dari penelitian itu tersampaikan dan tersalurkan dengan baik.
Metode pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian yuridis normatif, Penelitian hukum normatif adalah
penelitian hukum yang dilakukan dengan cara meneliti bahan pustaka atau data sekunder belaka. Soekanto 2011:14.
3.2
Sifat Penelitian
Dilihat dari sifatnya penelitian terbagi atas tiga yaitu , Penelitian eksploratoris, Penelitian dan Penelitian eksplanotaris. Sedangkan sifat
penelitian yang digunakan oleh penulis ialah sifat Penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif suatu penelitian yang bertujuan untuk memberikan data
yang seteliti mungkin tentang manusia, keadan dan gejala-gejala lainya terutama untuk mempertegas hipotesa-hipotesa agar dapat membantu didalam
memperkuat teori-teori lama atau didalam kerangka menyusun teori-teori baru. Soekanto 2081:10
Oleh sebab itu, dalam penelitian ini peneliti akan meneliti dan menguji apakah Putusan Mahkamah Konstitusi No.46PUU-VIII2010 membahas
mengenai bagian waris anak yang lahir diluar perkawinan, bagaimana kaitanya dengan Hukum Islam dan fiqh Islam terhadapat kedudukan anak luar
kawin Pasca Putusan Mahkamah Konstitusi No.46PUU-VIII2010 untuk saling mewarisi.
3.3
Jenis dan Sumber Data
Data terdiri atas dua yaitu data primer dan data skunder Soekanto 1982:52
Data Primer yaitu sumber data utama yang diperoleh langsung dari sumber pertama melalui penelitian Soekanto1982:52. Didalam penelitian
penulis, data primer dari penulis ialah wawancara yang dilakukan sebagai bahan pelengkap yaitu wawancara yang dilakukan kepada Dr Muhyidin
M.Ag selaku Ketua Komisi Fatwa MUI Provinsi Jateng dan Bapak H. Nurmasyah Hakim Pengadilan Agama Semarang.
Data sekunder ialah data kepustakaan yang mencakup dokumen- dokumen resmi, buku-buku, perundang-undangan, putusan dan data yang
berhubungan dengan anak luar kawin. Data sekunder atau data yang tertulis yang digunakan dalam penelitian
dapat berupa Putusan Mahkamah Konstitusi No 46PUU-VIII2010, Undang No.1 Tahun 1974 tentang Perkawinan, Inpres Nomor 1 tahun 1991 tentang
Kompilasi Hukum Islam ,Fiqh Islam,Buku-buku, Dokumen dan literatur yang berkaitan Hukum Waris Islam, Hukum Perkawinan, Anak Luar Kawin
di Indonesia.
3.4
Teknik Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam pengumpulan data terbagi atas pengumpulan data primer dan data skunder.
1. Data Primer
Teknik Pengumpulan data primer dilakukan dengan cara wawancara kepada Dr Muhyidin M.Ag selaku Ketua Komisi Fatwa MUI
Provinsi Jateng dan Bapak H. Nurmasyah Hakim Pengadilan Agama Semarang.
Wawancara Wawancara merupakan cara yang digunakan untuk memperoleh keterangan secara lisan guna mencapai tujuan tertentu
Ashshofa, 2004: 95. Dalam penelitian ini jenis wawancara yang digunakan adalah wawancara yang berencana berpatokan yaitu
mewancarai informan yang telah disiapkan sebelumnya, untuk menggali informasi tunggal.
2. Data Skunder
Teknik Pengumpulan data skunder dilakukan dengan cara studi kepustakaan menurut Soerjono Soekanto studi kepustakaan adalah studi
dokumen yang merupakan suatu alat pengumpulan data yang dilakukan atas data tertulis dengan mempergunakan “content analysis” atau yang
biasa disebut dengan analisis muatan. Dalam hal ini peneliti mencari, membaca, dan mempelajari dari bahan-bahan kepustakaan yang berupa
buku-buku, dokumen, dan bahan tulisan lainnya yang ada hubungannya dengan penelitian yang akan dilaksanakan Soekanto, 2010:21.
Metode ini digunakan untuk mengumpulkan data sekunder. Dalam studi kepustakaan ini dilakukan terhadap bahan-bahan hukum sekunder.
Dalam hal ini peneliti memperoleh data kepustakaan dari buku-buku atau literatur mengenai Hukum Waris Islam dan anak Luar kawin, media tulis,
yang pada intinya mengenai pada permasalahan yang diteliti yaitu bagian waris anak luar kawin dalam Hukum Islam pasca Putusan Mahkamah
Konstitusi No.46PUU-VIII2010 Peneliti juga menggunakan dokumentasi resmi buku, majalah,
jurnal, undang-undang, yurispudensi ataupun kasus-kasus yang berkaitan dengan bagian waris dalam Hukum Islam pada umumnya dan kedudukan
anak luar kawin Pasca Putusan Mahkamah Konstitusi No.46PUU- VIII2010.
Selain dengan studi kepustakaan, teknik pengumpulan data skunder juga dilakukan dengan Studi Literatur yang didapat diwebsite. Teknologi
informasi ini memungkinkan melakukan pencarian data dan atau informasi dengan menggunakan internet sebagai media alat pengumpulan
data yang cepat dan mudah dilakukan. Metode pencarian dapat berupa metode yang sederhana ataupun metode yang canggih sesuai dengan
fasilitas yang disediakan oleh alat pencari tertentu. Sarwono, 2006:228.
3.5
Teknik Analisis Data
Analisis data adalah proses mengorganisasikan dan mengurutkan data kedalam pola, kategori dan satuan uraian dasar sehingga dapat
dirumuskan hipotesis kerja seperti disarankan data Moleong 2001:103. Penelitian ini berusaha untuk mengerti ataupun memahami gejala
yang diteli untuk kemudian mendeskripsikan data-data yang diperoleh selama penelitian, yaitu apa yang tertera dalam bahan-bahan hukum yang
relevan dan menjadi acuan dalam penelitian hukum kepustakaan sebagaimana telah disinggung diatas.
Teknik analisa data yang dipakai oleh penulis ada teknik analisa data kualitatif . Analisa data kualitatif merupakan upaya yang dilakukan
dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan data, memilah-
milahnya menjadi satuan yang dapat dikelola, mengintesiskanya, mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang penting dan apa yang
dipelajari dan memutuskan apa yang dapat diceriterakan kepada orang lain moleong 2007:248
BAB 4
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil